Pertamax Naik: Ringankan Keuangan Pertamina, tapi Bebani APBN?

Minggu, 03 April 2022 - 21:40 WIB
loading...
Pertamax Naik: Ringankan...
Kenaikan harga Pertamax dan Pertalite disubsidi pemerintah membuat keuangan Pertamina sedikit lega. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Pertamina menaikkan harga Pertamax menjadi Rp12.500 per liter. Kenaikan harga ini ditetapkan seiring melambungnya harga minyak dunia akibat kondisi geopolitik dan ekonomi global.



Dengan kenaikan harga Pertamax Rp3.500 dari harga awal, apakah Pertamina meraup keuntungan lebih banyak? Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, naiknya harga Pertamax dinilai menekan beban kerugian yang selama ini ditanggung.

"Karena memang Pertamina masih rugi ya, dengan (harga) jual Pertamax ini. Tapi (kerugiannya) tidak sebesar jika tidak ada kenaikan," ujar Mamit kepada MNC Portal Indonesia, Minggu (3/4/2022).

Nilai keekonomian BBM seperti Pertamax, yang memiliki RON 92, dipatok Rp16.000 per liter. Artinya, Pertamina masih menjual Pertamax di bawah nilai keekonomian.

Namun, menurut Mamit, jika tidak dinaikkan, keuangan Pertamina akan berdarah-darah. Apalagi, harga minyak dunia masih bergejolak.



Di sisi lain, dengan ditetapkannya Pertalite menjadi BBM penugasan khusus (JBKP), maka beban perusahaan akan semakin ringan karena Pertalite diberikan subsidi oleh pemerintah.

"Perubahan Pertalite menjadi JBKP ini membawa angin segara juga terhadap keuangan Pertamina sehingga bisa tercatat sebagai piutang. Soal dibayarnya kapan, saya kira tergantung keuangan pemerintah," ungkap Mamit.

Ketika keuangan Pertamina sedikit leluasa dengan kenaikan Pertamax dan Pertalite disubsidi, APBN justru yang menjadi bantalan. Pasalnya, selisih kekurangan harga Pertalite akan ditanggung oleh APBN.

Mamit sendiri pernah menaksir bahwa harga ideal Pertalite di atas Rp11.000 per liter. Saat ini harga jual Pertalite Rp7.650 per liter. Jika konsumsi Pertalite sebanyak 21 juta kiloliter dikali selisih harga Rp3.350, jelas subsidi yang tak sedikit.



Jumlah konsumsi Pertalite sebanyak 21 juta itu, sebelum ada kenaikan Pertamax dan belum ada migrasi masyarakat dari Pertamax ke Pertalite. Tahun ini jumlahnya bisa saja lebih dari 21 juta kiloliter.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1755 seconds (0.1#10.140)