Kemenperin Incar Peluang Relokasi Perusahaan Amerika
Jum'at, 12 Juni 2020 - 15:32 WIB
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sedang membidik sejumlah investasi sektor industri dari Amerika Serikat. Hal ini karena beberapa perusahaan asal Negeri Paman Sam akan ada yang merelokasi pabriknya dari Negeri Tirai Bambu akibat dampak perang dagang AS-China yang semakin alot.
"Kami tetap fokus menarik investasi di berbagai sektor industri. Sektor manufaktur yang kami sasar meliputi industri untuk substitusi impor, industri berorientasi ekspor, industri padat karya dan industri produk berbasis teknologi tinggi," ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (12/6/2020). (Baca juga :
Produk Impor Akan Dibatasi Menperin Demi Selamatkan Industri Lokal )
Guna merealisasikan penanaman modal tersebut, Menperin menyatakan pihaknya siap memfasilitasi dengan menawarkan ketersediaan kawasan industri yang terintegrasi.
"Hingga saat ini, Indonesia telah mendirikan sebanyak 114 kawasan industri dan berencana untuk mengembangkan 27 kawasan industri lainnya hingga akhir tahun 2024," ungkapnya.
Agus optimistis AS akan selalu menjadi mitra bisnis perdagangan yang penting bagi Indonesia. Hal ini ditandai dengan peningkatan investasi dan kerja sama di antara pelaku industri kedua negara. Sepanjang tahun 2013-2017, penanaman modal AS di Indonesia diproyeksi telah menyentuh angka USD36 miliar.
Adapun perusahaan-perusahaan AS yang telah berkontribusi besar di Indonesia, di antaranya adalah perusahaan raksasa teknologi seperti IBM, HP, Microsoft, Facebook, Google dan Apple, yang telah menjadi kunci digitalisasi di Indonesia. "Adanya perusahaan-perusahaan tersebut juga turut berkontribusi pada penerapan industri 4.0 di tanah air," imbuhnya.
Menperin meyakini, Indonesia masih menjadi negara tujuan utama para investor yang ingin berekspansi atau membangun pabrik barunya. Apalagi, Indonesia dinilai akan mampu menjadi pusat manufaktur di kawasan ASEAN. Daya tarik Indonesia lainnya adalah memiliki pasar yang sangat besar dan akan menikmati masa bonus demografi hingga tahun 2030.
"Sebagian perusahaan skala besar telah menjadikan Indonesia sebagai basis produksi mereka untuk pasar global. Posisi strategis Indonesia sebagai pemimpin ekonomi teratas ASEAN juga telah menjadi landasan tujuan investasi yang sukses," tegas Agus.
"Kami tetap fokus menarik investasi di berbagai sektor industri. Sektor manufaktur yang kami sasar meliputi industri untuk substitusi impor, industri berorientasi ekspor, industri padat karya dan industri produk berbasis teknologi tinggi," ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (12/6/2020). (Baca juga :
Produk Impor Akan Dibatasi Menperin Demi Selamatkan Industri Lokal )
Guna merealisasikan penanaman modal tersebut, Menperin menyatakan pihaknya siap memfasilitasi dengan menawarkan ketersediaan kawasan industri yang terintegrasi.
"Hingga saat ini, Indonesia telah mendirikan sebanyak 114 kawasan industri dan berencana untuk mengembangkan 27 kawasan industri lainnya hingga akhir tahun 2024," ungkapnya.
Agus optimistis AS akan selalu menjadi mitra bisnis perdagangan yang penting bagi Indonesia. Hal ini ditandai dengan peningkatan investasi dan kerja sama di antara pelaku industri kedua negara. Sepanjang tahun 2013-2017, penanaman modal AS di Indonesia diproyeksi telah menyentuh angka USD36 miliar.
Adapun perusahaan-perusahaan AS yang telah berkontribusi besar di Indonesia, di antaranya adalah perusahaan raksasa teknologi seperti IBM, HP, Microsoft, Facebook, Google dan Apple, yang telah menjadi kunci digitalisasi di Indonesia. "Adanya perusahaan-perusahaan tersebut juga turut berkontribusi pada penerapan industri 4.0 di tanah air," imbuhnya.
Menperin meyakini, Indonesia masih menjadi negara tujuan utama para investor yang ingin berekspansi atau membangun pabrik barunya. Apalagi, Indonesia dinilai akan mampu menjadi pusat manufaktur di kawasan ASEAN. Daya tarik Indonesia lainnya adalah memiliki pasar yang sangat besar dan akan menikmati masa bonus demografi hingga tahun 2030.
"Sebagian perusahaan skala besar telah menjadikan Indonesia sebagai basis produksi mereka untuk pasar global. Posisi strategis Indonesia sebagai pemimpin ekonomi teratas ASEAN juga telah menjadi landasan tujuan investasi yang sukses," tegas Agus.
(ind)
tulis komentar anda