BUMN Diminta Perbaiki Kinerja Sebelum IPO
Jum'at, 03 Desember 2021 - 08:16 WIB
JAKARTA - Menanggapi rencana Initial Public Offering (IPO) dan Right Issue BUMN , diharapkan perusahaan pelat merah memperbaiki kinerja sebelum melantai di bursa. IPO sebenarnya merupakan langkah korporasi yang diharapkan mempunyai nilai positif di masa mendatang.
"Khususnya jika dilakukan oleh BUMN yang memang memiliki saham bagus (blue chip) seperti bank BRI, Mandiri dan BNI," kata Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Elly Rachmat Yasin dalam keterangan tertulisnya.
Bahkan kata dia, bank-bank BUMN itu memiliki kinerja yang bagus di tataran Asia Pasifik. Namun Ia mempertanyakan rencana IPO seperti anak usaha Krakatau Steel, kemudian holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III (Persero), serta sejumlah anak cucu BUMN lainnya di 2021 dan 2022.
"Akan tetapi saya mempertanyakan alasan IPO induk holding PT. Perkebunan Nusantara, yaitu PTPN III dan anak usaha Krakatau Steel karena keduanya merupakan BUMN yang sedang merugi dan mempunyai utang yang menumpuk," katanya.
Legislator asal Daerah Pemilihan Jawa Barat V meliputi Kabupaten Bogor ini mengatakan PTPN III memiliki utang Rp47 triliun dan Krakatau Steel memiliki utang Rp. 31 triliun. "Lalu apa menariknya bagi investor?" ujarnya.
Dia mengatakan, meskipun yang memiliki utang jumbo adalah induk usaha, tetapi calon investor tetap akan melihat bahwa induk dan anak cucu usaha sebagai satu group bisnis. "Kami khawatir IPO mereka dipaksakan sehingga tidak optimal hasilnya," imbuhnya.
Dia meminta agar tidak menghambur-hamburkan uang BUMN untuk aksi korporasi yang meragukan di tengah tingginya sentimen pasar. Dia meminta benahi terlebih dahulu kinerja operasional dan keuangan PTPN III dan Krakatau Steel, serta anak usahanya agar mereka lebih siap melantai di bursa saham perdana seperti yang direncanakan.
"Saya berharap kita waspada aksi jual saham agar tidak terjadi kegagalan. Jangan sampai saham dijual sangat murah, sehingga kepemilikan saham dikuasai swasta bahkan asing," pungkasnya.
"Khususnya jika dilakukan oleh BUMN yang memang memiliki saham bagus (blue chip) seperti bank BRI, Mandiri dan BNI," kata Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Elly Rachmat Yasin dalam keterangan tertulisnya.
Bahkan kata dia, bank-bank BUMN itu memiliki kinerja yang bagus di tataran Asia Pasifik. Namun Ia mempertanyakan rencana IPO seperti anak usaha Krakatau Steel, kemudian holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III (Persero), serta sejumlah anak cucu BUMN lainnya di 2021 dan 2022.
"Akan tetapi saya mempertanyakan alasan IPO induk holding PT. Perkebunan Nusantara, yaitu PTPN III dan anak usaha Krakatau Steel karena keduanya merupakan BUMN yang sedang merugi dan mempunyai utang yang menumpuk," katanya.
Legislator asal Daerah Pemilihan Jawa Barat V meliputi Kabupaten Bogor ini mengatakan PTPN III memiliki utang Rp47 triliun dan Krakatau Steel memiliki utang Rp. 31 triliun. "Lalu apa menariknya bagi investor?" ujarnya.
Dia mengatakan, meskipun yang memiliki utang jumbo adalah induk usaha, tetapi calon investor tetap akan melihat bahwa induk dan anak cucu usaha sebagai satu group bisnis. "Kami khawatir IPO mereka dipaksakan sehingga tidak optimal hasilnya," imbuhnya.
Dia meminta agar tidak menghambur-hamburkan uang BUMN untuk aksi korporasi yang meragukan di tengah tingginya sentimen pasar. Dia meminta benahi terlebih dahulu kinerja operasional dan keuangan PTPN III dan Krakatau Steel, serta anak usahanya agar mereka lebih siap melantai di bursa saham perdana seperti yang direncanakan.
"Saya berharap kita waspada aksi jual saham agar tidak terjadi kegagalan. Jangan sampai saham dijual sangat murah, sehingga kepemilikan saham dikuasai swasta bahkan asing," pungkasnya.
(akr)
tulis komentar anda