Tutup Perdagangan Bursa, Airlangga Optimistis Ekonomi dan Pasar Modal Rebound di 2022
Kamis, 30 Desember 2021 - 16:43 WIB
JAKARTA - Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2021 resmi ditutup pada hari ini, Kamis (30/12/2021). Mewakili presiden Joko Widodo (Jokowi), Menko bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan sejumlah perkembangan ekonomi dan pasar modal.
Mengenai ekonomi global, Airlangga menyebutkan berbagai tantangan mulai dari harga energi, disrupsi rantai pasok dan krisis properti di China Evergrande yang efeknya akan lebih terasa pada 2022.
"Kemudian kita ketahui bahwa tingkat suku bunga di Amerika lebih rendah dari inflasi, kita melihat ada potensi tapering off dari The Fed. Di kuartal ketiga, kita mendapat varian Delta yang efeknya yang luar biasa ke sektor kesehatan sekitar Rp100 triliun," papar Airlangga dalam Peresmian Penutupan Perdagangan BEI Tahun 2021, Kamis (30/12/2021).
Dalam hal penanganan Covid-19, dia menyebut adanya optimisme dalam penanganan virus Covid-19 yang di bulan Juli tercatat sudah 56.000 dengan penurunan kasus lebih dari 90%. Bahkan, sudah 4 bulan kasus rata-rata di bawah 100.
Kemudian, dari aspek pertumbuhan ekonomi di kuartal III/2021 menjadi 3,5% dan juga dari segi permintaan terdapat perbaikan, di mana produksi manufaktur di level ekspansi menjadi 53,9% atau jauh lebih tinggi dibanding sebelum pandemi 51%.
"Kita melihat harga barang dan jasa relatif baik dan inflasi kita di 1,75% secara year on year dan ini menunjukkan berbagai kegiatan sudah mulai pulih," katanya.
Disisi lain penerimaan pajak saat ini mencapai Rp1.231,87 triliun atau 100,19% dari target Rp1.122,9 triliun dan ini belum pernah terjadi dalam 12 tahun terakhir juga di saat pandemi.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mencapai rekor Rp6.723. "Tentunya return dari Bursa Efek Indonesia year-todate nya 10%, nah kinerja ini tentu perdagangan pasar terjadi peningkatan 7,38 juta investor di mana masuknya ini investor ritel dan tentu ini kinerja IPO," bebernya.
Mengenai ekonomi global, Airlangga menyebutkan berbagai tantangan mulai dari harga energi, disrupsi rantai pasok dan krisis properti di China Evergrande yang efeknya akan lebih terasa pada 2022.
"Kemudian kita ketahui bahwa tingkat suku bunga di Amerika lebih rendah dari inflasi, kita melihat ada potensi tapering off dari The Fed. Di kuartal ketiga, kita mendapat varian Delta yang efeknya yang luar biasa ke sektor kesehatan sekitar Rp100 triliun," papar Airlangga dalam Peresmian Penutupan Perdagangan BEI Tahun 2021, Kamis (30/12/2021).
Dalam hal penanganan Covid-19, dia menyebut adanya optimisme dalam penanganan virus Covid-19 yang di bulan Juli tercatat sudah 56.000 dengan penurunan kasus lebih dari 90%. Bahkan, sudah 4 bulan kasus rata-rata di bawah 100.
Kemudian, dari aspek pertumbuhan ekonomi di kuartal III/2021 menjadi 3,5% dan juga dari segi permintaan terdapat perbaikan, di mana produksi manufaktur di level ekspansi menjadi 53,9% atau jauh lebih tinggi dibanding sebelum pandemi 51%.
"Kita melihat harga barang dan jasa relatif baik dan inflasi kita di 1,75% secara year on year dan ini menunjukkan berbagai kegiatan sudah mulai pulih," katanya.
Disisi lain penerimaan pajak saat ini mencapai Rp1.231,87 triliun atau 100,19% dari target Rp1.122,9 triliun dan ini belum pernah terjadi dalam 12 tahun terakhir juga di saat pandemi.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah mencapai rekor Rp6.723. "Tentunya return dari Bursa Efek Indonesia year-todate nya 10%, nah kinerja ini tentu perdagangan pasar terjadi peningkatan 7,38 juta investor di mana masuknya ini investor ritel dan tentu ini kinerja IPO," bebernya.
tulis komentar anda