Perang Rusia-Ukraina Bisa Pengaruhi Subsidi Energi, Pangan, hingga Bansos
Selasa, 05 April 2022 - 12:00 WIB
JAKARTA - Pemerintah tetap mewaspadai risiko ancaman pemulihan ekonomi yang mengalami pergeseran dari risiko pandemi menjadi eskalasi geopolitik Rusia-Ukraina dan dinamika kebijakan moneter Amerika Serikat. Ini bukan hanya berpotensi melemahkan pemulihan ekonomi dunia, tapi juga domestik.
Plt. Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Abdurrohman menerangkan, berbagai pos di APBN akan terimbas oleh faktor dinamika global.
Kenaikan harga komoditas global, khususnya sektor pangan dan energi yang tengah terjadi, memang memberikan windfall penerimaan negara. Tapi itu juga memberikan konsekuensi terhadap belanja seperti belanja subsidi energi, stabilisasi harga pangan, dan berbagai bentuk perlindungan sosial bagi masyarakat.
"Di sisi pembiayaan pun akan terjadi peningkatan risiko pembiayaan APBN," ujar Abdurrohman di Jakarta, Selasa (5/4/2022).
Dia mengatakan, APBN akan terus antisipatif mengoptimalkan perannya sebagai shock absorber atau penyerap gejolak berbagai risiko seperti yang dilakukan selama pandemi, baik akibat tekanan harga komoditas maupun naiknya cost of fund dari segi pembiayaan karena normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat.
Abdurrohman menegaskan APBN akan terus hadir menjaga pemulihan ekonomi, melindungi kesehatan dan daya beli masyarakat, serta menjaga kesinambungan fiskal.
“Jadi kalau ada gejolak, APBN-lah yang punya peran besar untuk memitigasi dampaknya, terutama yang ke masyarakat. APBN akan menjadi bantalan kebijakan, terutama melalui berbagai kebijakan perlindungan sosial,” pungkas Abdurrohman.
Plt. Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Abdurrohman menerangkan, berbagai pos di APBN akan terimbas oleh faktor dinamika global.
Kenaikan harga komoditas global, khususnya sektor pangan dan energi yang tengah terjadi, memang memberikan windfall penerimaan negara. Tapi itu juga memberikan konsekuensi terhadap belanja seperti belanja subsidi energi, stabilisasi harga pangan, dan berbagai bentuk perlindungan sosial bagi masyarakat.
"Di sisi pembiayaan pun akan terjadi peningkatan risiko pembiayaan APBN," ujar Abdurrohman di Jakarta, Selasa (5/4/2022).
Dia mengatakan, APBN akan terus antisipatif mengoptimalkan perannya sebagai shock absorber atau penyerap gejolak berbagai risiko seperti yang dilakukan selama pandemi, baik akibat tekanan harga komoditas maupun naiknya cost of fund dari segi pembiayaan karena normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat.
Abdurrohman menegaskan APBN akan terus hadir menjaga pemulihan ekonomi, melindungi kesehatan dan daya beli masyarakat, serta menjaga kesinambungan fiskal.
Baca Juga
“Jadi kalau ada gejolak, APBN-lah yang punya peran besar untuk memitigasi dampaknya, terutama yang ke masyarakat. APBN akan menjadi bantalan kebijakan, terutama melalui berbagai kebijakan perlindungan sosial,” pungkas Abdurrohman.
(uka)
Lihat Juga :
tulis komentar anda