Letoi di 2021, Kinerja Reksa Dana Perkasa di Februari Kemarin
Senin, 07 Maret 2022 - 11:39 WIB
JAKARTA - Tahun 2021 bukan tahun yang baik untuk produk reksa dana saham, apalagi jika dibandingkan dengan kinerja indeks harga saham gabungan ( IHSG ) yang melonjak jauh. Namun, sepanjang Februari kemarin, kinerja reksa dana terbilang positif.
Head of Investment Research Infovesta, Wawan Hendrayana, mengatakan reksa dana saham jauh di bawah IHSG karena di awal tahun 2021 indeks saham naik didorong sektor ekologi dan bank digital.
"Karena masalah likuiditas, jarang reksa dana bisa masuk ke saham-saham ini. Tetapi kalau kinerja kita potong Q4-2021 sebenarnya reksa dana saham sudah bisa bangkit karena di periode itu IHSG bergerak ditopang saham-saham blue chip," ujar Wawan dalam Power Breakfast IDX, Senin (7/3/2022).
Lanjut Wawan, capaian itu membuat reksa dana bergerak naik di Q4-2021. Ada beberapa faktor yang membuat reksa dana naik, yakni perbaikan ekonomi dan kenaikan harga komoditas. terutama batu bara.
"Sebelum ada eskalasi geopolitik Rusia dan Ukraina pun karena recovery ekonomi dunia, kebutuhan (komoditas) jadi meningkat. Profitabilitas emiten batu bara akan meningkat lagi di tahun 2022," jelasnya.
Merujuk data dari Infovesta Utama, reksa dana saham jadi paling apik atau kenaikannya paling tinggi dalam sebulan terakhir. Menurut Wawan, dengan risiko yang tinggi tentunya profit yang diharapkan bisa lebih tinggi.
"Dan ini didasari oleh reksa dana saham itu minimal berkontribusi 80% atas saham-saham yang ada di Indonesia dan utamanya adalah saham-saham blue chip, ini membuat kinerja reksa dana saham menjadi positif," katanya.
Untuk reksa dana jenis lain seperti campuran, umumnya aset alokasinya 50:50 atau 50% pada saham dan 50% pada obligasi. Untuk obligasi sendiri pada 2022 tidak setinggi tahun lalu karena ada kekhawatiran The Fed akan menaikkan suku bunga yang menekan harga obligasi.
"Saya rasa akan terus stay. Kalau krisis sudah selesai maka Indonesia lebih fokus untuk recover. Target pertumbuhan ekonomi tahun ini adalah 5-5,5% dengan pertumbuhan ekonomi seperti itu wajar IHSG bisa ke arah 7.000-7.500," jelas Wawan.
Investor disarankan mengambil investasi long term karena Indonesia akan terus positif sebab pertumbuhan ekonomi masih cukup baik, harga komoditas yang terus meroket, dan bulan Maret adalah bulan laporan keuangan dan pembagian dividen. (anggie)
Head of Investment Research Infovesta, Wawan Hendrayana, mengatakan reksa dana saham jauh di bawah IHSG karena di awal tahun 2021 indeks saham naik didorong sektor ekologi dan bank digital.
"Karena masalah likuiditas, jarang reksa dana bisa masuk ke saham-saham ini. Tetapi kalau kinerja kita potong Q4-2021 sebenarnya reksa dana saham sudah bisa bangkit karena di periode itu IHSG bergerak ditopang saham-saham blue chip," ujar Wawan dalam Power Breakfast IDX, Senin (7/3/2022).
Lanjut Wawan, capaian itu membuat reksa dana bergerak naik di Q4-2021. Ada beberapa faktor yang membuat reksa dana naik, yakni perbaikan ekonomi dan kenaikan harga komoditas. terutama batu bara.
"Sebelum ada eskalasi geopolitik Rusia dan Ukraina pun karena recovery ekonomi dunia, kebutuhan (komoditas) jadi meningkat. Profitabilitas emiten batu bara akan meningkat lagi di tahun 2022," jelasnya.
Merujuk data dari Infovesta Utama, reksa dana saham jadi paling apik atau kenaikannya paling tinggi dalam sebulan terakhir. Menurut Wawan, dengan risiko yang tinggi tentunya profit yang diharapkan bisa lebih tinggi.
"Dan ini didasari oleh reksa dana saham itu minimal berkontribusi 80% atas saham-saham yang ada di Indonesia dan utamanya adalah saham-saham blue chip, ini membuat kinerja reksa dana saham menjadi positif," katanya.
Untuk reksa dana jenis lain seperti campuran, umumnya aset alokasinya 50:50 atau 50% pada saham dan 50% pada obligasi. Untuk obligasi sendiri pada 2022 tidak setinggi tahun lalu karena ada kekhawatiran The Fed akan menaikkan suku bunga yang menekan harga obligasi.
"Saya rasa akan terus stay. Kalau krisis sudah selesai maka Indonesia lebih fokus untuk recover. Target pertumbuhan ekonomi tahun ini adalah 5-5,5% dengan pertumbuhan ekonomi seperti itu wajar IHSG bisa ke arah 7.000-7.500," jelas Wawan.
Investor disarankan mengambil investasi long term karena Indonesia akan terus positif sebab pertumbuhan ekonomi masih cukup baik, harga komoditas yang terus meroket, dan bulan Maret adalah bulan laporan keuangan dan pembagian dividen. (anggie)
(uka)
tulis komentar anda