Indonesia Hanya Jadi Pasar, 99% Pendapatan Industri Game Dikantongi Asing
Selasa, 28 September 2021 - 19:37 WIB
JAKARTA - Indonesia berada di peringkat ke-16 pasar terbesar game dan masih merupakan salah satu yang tumbuh tercepat di dunia. Sayangnya, Indonesia masih menjadi pasar bagi industri game , di mana pendapatan dari industri tersebut lebih banyak mengalir ke luar negeri.
Ketua Umum Asosiasi Game Indonesia (AGI) Cipto Adiguno mengatakan, orang Indonesia menghabiskan sekitar Rp25-30 triliun per tahun dalam industri game. Pada tahun 2020, diperkirakan pertumbuhan industri game meningkat 32%.
"Salah satunya karena penetrasi internet yang lebih baik dan harga handphone yang lebih murah. Selain itu, tahun 2020 seperti kita tahu dengan adanya pembatasan (karena pandemi), orang jadi tidak bisa ke luar. Maka, game menjadi hiburan yang mudah didapat," ujarnya dalam Rakornas Parekraf Tahun 2021 yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) secara daring, Selasa (28/9/2021).
Dia melanjutkan, saat ini industri game lokal Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dengan Compound Annual Growth Rate 51% dari tahun 2018-2019. Pada tahun 2020, industri lokal diperkirakan menghasilkan USD8,64 juta. "Sayangnya, itu hanya 0,5% dari market kita," ungkapnya.
Menurut Cipto, dukungan dari pemerintah terhadap industri game lokal sudah luar biasa. Namun, dia memperkirakan dalam lima tahun ke depan hingga tahun 2025, Indonesia tetap hanya menjadi pasar.
Hal ini karena sebagian besar uang yang berputar di industri game pergi ke luar negeri. "Kalau dilihat tahun 2020 sekitar 99,5% dari Rp25 triliun itu pergi ke luar negeri," tuturnya.
Dia menambahkan, AGI sudah berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait agar di masa depan Indonesia bukan hanya menjadi pasar, tetapi juga bisa menghasilkan produk-produk game yang bisa berkompetisi di dunia.
"Kami sudah berkoordinasi dengan berbagai kementerian dan lembaga agar di masa depan tidak hanya jadi hanya pasar, tidak hanya diambil uangnya, tetapi juga bisa menghasilkan produk game yang berkualitas," pungkasnya.
Ketua Umum Asosiasi Game Indonesia (AGI) Cipto Adiguno mengatakan, orang Indonesia menghabiskan sekitar Rp25-30 triliun per tahun dalam industri game. Pada tahun 2020, diperkirakan pertumbuhan industri game meningkat 32%.
"Salah satunya karena penetrasi internet yang lebih baik dan harga handphone yang lebih murah. Selain itu, tahun 2020 seperti kita tahu dengan adanya pembatasan (karena pandemi), orang jadi tidak bisa ke luar. Maka, game menjadi hiburan yang mudah didapat," ujarnya dalam Rakornas Parekraf Tahun 2021 yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) secara daring, Selasa (28/9/2021).
Dia melanjutkan, saat ini industri game lokal Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dengan Compound Annual Growth Rate 51% dari tahun 2018-2019. Pada tahun 2020, industri lokal diperkirakan menghasilkan USD8,64 juta. "Sayangnya, itu hanya 0,5% dari market kita," ungkapnya.
Menurut Cipto, dukungan dari pemerintah terhadap industri game lokal sudah luar biasa. Namun, dia memperkirakan dalam lima tahun ke depan hingga tahun 2025, Indonesia tetap hanya menjadi pasar.
Hal ini karena sebagian besar uang yang berputar di industri game pergi ke luar negeri. "Kalau dilihat tahun 2020 sekitar 99,5% dari Rp25 triliun itu pergi ke luar negeri," tuturnya.
Dia menambahkan, AGI sudah berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait agar di masa depan Indonesia bukan hanya menjadi pasar, tetapi juga bisa menghasilkan produk-produk game yang bisa berkompetisi di dunia.
"Kami sudah berkoordinasi dengan berbagai kementerian dan lembaga agar di masa depan tidak hanya jadi hanya pasar, tidak hanya diambil uangnya, tetapi juga bisa menghasilkan produk game yang berkualitas," pungkasnya.
(ind)
tulis komentar anda