Harga Bitcoin dan Ethereum Melorot, Bakal Sentuh Titik Terendah?
Jum'at, 10 Desember 2021 - 15:41 WIB
JAKARTA - Mayoritas mata uang kripto berkapitalisasi besar merosot dan berada di zona merah pada perdagangan Jumat (10/12/2021). Berdasarkan data coinmarketcap.com, pada pukul 14.00 WIB, Bitcoin turun 3,45% menjadi USD47.966 per dan Ethereum merosot 7,04% menjadi USD4.074.
Selama sepekan terakhir, dua mata uang kripto terbesar ini mengalami penurunan, yaitu -15,69% untuk Bitcoin dan -11,15% untuk Ethereum.
Terkait perkembangan ini, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan dua mata uang kripto ini wajar. Namun, akankan keduanya terus turun hingga mencapai titik terendahnya?
"Penurunan harga kripto ini sangat wajar, tapi kalau mencapai level terendah, nggak mungkin," ujar Ibrahim kepada MNC Portal Indonesia, Jumat (10/12/2021).
Ibrahim menjelaskan, alasannya adalah karena investor kripto, terutama yang berkapitalisasi besar jumlahnya sangat banyak. Sebagai perbandingan, jumlah investor kripto di Indonesia mencapai 8 juta orang.
"Sedangkan di saham hanya 2 juta orang, artinya perbandingannya 1:4, sehingga harapan jatuh ke level terendah sangat nggak mungkin, kecuali suatu saat panic buying," jelasnya.
Ibrahim juga menilai isu varian Omicron tidak menjadi ancaman semengerikan yang diperkirakan banyak orang sebelumnya. Menurutnya, investor kripto masih memburu aset ini secara bertahap.
"Beberapa trader jangka pendek mengambil posisi buy on dip atau membeli di saat harga turun, sementara trader lainnya tetap berhati-hati sambil memantau perkembangan Covid-19," ujarnya.
Selama sepekan terakhir, dua mata uang kripto terbesar ini mengalami penurunan, yaitu -15,69% untuk Bitcoin dan -11,15% untuk Ethereum.
Terkait perkembangan ini, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan dua mata uang kripto ini wajar. Namun, akankan keduanya terus turun hingga mencapai titik terendahnya?
"Penurunan harga kripto ini sangat wajar, tapi kalau mencapai level terendah, nggak mungkin," ujar Ibrahim kepada MNC Portal Indonesia, Jumat (10/12/2021).
Ibrahim menjelaskan, alasannya adalah karena investor kripto, terutama yang berkapitalisasi besar jumlahnya sangat banyak. Sebagai perbandingan, jumlah investor kripto di Indonesia mencapai 8 juta orang.
"Sedangkan di saham hanya 2 juta orang, artinya perbandingannya 1:4, sehingga harapan jatuh ke level terendah sangat nggak mungkin, kecuali suatu saat panic buying," jelasnya.
Ibrahim juga menilai isu varian Omicron tidak menjadi ancaman semengerikan yang diperkirakan banyak orang sebelumnya. Menurutnya, investor kripto masih memburu aset ini secara bertahap.
"Beberapa trader jangka pendek mengambil posisi buy on dip atau membeli di saat harga turun, sementara trader lainnya tetap berhati-hati sambil memantau perkembangan Covid-19," ujarnya.
(fai)
tulis komentar anda