PLTU Batu Bara Bakal Pensiun Dini, Transisi Energi Butuh Rancangan Serius
Minggu, 07 November 2021 - 20:38 WIB
JAKARTA - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan, bahwa pemerintah mengkaji peluang mempensiunkan dini PLTU batu bara dengan kapasitas total 9,3 GW sebelum tahun 2030. Dimana hal ini bisa dilakukan dengan dukungan pendanaan mencapai USD48 miliar.
Indonesia sendiri juga telah menandatangani deklarasi Global Coal to Clean Power Transition (Transisi Batubara Global Menuju Energi Bersih) pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Dunia tentang Perubahan Iklim ke-26 atau COP-26.
Terkait hal tersebut, Institute for Essential Services Reform (IESR) mengapresiasi langkah pemerintah Indonesia, khususnya kepemimpinan yang ditunjukan oleh Menteri ESDM di COP-26. Khususnya dalam mendorong transisi energi yang berkeadilan melalui pengembangan energi terbarukan seluasnya dan melakukan penghentian secara bertahap (phase out) PLTU batu bara sebagai bagian dari aksi Indonesia untuk mencegah krisis global.
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa mengatakan, keterbukaan pemerintah Indonesia untuk melakukan transisi energi , melalui salah satunya mengurangi PLTU secara bertahap patut diapresiasi.
"Pasca-Glasgow, pemerintah dan Dewan Energi Nasional (DEN) harus mengakselerasi penyusunan peta jalan dan strategi transisi energi di Indonesia secara komprehensif," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (7/11/2021).
Dia melanjutkan, ketergantungan pada energi fosil tidak akan berakhir kalau Indonesia tidak secara cepat meningkatkan kapasitas energi terbarukan. Menurut dia, fokus kebijakannya bukan lagi batu bara sebagai pilihan pertama (coal as the first option), tapi energi terbarukan yang harus menjadi pilihan utama.
"Jadi transisi energi perlu dirancang benar-benar, dengan prioritas kembangkan dan memanfaatkan energi terbarukan sebanyak-banyaknya dan mengoptimalkan efisiensi energi," ungkapnya.
Indonesia sendiri juga telah menandatangani deklarasi Global Coal to Clean Power Transition (Transisi Batubara Global Menuju Energi Bersih) pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Dunia tentang Perubahan Iklim ke-26 atau COP-26.
Terkait hal tersebut, Institute for Essential Services Reform (IESR) mengapresiasi langkah pemerintah Indonesia, khususnya kepemimpinan yang ditunjukan oleh Menteri ESDM di COP-26. Khususnya dalam mendorong transisi energi yang berkeadilan melalui pengembangan energi terbarukan seluasnya dan melakukan penghentian secara bertahap (phase out) PLTU batu bara sebagai bagian dari aksi Indonesia untuk mencegah krisis global.
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa mengatakan, keterbukaan pemerintah Indonesia untuk melakukan transisi energi , melalui salah satunya mengurangi PLTU secara bertahap patut diapresiasi.
"Pasca-Glasgow, pemerintah dan Dewan Energi Nasional (DEN) harus mengakselerasi penyusunan peta jalan dan strategi transisi energi di Indonesia secara komprehensif," ujarnya dalam keterangan tertulis, Minggu (7/11/2021).
Dia melanjutkan, ketergantungan pada energi fosil tidak akan berakhir kalau Indonesia tidak secara cepat meningkatkan kapasitas energi terbarukan. Menurut dia, fokus kebijakannya bukan lagi batu bara sebagai pilihan pertama (coal as the first option), tapi energi terbarukan yang harus menjadi pilihan utama.
"Jadi transisi energi perlu dirancang benar-benar, dengan prioritas kembangkan dan memanfaatkan energi terbarukan sebanyak-banyaknya dan mengoptimalkan efisiensi energi," ungkapnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda