Erick Kesal, RI Negara Agraris Tapi Impor Pangan Terus
Selasa, 19 Oktober 2021 - 12:18 WIB
JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir kembali menyinggung persoalan impor pangan hingga kesejahteraan para pekerja di sektor tersebut. Ada beberapa catatan yang diberikan Erick kepada Dewan Direksi dan Komisaris BUMN di klaster pangan, khususnya PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI yang nantinya menjadi induk Holding BUMN Pangan.
Dia menggarisbawahi Indonesia sebagai negara agraris yang seyogyanya menjadi ekosistem atau lumbung pangan dunia. Namun, kondisi saat ini justru memperlihatkan Indonesia kerap melakukan impor pangan. Langkah itu, kata dia, hanya akan menjadikan pekerja industri, petani, peternak, hingga perkebunan sebagai objek pembangunan saja. Padahal, kelompok tersebut seharusnya menjadi subjek dalam rantai pasok pangan. Ia pun mengungkapkan kekesalannya sebagai orang yang hidup di negara agraris tapi impor pangan terus.
"Kita negara agraris tapi impor terus. Kita bicara keberpihakan kepada petani, peternak, pekerja perkebunan, itu hanya objek. Bukan subjek yang harus dibenahi, tapi hanya objek," ujar Erick, Selasa (19/10/2021).
Bahkan, dia mengingatkan 30 persen dari total tenaga kerja di Indonesia berasal dari industri pangan. Dari hitungannya, ekosistem pangan nasional ikut menentukan tingkat kesejahteraan para buruh tersebut.
Artinya, jika ekosistem pangan nasional tidak dibenahi secara tepat dan menyeluruh, termasuk impor pangan dilakukan secara agresif, justru membuat pekerja menjadi miskin. "Padahal tenaga kerja daripada pangan secara menyeluruh, ini saya tidak bicara retailnya, itu mungkin 30 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Kalau 30 persen ini miskin, kita sebagai memegang amanah sangat berdosa," katanya.
Tak segan-segan Erick mengutarakan akan menggantikan Dewan Direksi dan Komisaris BUMN di sektor pangan, bila selama satu tahun ke depan ekosistem pangan dalam negeri tidak mengalami transformasi secara signifikan. "Saya akan sangat serius memantau pangan selama 1 tahun ke depan dan mohon maaf yang tidak ikut transformasi, pasti saya bongkar, pasti saya ganti," ungkapnya.
Dia menggarisbawahi Indonesia sebagai negara agraris yang seyogyanya menjadi ekosistem atau lumbung pangan dunia. Namun, kondisi saat ini justru memperlihatkan Indonesia kerap melakukan impor pangan. Langkah itu, kata dia, hanya akan menjadikan pekerja industri, petani, peternak, hingga perkebunan sebagai objek pembangunan saja. Padahal, kelompok tersebut seharusnya menjadi subjek dalam rantai pasok pangan. Ia pun mengungkapkan kekesalannya sebagai orang yang hidup di negara agraris tapi impor pangan terus.
"Kita negara agraris tapi impor terus. Kita bicara keberpihakan kepada petani, peternak, pekerja perkebunan, itu hanya objek. Bukan subjek yang harus dibenahi, tapi hanya objek," ujar Erick, Selasa (19/10/2021).
Bahkan, dia mengingatkan 30 persen dari total tenaga kerja di Indonesia berasal dari industri pangan. Dari hitungannya, ekosistem pangan nasional ikut menentukan tingkat kesejahteraan para buruh tersebut.
Artinya, jika ekosistem pangan nasional tidak dibenahi secara tepat dan menyeluruh, termasuk impor pangan dilakukan secara agresif, justru membuat pekerja menjadi miskin. "Padahal tenaga kerja daripada pangan secara menyeluruh, ini saya tidak bicara retailnya, itu mungkin 30 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Kalau 30 persen ini miskin, kita sebagai memegang amanah sangat berdosa," katanya.
Baca Juga
Tak segan-segan Erick mengutarakan akan menggantikan Dewan Direksi dan Komisaris BUMN di sektor pangan, bila selama satu tahun ke depan ekosistem pangan dalam negeri tidak mengalami transformasi secara signifikan. "Saya akan sangat serius memantau pangan selama 1 tahun ke depan dan mohon maaf yang tidak ikut transformasi, pasti saya bongkar, pasti saya ganti," ungkapnya.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda