Menko Airlangga: Investor dan Otoritas Bursa Jadi Bagian Penting Pemulihan Ekonomi
Rabu, 15 Desember 2021 - 13:54 WIB
JAKARTA - Situasi pandemi di Indonesia yang terkendali telah membuat ekonomi tetap tumbuh positif sebesar 3,51% (yoy) pada triwulan III-2021. Optimisme dan market confidence diharapkan dapat mendorong kembali peningkatan kinerja ekonomi di triwulan IV-2021.
Kondisi tersebut diperkuat oleh konsumsi masyarakat yang terus pulih, terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada pada level optimis serta penjualan ritel yang tumbuh positif. Demikian pula sisi investasi yang terus ekspansif, tecermin dari indikator PMI manufaktur, utilisasi industri pengolahan, impor barang modal dan bahan baku yang sedang dalam tren naik.
Sektor eksternal juga menunjukkan ketahanan yang baik, karena neraca pembayaran Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD 10,7 miliar pada triwulan III-2021. “Transaksi berjalan dan transaksi modal finansial berkontribusi terhadap pencapaian tersebut,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan keynote speech pada acara Economic Outlook Festival 2022 dengan tema “Roadmap Penanganan Covid-19, Ubah Pandemi Jadi Endemi, Ekonomi Tumbuh” yang diselenggarakan oleh IDX Channel, Rabu (15/12).
Transaksi berjalan ditopang oleh neraca perdagangan yang melanjutkan tren surplus selama 18 bulan berturut-turut, seiring kenaikan nilai ekspor dan harga komoditas. Sedangkan transaksi modal finansial diperkuat oleh investasi langsung dan portofolio, dengan sumber inflow salah satunya berasal dari instrumen saham di pasar modal.
“Saya mengapresiasi pasar modal yang berhasil tumbuh dan bertahan di tengah pandemi Covid-19,” ucap Menko Airlangga. Diketahui jumlah investor pasar modal terus meningkat dengan total 7,15 juta investor per November atau tumbuh 84,27% (ytd), ditopang oleh investor domestik. Kondisi ini memperkuat ketahanan pasar modal Indonesia dari goncangan eksternal.
Selain itu, sepanjang 2021 tercatat ada 52 emiten baru di pasar saham yang melakukan penawaran umum perdana saham atau iIPO dengan total penghimpunan dana Rp62,2 triliun.
Penghimpunan dana melalui IPO pada tahun ini tercatat masih bertumbuh positif bahkan lebih baik dari realisasi pada tahun 2020 lalu yang mencapai sebanyak 51 perusahaan IPO dengan total penghimpunan dana senilai Rp 5,58 triliun. “Terima kasih kepada para investor dan otoritas bursa yang telah menjadi bagian penting dari proses pemulihan ekonomi,” tutur Menko Airlangga.
Pemerintah tetap berkomitmen untuk melanjutkan berbagai program pemulihan ekonomi dan reformasi struktural di tahun depan. Percepatan investasi tentunya juga membutuhkan dukungan pembiayaan. Melalui Sovereign Wealth Fund yakni Lembaga Pengelola Investasi/Indonesia Invesment Authority (INA), pemerintah akan terus berupaya memenuhi berbagai kebutuhan pembiayaan untuk mengakselerasi pembangunan dan pemulihan ekonomi nasional.
Terkini, pemerintah juga telah berhasil mendapatkan 5 komitmen maupun peluang investasi dengan investor-investor dari Persatuan Emirat Arab (PEA/UAE) dengan estimasi nilai investasi USD9,05 miliar di berbagai sektor strategis seperti infrastruktur digital, pelabuhan, energi, dan jalan tol.
Sejalan dengan itu semua, pemerintah terus memonitor sejumlah tantangan dan risiko seperti inflasi, disrupsi supply chain, krisis Evergrande di Tiongkok, serta risiko yang memengaruhi capital flow Indonesia seperti tapering off The FED dan potensi kenaikan suku bunga acuan AS. Kondisi tersebut perlu diwaspadai agar tidak menganggu momentum pemulihan ekonomi ke depan.
Kondisi tersebut diperkuat oleh konsumsi masyarakat yang terus pulih, terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada pada level optimis serta penjualan ritel yang tumbuh positif. Demikian pula sisi investasi yang terus ekspansif, tecermin dari indikator PMI manufaktur, utilisasi industri pengolahan, impor barang modal dan bahan baku yang sedang dalam tren naik.
Sektor eksternal juga menunjukkan ketahanan yang baik, karena neraca pembayaran Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD 10,7 miliar pada triwulan III-2021. “Transaksi berjalan dan transaksi modal finansial berkontribusi terhadap pencapaian tersebut,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menyampaikan keynote speech pada acara Economic Outlook Festival 2022 dengan tema “Roadmap Penanganan Covid-19, Ubah Pandemi Jadi Endemi, Ekonomi Tumbuh” yang diselenggarakan oleh IDX Channel, Rabu (15/12).
Transaksi berjalan ditopang oleh neraca perdagangan yang melanjutkan tren surplus selama 18 bulan berturut-turut, seiring kenaikan nilai ekspor dan harga komoditas. Sedangkan transaksi modal finansial diperkuat oleh investasi langsung dan portofolio, dengan sumber inflow salah satunya berasal dari instrumen saham di pasar modal.
“Saya mengapresiasi pasar modal yang berhasil tumbuh dan bertahan di tengah pandemi Covid-19,” ucap Menko Airlangga. Diketahui jumlah investor pasar modal terus meningkat dengan total 7,15 juta investor per November atau tumbuh 84,27% (ytd), ditopang oleh investor domestik. Kondisi ini memperkuat ketahanan pasar modal Indonesia dari goncangan eksternal.
Selain itu, sepanjang 2021 tercatat ada 52 emiten baru di pasar saham yang melakukan penawaran umum perdana saham atau iIPO dengan total penghimpunan dana Rp62,2 triliun.
Penghimpunan dana melalui IPO pada tahun ini tercatat masih bertumbuh positif bahkan lebih baik dari realisasi pada tahun 2020 lalu yang mencapai sebanyak 51 perusahaan IPO dengan total penghimpunan dana senilai Rp 5,58 triliun. “Terima kasih kepada para investor dan otoritas bursa yang telah menjadi bagian penting dari proses pemulihan ekonomi,” tutur Menko Airlangga.
Pemerintah tetap berkomitmen untuk melanjutkan berbagai program pemulihan ekonomi dan reformasi struktural di tahun depan. Percepatan investasi tentunya juga membutuhkan dukungan pembiayaan. Melalui Sovereign Wealth Fund yakni Lembaga Pengelola Investasi/Indonesia Invesment Authority (INA), pemerintah akan terus berupaya memenuhi berbagai kebutuhan pembiayaan untuk mengakselerasi pembangunan dan pemulihan ekonomi nasional.
Baca Juga
Terkini, pemerintah juga telah berhasil mendapatkan 5 komitmen maupun peluang investasi dengan investor-investor dari Persatuan Emirat Arab (PEA/UAE) dengan estimasi nilai investasi USD9,05 miliar di berbagai sektor strategis seperti infrastruktur digital, pelabuhan, energi, dan jalan tol.
Sejalan dengan itu semua, pemerintah terus memonitor sejumlah tantangan dan risiko seperti inflasi, disrupsi supply chain, krisis Evergrande di Tiongkok, serta risiko yang memengaruhi capital flow Indonesia seperti tapering off The FED dan potensi kenaikan suku bunga acuan AS. Kondisi tersebut perlu diwaspadai agar tidak menganggu momentum pemulihan ekonomi ke depan.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda