Krisis Listrik China Bikin Bisnis Asing Kabur ke Negara Lain

Kamis, 30 September 2021 - 12:36 WIB
Krisis listrik di China mendorong sejumlah perusahaan mengalihkan investasinya ke negara lain. Foto/Reuters/Ilustrasi
BEIJING - Dalam beberapa hari terakhir, beberapa pemerintah lokal China telah membatasi penggunaan listrik, membatasi atau bahkan menghentikan produksi pabrik. Pemadaman listrik secara tiba-tiba di beberapa wilayah di China ini mendorong sejumlah perusahaan asing mengalihkan investasinya ke negara lain.

Pembatasan terbaru datang ketika negara itu menghadapi kekurangan batu bara untuk menghasilkan listrik, dan otoritas regional berada di bawah tekanan yang meningkat untuk mematuhi seruan pemerintah pusat untuk mengurangi emisi karbon.





"Beberapa perusahaan berada di ambang pintu untuk berinvestasi di China. Tapi mereka memilih untuk tidak melanjutkan sekarang," kata Johan Annell, mitra di Asia Perspective, sebuah perusahaan konsultan seperti dilansir CNBC, Kamism (30/9/2021).

Perusahaan konsultan yang bekerja terutama dengan perusahaan-perusahaan Eropa Utara yang beroperasi di Asia Timur dan Tenggara itu menyebutkan bahwa investasi asing tersebut mencapai puluhan juta dolar AS.

Kendati China masih menjadi tujuan investasi yang sangat kuat untuk manufaktur, menurut Annell, banyak bisnis sekarang beralih untuk berinvestasi di Asia Tenggara, khususnya Vietnam.

"Ketidakpastian – tidak ada yang benar-benar tahu situasi keseluruhan, bagaimana hal itu akan berkembang, bagaimana hal itu akan diterapkan (dalam) beberapa bulan mendatang di kota dan provinsi Anda," katanya, mengutip percakapan dengan sekitar 100 perusahaan.

Minggu lalu, kota-kota China dari kota-kota di pusat ekspor selatan Guangdong ke Shenyang, Ibu Kota Provinsi Timur Laut Liaoning, telah memerintahkan pembatasan penggunaan listrik dengan sedikit atau bahkan tanpa pemberitahuan. Pergerakan tiba-tiba ini telah mendorong beberapa ekonom China untuk memangkas perkiraan PDB mereka tahun ini.

Untuk diketahui, Provinsi Guangdong menghasilkan ekspor terbanyak di China, sekitar 23% dari total untuk tahun ini hingga Agustus, menurut data resmi. Provinsi Liaoning menempati urutan ke-16 dalam hal nilai ekspor, yaitu 1,6% dari total ekspor nasional. "Masalah yang lebih besar adalah bahwa ketidakpastian ini mungkin akan berlanjut untuk dua kuartal mendatang," ujar Annell.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More