Perusahaan Nyaris Bangkrut, Erick Thohir Pilih Jual Mercy hingga Tanah
Jum'at, 10 Desember 2021 - 19:11 WIB
JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir mengaku pernah melepaskan sejumlah aset pribadinya untuk menyelamatkan perusahaan yang dipimpinnya dari kebangkrutan. Aset yang dilepas berupa sejumlah koleksi mobil mercy, lukisan berharga, hingga sebidang tanah.
Menurut dia, kejadian itu terjadi pada tahun 2006 silam. Saat itu Erick memimpin salah satu perusahaan media, Mahaka Group. Dia mengaku, perusahaan terancam bangkrut lantaran over ekspansi.
"Saya melepas aset pribadi saya, waktu itu kebetulan koleksi mobil tua, mercy tua, kita juga koleksi lukisan, ya kita lepas. Ada tanah kita lepas, ada tabungan ya kita cairkan," beber Erick dalam tayangan di YouTube BUMN Muda, dikutip Jumat (10/12/2021).
Tak hanya melepas aset pribadi, mantan Bos Inter Milan itu juga meminjam uang hingga Rp2 miliar dari sahabat dekatnya. Salah satunya Duta Besar RI untuk Amerika Serikat (AS) Rosan Roeslani.
"Bahkan waktu itu saya pinjam uang kedua sahabat saya, almarhum Andre Mamuaya dan bekas Ketua Kadin sekarang yang jadi Dubes Amerika, Rosan Roeslani. Saya pinjam uang waktu itu kalau tidak salah masing-masing Rp1 miliar. Saya janji saya balikin dua bulan, Alhamdulilah saya balikin satu bulan," tuturnya.
Sebelum menapaki tangga kesuksesan hingga mengisi posisi strategis di Kabinet Indonesia Maju, Erick mengaku sempat mengalami kesulitan keuangan yang berarti.
Sebagai pemilik perusahaan media, Erick dihadapkan pada sejumlah pilihan pahit. Saat itu, dia harus memilih satu pilihan dari sejumlah opsi. Misalnya, melakukan pengurangan karyawan ataukah meminjam dana dari perbankan. Dengan segala pertimbangan dan resiko, dia akhirnya memilih untuk melepas aset-aset pribadinya.
"Waktu itu pikirannya yang mana atau kita sebagai pengusaha kan kita harus punya loyalitas terhadap profesional dan tim kita. Akhirnya waktu itu saya apakah melepas (PHK), apakah pinjam (utang), akhirnya saya memberanikan diri melakukan satu hal (menjual aset pribadi)," ungkapnya.
Menurut dia, pengusaha sukses selalu berani mengambil resiko dalam kondisi apapun. Langkah itu bertujuan menyelamatkan dan mengembangkan bisnisnya.
"Ya, tentu itu masa-masa yang cukup, ya adalah, setiap manusia ada. 1998 ketika saya memulai usaha, saya juga harus menutup usaha saya karena kondisi (krisis) 1998. Hal-hal itu ya, dinamika kehidupan kita bahwa dibalik kesuksesan itu pasti banyak kegagalan. Tetapi kunci bagaimana kita bisa reborn, bangkit dari kegagalan itu. Jadi bukan malah bendera putih, yah udah lah bobo aja di rumah, payah ini. Justru harus balik, harus intropeksi, harus cari solusi," tandasnya.
Menurut dia, kejadian itu terjadi pada tahun 2006 silam. Saat itu Erick memimpin salah satu perusahaan media, Mahaka Group. Dia mengaku, perusahaan terancam bangkrut lantaran over ekspansi.
"Saya melepas aset pribadi saya, waktu itu kebetulan koleksi mobil tua, mercy tua, kita juga koleksi lukisan, ya kita lepas. Ada tanah kita lepas, ada tabungan ya kita cairkan," beber Erick dalam tayangan di YouTube BUMN Muda, dikutip Jumat (10/12/2021).
Baca Juga
Tak hanya melepas aset pribadi, mantan Bos Inter Milan itu juga meminjam uang hingga Rp2 miliar dari sahabat dekatnya. Salah satunya Duta Besar RI untuk Amerika Serikat (AS) Rosan Roeslani.
"Bahkan waktu itu saya pinjam uang kedua sahabat saya, almarhum Andre Mamuaya dan bekas Ketua Kadin sekarang yang jadi Dubes Amerika, Rosan Roeslani. Saya pinjam uang waktu itu kalau tidak salah masing-masing Rp1 miliar. Saya janji saya balikin dua bulan, Alhamdulilah saya balikin satu bulan," tuturnya.
Sebelum menapaki tangga kesuksesan hingga mengisi posisi strategis di Kabinet Indonesia Maju, Erick mengaku sempat mengalami kesulitan keuangan yang berarti.
Sebagai pemilik perusahaan media, Erick dihadapkan pada sejumlah pilihan pahit. Saat itu, dia harus memilih satu pilihan dari sejumlah opsi. Misalnya, melakukan pengurangan karyawan ataukah meminjam dana dari perbankan. Dengan segala pertimbangan dan resiko, dia akhirnya memilih untuk melepas aset-aset pribadinya.
"Waktu itu pikirannya yang mana atau kita sebagai pengusaha kan kita harus punya loyalitas terhadap profesional dan tim kita. Akhirnya waktu itu saya apakah melepas (PHK), apakah pinjam (utang), akhirnya saya memberanikan diri melakukan satu hal (menjual aset pribadi)," ungkapnya.
Menurut dia, pengusaha sukses selalu berani mengambil resiko dalam kondisi apapun. Langkah itu bertujuan menyelamatkan dan mengembangkan bisnisnya.
"Ya, tentu itu masa-masa yang cukup, ya adalah, setiap manusia ada. 1998 ketika saya memulai usaha, saya juga harus menutup usaha saya karena kondisi (krisis) 1998. Hal-hal itu ya, dinamika kehidupan kita bahwa dibalik kesuksesan itu pasti banyak kegagalan. Tetapi kunci bagaimana kita bisa reborn, bangkit dari kegagalan itu. Jadi bukan malah bendera putih, yah udah lah bobo aja di rumah, payah ini. Justru harus balik, harus intropeksi, harus cari solusi," tandasnya.
(ind)
Lihat Juga :
tulis komentar anda