Kasus Investasi Bodong Marak, Bappebti: Sulit Mengendalikan Sifat Serakah Manusia

Senin, 18 April 2022 - 17:45 WIB
Maraknya investasi bodong karena literasi keuangan masyarakat sangat rendah sehingga tergoda dapat untung berlimpah. Foto/Ilustrasi
JAKARTA - Kasus investasi bodong semakin marak menimpa masyarakat. Faktor penyebabnya beragam, mulai dari kelicikan pelaku memanfaatkan segala cara hingga literasi keuangan masyarakat yang rendah.



Menurut Kabiro Peraturan Perundang-undangan dan Pendidikan Bappepti Aldison, kebanyakan masyarakat tidak memiliki pemahaman berinvestasi tapi ingin mendapatkan untung berlipat dengan mudah. Padahal pemahaman atas risiko menjadi ilmu yang sangat dasar sebelum berinvestasi.



"Terdapat jenis investasi yang memang high risk high return, makanya dibutuhkan pengetahuan, legal knowledge umumnya produknya seperti forex, emas digital atau kripto," ujar Aldison dalam talkshow PPATK, Senin (18/4/2022).

Setidaknya, lanjut Aldison, masyarakat harus mengetahui definisi, jenis produk, risiko dan informasi umum lain sebelum memilih instrumen investasi. Platform investasi bodong cenderung memanfaatkan kelemahan orang awam, misalnya membuat investasi terlihat menjadi sangat mudah.

"Jadi seperti di platform Binomo, itu kita hanya diberi pilihan untuk menebak saja apakah nanti akan naik atau turun grafiknya. Padahal itu butuh knowledge yang baik bukan sekedar menebak naik atau turun," ujar Aldison.

Jika sudah seperti itu, maka masyarakat sendiri yang dinilai bisa mengendalikan diri untuk tidak tergiur iming-iming imbal hasil yang besar. Satgas Waspada Investasi (SWI) OJK sendiri sudah melakukan pemblokiran ribuan entitas ilegal dengan masif sejak 2019.



"Tentunya sangat sulit kalau kita harus diminta mengendalikan sifat dasar manusia, yaitu keserakahan tadi. Namun pemerintah akan lebih berupaya meningkatkan edukasi, " ujar Aldison.
(uka)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More