Dipikul APBN, Subsidi Energi Bengkak Tembus Rp102,5 Triliun
Selasa, 21 Desember 2021 - 13:57 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan subsidi energi mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal tersebut karena kenaikan harga keekonomian dan bertambahnya jumlah konsumsi.
"Hingga akhir November 2022, realisasi subsidi energi mencapai Rp102,5 triliun. Angka tersebut membengkak naik 15,7% jika dibandingkan realisasi subsidi energi November 2020 sebesar Rp88,6 triliun," ujar dia dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Desember, Selasa(21/12/2021).
Dia mengatakan, kenaikan konsumsi mendorong kenaikan anggaran subsidi karena harga mengalami lonjakan. Rinciannya subsidi naik dari sebelumnya Rp88,6 triliun tahun lalu sekarang mencapai Rp102,5 triliun atau naik 15,7%. "Rakyat terlindungi, namun APBN harus memikul bebannya," ungkapnya.
Dia mencontohkan kenaikan konsumsi BBM solar. Realisasi penyaluran naik dari Oktober 2020 sebanyak 11,9 juta kiloliter (kl) menjadi 13,13 juta kl.
"Kemudian untuk LPG tabung 3 kg penyaluran naik dari 5.887,6 juta kg menjadi 6.176,9 juta kg. Lalu, untuk jumlah pelanggan listrik naik dari 36,83 juta pelanggan menjadi 38,1 juta pelanggan dan volume konsumsi listrik subsidi naik dari 50,83 Twh menjadi 52,2 Twh," jelasnya.
Tak hanya subsidi energi, dari sisi subsidi non energi juga mengalami kenaikan, meskipun hanya tipis. Realisasi hingga November 2021 mencapai Rp61,9 triliun, naik 0,8% dari posisi November 2020 sebesar Rp61,4 triliun.
"Terdiri dari subsidi bunga KUR yang naik dari 5,24 juta debitur menjadi 7,02 juta debitur. Dari sisi nilainya juga naik signifikan dari Rp167,84 triliun menjadi Rp265,87 triliun," pungkasnya.
"Hingga akhir November 2022, realisasi subsidi energi mencapai Rp102,5 triliun. Angka tersebut membengkak naik 15,7% jika dibandingkan realisasi subsidi energi November 2020 sebesar Rp88,6 triliun," ujar dia dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Desember, Selasa(21/12/2021).
Dia mengatakan, kenaikan konsumsi mendorong kenaikan anggaran subsidi karena harga mengalami lonjakan. Rinciannya subsidi naik dari sebelumnya Rp88,6 triliun tahun lalu sekarang mencapai Rp102,5 triliun atau naik 15,7%. "Rakyat terlindungi, namun APBN harus memikul bebannya," ungkapnya.
Dia mencontohkan kenaikan konsumsi BBM solar. Realisasi penyaluran naik dari Oktober 2020 sebanyak 11,9 juta kiloliter (kl) menjadi 13,13 juta kl.
"Kemudian untuk LPG tabung 3 kg penyaluran naik dari 5.887,6 juta kg menjadi 6.176,9 juta kg. Lalu, untuk jumlah pelanggan listrik naik dari 36,83 juta pelanggan menjadi 38,1 juta pelanggan dan volume konsumsi listrik subsidi naik dari 50,83 Twh menjadi 52,2 Twh," jelasnya.
Baca Juga
Tak hanya subsidi energi, dari sisi subsidi non energi juga mengalami kenaikan, meskipun hanya tipis. Realisasi hingga November 2021 mencapai Rp61,9 triliun, naik 0,8% dari posisi November 2020 sebesar Rp61,4 triliun.
"Terdiri dari subsidi bunga KUR yang naik dari 5,24 juta debitur menjadi 7,02 juta debitur. Dari sisi nilainya juga naik signifikan dari Rp167,84 triliun menjadi Rp265,87 triliun," pungkasnya.
(nng)
tulis komentar anda