Uni Eropa di Ambang Perpecahan, Bulgaria Ancam Tolak Sanksi Baru ke Rusia
Senin, 09 Mei 2022 - 19:05 WIB
JAKARTA - Bulgaria mengancam tidak mendukung sanksi baru Uni Eropa terhadap Rusia jika negara Balkan tersebut tidak mendapatkan relaksasi atas embargo minyak dari Rusia.
Mengutip Reuters, Senin (9/5/2022), Uni Eropa tengah membicarakan rencana sanksi baru tersebut dan akan segera merealisasikannya. Pembicaraan terkait hal ini berlanjut pada Senin ini.
"Pembicaraan akan dilanjutkan besok Senin, dan Selasa, dan pertemuan para pemimpin akan menyimpulkan dalam rapat tersebut. Posisi kami sangat jelas. Jika ada negara yang mendapatkan relaksasi, kami juga ingin relaksasi," ujar Deputy Prime Minister Assen Vassilev kepada televisi nasional BNT.
Dia menegaskan, jika tidak ada relaksasi, maka pihaknya tidak akan mendukung sanksi tersebut. "Namun kami tidak berharap untuk hal itu," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Hungaria, Slovakia dan Republik Ceko tergantung minyak mentah Rusia. Minyak tersebut dikirim melalui jaringan pipa yang sudah dibangun sejak era Soviet.
Negara-negara tersebut telah meminta adanya relaksasi terkait rencana larangan impor minyak dari Rusia, begitu pula dengan Bulgaria. Komisi Eropa disebutkan telah memberi kesempatan bagi Hungaria, Slovakia dan Republik Ceko untuk mengalihkan pasokan energi mereka terkecuali Bulgaria.
Sebab itu, Vassilev menegaskan bahwa negaranya juga membutuhkan relaksasi, sebab satu-satunya kilang minyak di pelabuhan Laut Hitam Burgas masih membutuhkan waktu untuk meningkatkan fasilitas desulfurisasi untuk beralih ke pemrosesan minyak mentah dari sumber selain Rusia.
Kilang tersebut Nefthochim Burgas, yang dimiliki oleh perusahaan Rusia Lukoil, di mana setengah pasokan didapat dari Rusia.
Lihat Juga: Pemimpin Anggota NATO Ini Curhat ke Putin, Keluhkan Kehadiran Pasukan Korea Utara di Ukraina
Mengutip Reuters, Senin (9/5/2022), Uni Eropa tengah membicarakan rencana sanksi baru tersebut dan akan segera merealisasikannya. Pembicaraan terkait hal ini berlanjut pada Senin ini.
"Pembicaraan akan dilanjutkan besok Senin, dan Selasa, dan pertemuan para pemimpin akan menyimpulkan dalam rapat tersebut. Posisi kami sangat jelas. Jika ada negara yang mendapatkan relaksasi, kami juga ingin relaksasi," ujar Deputy Prime Minister Assen Vassilev kepada televisi nasional BNT.
Dia menegaskan, jika tidak ada relaksasi, maka pihaknya tidak akan mendukung sanksi tersebut. "Namun kami tidak berharap untuk hal itu," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Hungaria, Slovakia dan Republik Ceko tergantung minyak mentah Rusia. Minyak tersebut dikirim melalui jaringan pipa yang sudah dibangun sejak era Soviet.
Negara-negara tersebut telah meminta adanya relaksasi terkait rencana larangan impor minyak dari Rusia, begitu pula dengan Bulgaria. Komisi Eropa disebutkan telah memberi kesempatan bagi Hungaria, Slovakia dan Republik Ceko untuk mengalihkan pasokan energi mereka terkecuali Bulgaria.
Sebab itu, Vassilev menegaskan bahwa negaranya juga membutuhkan relaksasi, sebab satu-satunya kilang minyak di pelabuhan Laut Hitam Burgas masih membutuhkan waktu untuk meningkatkan fasilitas desulfurisasi untuk beralih ke pemrosesan minyak mentah dari sumber selain Rusia.
Kilang tersebut Nefthochim Burgas, yang dimiliki oleh perusahaan Rusia Lukoil, di mana setengah pasokan didapat dari Rusia.
Lihat Juga: Pemimpin Anggota NATO Ini Curhat ke Putin, Keluhkan Kehadiran Pasukan Korea Utara di Ukraina
(nng)
tulis komentar anda