Larangan Ekspor Dicabut, Guyuran CPO Indonesia Dinanti Negara Lain
Senin, 23 Mei 2022 - 17:24 WIB
JAKARTA - Kebijakan pemerintah Indonesia dengan memberikan larangan ekspor crude palm oil (CPO) tidak hanya berdampak pada tata niaga di dalam negeri, namun juga berdampak pada negara lain. Sekjen Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), Eddy Martono mengatakan, ketika adanya kebijakan larangan ekspor CPO juga berdampingan dengan kebutuhan yang meningkat akan minyak nabati di luar negeri.
Eddy menjelaskan dampak invasi militer Rusia-Ukraina membuat pasokan suply minyak dari biji bunga matahari menjadi terganggu, sehingga banyak negara yang mengandalkan minyak sawit sebagai substitusi.
"Dampak Rusia Ukraina suply minyak biji bunga matahari itu tidak ada, akhirnya menurun, maka mereka berharap supaya keran ekspor di buka," ujarnya dalam Market Review IDXChanel, Senin (23/5/2022).
Oleh karenanya, menurut Eddy pembukaan kembali ekspor CPO mulai hari ini menjadi nafas baru setelah tertekan adanya kebijakan larangan ekspor yang banyak kerugian petani swadaya.
Sebab adanya kebijakan larangan ekspor CPO itu membuat hasil panen sawit para petani mempunyai harga jual yang sangat rendah, selain itu serapan buah sawit ke perusahaan juga mengurang.
Hal itu membuat tidak sedikit buah yang dipanen rusak karena terlalu lama tidak terserap. Kalaupun tidak di panen, maka akan mengalami pembusukan di pohon yang memicu adanya virus atau jamur.
"Kalau tidak dipanen, itu bakal berjamur yang akan mempengaruhi pada pohon, sehingga bakal mengaruhi produktifitas panen kedepannya, Itu yang kita jaga betul agar tidak terjadi buah busuk di pohon," pungkasnya.
Eddy menjelaskan dampak invasi militer Rusia-Ukraina membuat pasokan suply minyak dari biji bunga matahari menjadi terganggu, sehingga banyak negara yang mengandalkan minyak sawit sebagai substitusi.
"Dampak Rusia Ukraina suply minyak biji bunga matahari itu tidak ada, akhirnya menurun, maka mereka berharap supaya keran ekspor di buka," ujarnya dalam Market Review IDXChanel, Senin (23/5/2022).
Oleh karenanya, menurut Eddy pembukaan kembali ekspor CPO mulai hari ini menjadi nafas baru setelah tertekan adanya kebijakan larangan ekspor yang banyak kerugian petani swadaya.
Sebab adanya kebijakan larangan ekspor CPO itu membuat hasil panen sawit para petani mempunyai harga jual yang sangat rendah, selain itu serapan buah sawit ke perusahaan juga mengurang.
Hal itu membuat tidak sedikit buah yang dipanen rusak karena terlalu lama tidak terserap. Kalaupun tidak di panen, maka akan mengalami pembusukan di pohon yang memicu adanya virus atau jamur.
"Kalau tidak dipanen, itu bakal berjamur yang akan mempengaruhi pada pohon, sehingga bakal mengaruhi produktifitas panen kedepannya, Itu yang kita jaga betul agar tidak terjadi buah busuk di pohon," pungkasnya.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda