Terkendala Dana dan Listrik, 2 Smelter Belum Bisa Beroperasi
Selasa, 26 Oktober 2021 - 20:55 WIB
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ( ESDM ) menargetkan empat smelter beroperasi di tahun 2021. Dari empat smelter yang ditargetkan selesai, dua perusahaan telah menyelesaikan konstruksi fisik smelter.
Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan, kedua perusahaan tersebut adalah PT Smelter Nikel Indonesia dan PT Cahaya Modern Metal Industri.
"Harusnya keempat smelter ini selesai 2021. Namun yang saat ini selesai secara fisik 100% adalah PT Smelter Nikel Indonesia dan PT Cahaya Modern Metal Industri," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (26/10/2021).
Untuk PT Cahaya Modern Metal Industri di Banten telah terbangun 100% dan telah melakukan kegiatan produksi. Sementara PT Smelter Nikel Indonesia di Banten meski telah terbangun 100% dan telah berhasil melakukan uji coba produksi, kegiatan perusahaan berhenti sementara karena kekurangan dana untuk operasi.
"Untuk Smelter Nikel Indonesia masih butuh dukungan pendanaan institusi keuangan," kata Ridwan.
Dua smelter lainnya, yaitu PT Antam di Maluku Utara telah terbangun 97,7% namun masih menunggu pasokan listrik. "Secara fisik sudah selesai, namun pasokan listrik yang belum ada sehingga belum beroperasi. Ini sedang diupayakan agar Antam bekerja sama dengan PLN saja menyelesaikan masalah," jelas Ridwan.
Kemudian PT Kapuas Prima Citra di Kalimantan Tengah telah terbangun 99,87%. Saat ini sedang menunggu tenaga ahli dari China sebagai ahli proses smelter yang direncanakan akan datang di bulan Oktober 2021.
Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan, kedua perusahaan tersebut adalah PT Smelter Nikel Indonesia dan PT Cahaya Modern Metal Industri.
"Harusnya keempat smelter ini selesai 2021. Namun yang saat ini selesai secara fisik 100% adalah PT Smelter Nikel Indonesia dan PT Cahaya Modern Metal Industri," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (26/10/2021).
Untuk PT Cahaya Modern Metal Industri di Banten telah terbangun 100% dan telah melakukan kegiatan produksi. Sementara PT Smelter Nikel Indonesia di Banten meski telah terbangun 100% dan telah berhasil melakukan uji coba produksi, kegiatan perusahaan berhenti sementara karena kekurangan dana untuk operasi.
"Untuk Smelter Nikel Indonesia masih butuh dukungan pendanaan institusi keuangan," kata Ridwan.
Dua smelter lainnya, yaitu PT Antam di Maluku Utara telah terbangun 97,7% namun masih menunggu pasokan listrik. "Secara fisik sudah selesai, namun pasokan listrik yang belum ada sehingga belum beroperasi. Ini sedang diupayakan agar Antam bekerja sama dengan PLN saja menyelesaikan masalah," jelas Ridwan.
Kemudian PT Kapuas Prima Citra di Kalimantan Tengah telah terbangun 99,87%. Saat ini sedang menunggu tenaga ahli dari China sebagai ahli proses smelter yang direncanakan akan datang di bulan Oktober 2021.
(uka)
tulis komentar anda