Pasar Terguncang, Negara Berkembang Kehilangan Rp73.220 Triliun
Senin, 23 Mei 2022 - 18:00 WIB
JAKARTA - Guncangan pasar akibat dinamika ekonomi global memiliki risiko yang cukup besar. Negara berkembang kehilangan USD5 triliun atau setara Rp73.220 triliun terimbas pernurunan harga saham hingga obligasi yang terus meningkat.
Mengutip Bloomberg, di Jakarta, Senin (23/5/2022) arus modal keluar meningkat dalam 15 bulan terakhir. Meski risiko cukup tinggi bagi investor menjadi kesempatan bagi investor untuk memanfaatkan harga diskon.
Kekacauan utamanya disebabkan peningkatan suku bunga acuan dan pengetatan kuantitatif oleh Bank Sentral AS (The Fed). Faktor lain terjadinya lonjakan inflasi dan meningkatnya kasus Covid-19 di China serta konflik Rusia dan Ukraina memperkeruh kondisi.
"Saya khawatir terhadap siklus pengetatan bank sentral. Pasar ke depan bisa jauh lebih agresif daripada yang biasa dilakukan investor dalam 20-30 tahun terakhir," kata pengawas portofolio makro dunia di GAMA Asset Management, Rajeev De Mello.
Nilai kapitalisasi indeks MSCI disebut telah terpangkas USD4 triliun. Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap 6 mata uang utama juga jatuh dari level tertinggi. "Kami pun telah mengurangi penurunan pada aset pasar berkembang. Walaupun secara fundamental tetap menantang , masih ada potensi keuntungan jangka pendek," kata Kas Supervisor di Fidelity International, Paul Greer.
Mengutip Bloomberg, di Jakarta, Senin (23/5/2022) arus modal keluar meningkat dalam 15 bulan terakhir. Meski risiko cukup tinggi bagi investor menjadi kesempatan bagi investor untuk memanfaatkan harga diskon.
Kekacauan utamanya disebabkan peningkatan suku bunga acuan dan pengetatan kuantitatif oleh Bank Sentral AS (The Fed). Faktor lain terjadinya lonjakan inflasi dan meningkatnya kasus Covid-19 di China serta konflik Rusia dan Ukraina memperkeruh kondisi.
"Saya khawatir terhadap siklus pengetatan bank sentral. Pasar ke depan bisa jauh lebih agresif daripada yang biasa dilakukan investor dalam 20-30 tahun terakhir," kata pengawas portofolio makro dunia di GAMA Asset Management, Rajeev De Mello.
Nilai kapitalisasi indeks MSCI disebut telah terpangkas USD4 triliun. Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap 6 mata uang utama juga jatuh dari level tertinggi. "Kami pun telah mengurangi penurunan pada aset pasar berkembang. Walaupun secara fundamental tetap menantang , masih ada potensi keuntungan jangka pendek," kata Kas Supervisor di Fidelity International, Paul Greer.
(nng)
tulis komentar anda