Usai Harganya Meroket Kini Langka, Cek Fakta Minyak Goreng
Minggu, 30 Januari 2022 - 17:31 WIB
JAKARTA - Karut marut minyak goreng terus bergulir seiring kian sulitnya masyarakat mendapatkan minyak goreng satu harga yang dibanderol Rp14.000 per liter.
Jika sebelumnya masyarakat teriak karena harga minyak goreng membumbung tinggi hingga Rp20.000 per liter, kini minyak goreng subsidi yang semula diharapkan jadi solusi juga nyatanya sulit ditemui alias langka.
Sebelumnya, pemerintah dan pengusaha menyatakan salah satu penyebab meningkatnya harga minyak goreng adalah naiknya harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).
Meski Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit terbesar, harga ditentukan oleh mekanisme pasar dunia. Sehingga, apabila terjadi kenaikan harga CPO internasional maka harga di dalam negeri juga otomatis terkatrol.
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga baru-baru ini mengatakan, produksi minyak goreng di Indonesia memang masih bergantung pada harga CPO dunia.
Dalam operasional industri minyak goreng, beban biaya CPO berkisar 65-70% dari harga pabrik minyak goreng. Akibatnya, apabila manakala harga CPO naik, harga minyak goreng ikut melambung. "Sisanya biaya transport, produksi, kemasan, dan lainnya," ujarnya, dikutip Minggu (30/1/2022).
Faktor kedua yang memicu kenaikan harga minyak goreng adalah jumlah permintaan minyak sawit yang meningkat seiring pemulihan ekonomi di Indonesia dan Negara lainnya.
Sementara, dari sisi produksi tidak dapat mengikuti kecepatan dari permintaan tersebut. Produksi minyak sawit relatif stagnan karena berbagai faktor seperti cuaca, keterbatasan pupuk dan kelangkaan tenaga kerja.
Jika sebelumnya masyarakat teriak karena harga minyak goreng membumbung tinggi hingga Rp20.000 per liter, kini minyak goreng subsidi yang semula diharapkan jadi solusi juga nyatanya sulit ditemui alias langka.
Sebelumnya, pemerintah dan pengusaha menyatakan salah satu penyebab meningkatnya harga minyak goreng adalah naiknya harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).
Meski Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit terbesar, harga ditentukan oleh mekanisme pasar dunia. Sehingga, apabila terjadi kenaikan harga CPO internasional maka harga di dalam negeri juga otomatis terkatrol.
Baca Juga
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga baru-baru ini mengatakan, produksi minyak goreng di Indonesia memang masih bergantung pada harga CPO dunia.
Dalam operasional industri minyak goreng, beban biaya CPO berkisar 65-70% dari harga pabrik minyak goreng. Akibatnya, apabila manakala harga CPO naik, harga minyak goreng ikut melambung. "Sisanya biaya transport, produksi, kemasan, dan lainnya," ujarnya, dikutip Minggu (30/1/2022).
Faktor kedua yang memicu kenaikan harga minyak goreng adalah jumlah permintaan minyak sawit yang meningkat seiring pemulihan ekonomi di Indonesia dan Negara lainnya.
Sementara, dari sisi produksi tidak dapat mengikuti kecepatan dari permintaan tersebut. Produksi minyak sawit relatif stagnan karena berbagai faktor seperti cuaca, keterbatasan pupuk dan kelangkaan tenaga kerja.
tulis komentar anda