Sayonara Batu Bara, 23 Negara Sepakat Tinggalkan Emas Hitam Ini
Senin, 08 November 2021 - 19:52 WIB
JAKARTA - Sebanyak 23 negara, termasuk Indonesia menyatakan komitmen untuk meninggalkan batu bara pada KTT Iklim PBB COP26, termasuk lima dari 20 negara pengguna batu bara terbesar di dunia.
Pengumuman ini menyusul dihapusnya pendanaan batu bara, sejalan dengan langkah negara-negara maju menjanjikan dukungan baru untuk membantu negara berkembang merealisasikan transisi ke energi bersih.
Pada COP26, bank-bank dan institusi pendanaan juga telah membuat komitmen penting termasuk institusi global pemberi pinjaman besar seperti HSBC, Fidelity International dan Ethos telah sepakat untuk mengakhiri pendanaan batu bara atau yang dikenal juga sebagai emas hitam.
Hal ini menyusul pengumuman dari Cina, Jepang, dan Korea Selatan baru-baru ini, untuk mengakhiri pendanaan batu bara di luar negeri yang artinya pendanaan publik internasional terhadap batu bara secara efektif telah berakhir.
Sebagai tambahan, 25 negara termasuk mitra COP26 Italia, Kanada, Amerika Serikat, dan Denmark secara bersama-sama dengan institusi pendanaan publik telah menandatangani kesepakatan yang dipimpin oleh Inggris untuk mengakhiri dukungan publik internasional terhadap energi fosil pada akhir 2022 dan memprioritaskan dukungan terhadap transisi menuju energi bersih.
Secara kolektif, hal ini akan mengalihkan dukungan publik dari bahan bakar fosil ke transisi energi bersih senilai sekitar USD17,8 miliar per tahun. Negara berkembang termasuk Ethiopia, Fiji dan Kepulauan Marshal juga memberikan dukungannya, menandakan tumbuhnya kesamaan visi bersama.
Presiden COP26 Alok Sharma mengatakan bahwa sejak awal kepresidenannya, Inggris secara jelas menyatakan bahwa COP26 harus menjadi COP yang menjadikan batu bara bagian dari masa lalu. "Dengan komitmen ambisius, ini akhir dari listrik tenaga batu bara telah di depan mata," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (8/11/2021).
Pengumuman ini menyusul dihapusnya pendanaan batu bara, sejalan dengan langkah negara-negara maju menjanjikan dukungan baru untuk membantu negara berkembang merealisasikan transisi ke energi bersih.
Pada COP26, bank-bank dan institusi pendanaan juga telah membuat komitmen penting termasuk institusi global pemberi pinjaman besar seperti HSBC, Fidelity International dan Ethos telah sepakat untuk mengakhiri pendanaan batu bara atau yang dikenal juga sebagai emas hitam.
Hal ini menyusul pengumuman dari Cina, Jepang, dan Korea Selatan baru-baru ini, untuk mengakhiri pendanaan batu bara di luar negeri yang artinya pendanaan publik internasional terhadap batu bara secara efektif telah berakhir.
Sebagai tambahan, 25 negara termasuk mitra COP26 Italia, Kanada, Amerika Serikat, dan Denmark secara bersama-sama dengan institusi pendanaan publik telah menandatangani kesepakatan yang dipimpin oleh Inggris untuk mengakhiri dukungan publik internasional terhadap energi fosil pada akhir 2022 dan memprioritaskan dukungan terhadap transisi menuju energi bersih.
Secara kolektif, hal ini akan mengalihkan dukungan publik dari bahan bakar fosil ke transisi energi bersih senilai sekitar USD17,8 miliar per tahun. Negara berkembang termasuk Ethiopia, Fiji dan Kepulauan Marshal juga memberikan dukungannya, menandakan tumbuhnya kesamaan visi bersama.
Presiden COP26 Alok Sharma mengatakan bahwa sejak awal kepresidenannya, Inggris secara jelas menyatakan bahwa COP26 harus menjadi COP yang menjadikan batu bara bagian dari masa lalu. "Dengan komitmen ambisius, ini akhir dari listrik tenaga batu bara telah di depan mata," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (8/11/2021).
Lihat Juga :
tulis komentar anda