Pertamina Mampu Hadapi Tekanan di Tengah Pandemi Covid-19
Selasa, 09 Juni 2020 - 23:24 WIB
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) dinilai telah sukses menghadapi tekanan pandemi COVID-19, dimana terlihat dari kinerja BUMN migas tersebut tetap baik. Anggota Komisi VI DPR Herman Khaeron mengatakan, kinerja Pertamina di bawah kepemimpinan Dirut Nicke Widyawati memang sudah baik yang ditunjukkan, ketika BUMN tersebut keluar dari tekanan pandemi COVID-19.
"Bisa bertahan dalam situasi seperti ini, perlu kita beri apresiasi," kata Herman Khaeron lewat keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (9/6/2020).
Dikatakannya, ada tiga tekanan yang dihadapi Pertamina selama masa pandemi COVID-19 yakni pertama adalah permintaan terhadap BBM dan gas turun sehingga penerimaan juga menurun. Kedua, terjadi depresiasi rupiah terhadap dolar AS dimana saat membeli minyak dari luar negeri dalam dolar AS dan menjual dalam bentuk rupiah sehingga membuat guncangan korporasi.
"Ketiga, jatuhnya harga minyak mentah mengurangi kemampuan Pertamina untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumur-sumur migas baru," ujar Herman.
Secara keseluruhan, Herman juga menilai positif kinerja Pertamina, apalagi di tengah pandemi, BUMN energi itu tidak hanya bertahan, tetapi masih masih bisa menghasilkan laba.
"Itu artinya, Bu Nicke dan kawan-kawan, menurut saya masih on the track. Tinggal catatan saya, agar dalam memberi penugasan kepada Pertamina, pemerintah jangan membebani kemampuan korporasi. Dengan begitu, akan terjadi percepatan akselerasi di dalam melakukan pengembangan," katanya.
Di sisi lain, Herman berharap Pertamina lebih ekspansif dan tidak mengandalkan impor migas, sehingga kemampuan BBM lebih luas dan lebih panjang durasinya, sehingga ketahanan energi juga lebih panjang.
Menurut dia, Pertamina sebenarnya sudah melakukan berbagai ekspansi, antara lain petrokimia dan penugasan B-30. Dan saat ini, ekspansi tersebut dilakukan sejalan dengan pengembangan kilang refinery development master plan (RDMP) di Balikpapan dan Balongan.
Di antara berbagai capaian, salah satu yang juga dinilai positif adalah posisi Pertamina pada Top 500 Fortune Global 2019. Pertamina berhasil naik 78 peringkat dari tahun sebelumnya, menjadi posisi 175, bahkan mengalahkan perusahaan top dunia, seperti Alibaba Group dan Facebook.
"Bisa bertahan dalam situasi seperti ini, perlu kita beri apresiasi," kata Herman Khaeron lewat keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (9/6/2020).
Dikatakannya, ada tiga tekanan yang dihadapi Pertamina selama masa pandemi COVID-19 yakni pertama adalah permintaan terhadap BBM dan gas turun sehingga penerimaan juga menurun. Kedua, terjadi depresiasi rupiah terhadap dolar AS dimana saat membeli minyak dari luar negeri dalam dolar AS dan menjual dalam bentuk rupiah sehingga membuat guncangan korporasi.
"Ketiga, jatuhnya harga minyak mentah mengurangi kemampuan Pertamina untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumur-sumur migas baru," ujar Herman.
Secara keseluruhan, Herman juga menilai positif kinerja Pertamina, apalagi di tengah pandemi, BUMN energi itu tidak hanya bertahan, tetapi masih masih bisa menghasilkan laba.
"Itu artinya, Bu Nicke dan kawan-kawan, menurut saya masih on the track. Tinggal catatan saya, agar dalam memberi penugasan kepada Pertamina, pemerintah jangan membebani kemampuan korporasi. Dengan begitu, akan terjadi percepatan akselerasi di dalam melakukan pengembangan," katanya.
Di sisi lain, Herman berharap Pertamina lebih ekspansif dan tidak mengandalkan impor migas, sehingga kemampuan BBM lebih luas dan lebih panjang durasinya, sehingga ketahanan energi juga lebih panjang.
Menurut dia, Pertamina sebenarnya sudah melakukan berbagai ekspansi, antara lain petrokimia dan penugasan B-30. Dan saat ini, ekspansi tersebut dilakukan sejalan dengan pengembangan kilang refinery development master plan (RDMP) di Balikpapan dan Balongan.
Di antara berbagai capaian, salah satu yang juga dinilai positif adalah posisi Pertamina pada Top 500 Fortune Global 2019. Pertamina berhasil naik 78 peringkat dari tahun sebelumnya, menjadi posisi 175, bahkan mengalahkan perusahaan top dunia, seperti Alibaba Group dan Facebook.
(akr)
tulis komentar anda