BI Diprediksi Pangkas Suku Bunga, Rupiah Diperkirakan Menguat Tipis
Jum'at, 19 Juni 2020 - 09:36 WIB
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini diprediksi akan menguat tipis. Rupiah didukung sentimen positif ekspektasi bahwa Bank Indonesia (BI) akan kembali memangkas suku bunga acuannya.
"Itu tentunya memberikan angin segar untuk rupiah karena pemangkasan bisa membantu meningkatkan aktivitas ekonomi Indonesia. Hari ini mungkin penguatan tipis lagi seperti Kemarin, dengan kisaran Rp14.000-14.100 per USD," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat (19/6/2020).
Namun, dia melanjutkan, faktor penggerak rupiah bukan hanya dari BI saja. Rupiah menurutnya masih sangat rentan dengan faktor dari luar. Saat ini dari luar masih ada tarik menarik antara sentimen positif dan negatif sehingga rupiah belakangan ini bergerak tipis.
(Baca Juga: Sri Mulyani Tidak Ingin Rupiah Terlalu Kuat, Ini Alasannya)
"Pembukaan ekonomi kembali di tengah pandemi memberikan sentimen positif ke pasar, termasuk ekonomi new normal di Indonesia," katanya.
Namun di sisi lain, pasar masih mewaspadai peningkatan penyebaran virus corona dan gelombang kedua wabah yang bisa menurunkan kembali aktivitas ekonomi. "Ketegangan geopolitik regional di Asia antara dua Korea serta China dan India juga bisa menahan penguatan rupiah terhadap dolar," jelasnya.
"Itu tentunya memberikan angin segar untuk rupiah karena pemangkasan bisa membantu meningkatkan aktivitas ekonomi Indonesia. Hari ini mungkin penguatan tipis lagi seperti Kemarin, dengan kisaran Rp14.000-14.100 per USD," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat (19/6/2020).
Namun, dia melanjutkan, faktor penggerak rupiah bukan hanya dari BI saja. Rupiah menurutnya masih sangat rentan dengan faktor dari luar. Saat ini dari luar masih ada tarik menarik antara sentimen positif dan negatif sehingga rupiah belakangan ini bergerak tipis.
(Baca Juga: Sri Mulyani Tidak Ingin Rupiah Terlalu Kuat, Ini Alasannya)
"Pembukaan ekonomi kembali di tengah pandemi memberikan sentimen positif ke pasar, termasuk ekonomi new normal di Indonesia," katanya.
Namun di sisi lain, pasar masih mewaspadai peningkatan penyebaran virus corona dan gelombang kedua wabah yang bisa menurunkan kembali aktivitas ekonomi. "Ketegangan geopolitik regional di Asia antara dua Korea serta China dan India juga bisa menahan penguatan rupiah terhadap dolar," jelasnya.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda