BUMN Didorong Saingi Pemodal Asing Investasi di Startup Lokal
Rabu, 15 Juni 2022 - 17:35 WIB
JAKARTA - Rencana pemerintah mengubah beberapa aturan di industri e-commerce dalam negeri dinilai positif untuk menciptakan kesetaraan perlakuan dan playing field antara bisnis e-commerce asing dan lokal. Namun, langkah itu dinilai belum cukup, mengingat industri digital saat ini masih didominasi oleh perusahaan modal ventura asing.
Terkait dengan itu, pengamat BUMN dari Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto berharap investor lokal, swasta maupun BUMN, untuk lebih gesit mendukung perusahaan rintisan (startup) dan industri digital dalam negeri.
Toto mengatakan, pemodal asing, baik itu modal ventura, investor institusi, hingga pengelola dana investasi milik pemerintah, berlomba-lomba menanamkan investasinya di startup Indonesia. Menurutnya, sebagian besar investor di balik startup lokal dengan valuasi besar merupakan perusahaan raksasa asing.
"Mereka yakin dengan model dan prospek bisnis startup lokal sehingga berani mengucurkan investasi yang tidak sedikit," ungkapnya di Jakarta, Rabu (15/6/2022).
Investor asing berskala raksasa seperti Softbank, Alibaba, Temasek, hingga korporasi besar seperti Google dan Facebook menurutnya masuk di perusahaan-perusahaan startup yang ada di Indonesia. "Pasarnya ada di sini, tapi sayang investornya dari luar," cetusnya.
Karena itu, Toto berharap BUMN sebagai perusahaan milik negara lebih berperan dalam membesarkan startup lokal. "Jangan sampai kalah gesit dibandingkan investor asing dalam berinvestasi ke startup lokal. Jika BUMN tidak mau ambil peran tersebut, maka unicorn baru yang akan muncul di Indonesia nantinya akan di-backup oleh capital venture asing," ujarnya.
Toto menambahkan, investasi BUMN ke startup lokal juga merupakan bentuk keberpihakan negara untuk membesarkan usaha rintisan lokal. BUMN, kata dia, punya kepentingan dalam proses pembinaan startup lokal. "Jangan sampai pasar Indonesia justru dikuasai startup asing. Sebaliknya, unicorn kita harus didukung agar bisa berekspansi ke luar negeri. Sehingga Indonesia tidak hanya menjadi sekadar pasar," tegasnya.
Toto menilai pemerintah sudah menyadari hal ini. Karena itu, beberapa waktu lalu, pemerintah melalui Kementerian BUMN membentuk konsorsium Merah Putih Fund yang sebagian alokasi dananya diharapkan untuk membiayai startup lokal.
"Yang jelas, BUMN jangan sampai ketinggalan dibanding global venture capital dalam mengembangkan startup lokal. Jika perlu, perusahaan modal ventura nasional lainnya ikut mendukung," tegasnya.
Toto menegaskan, investasi ke startup lokal oleh perusahaan lokal perlu terus didorong, agar tidak didominasi pemodal asing. "Kalau tidak, nanti kita akan repot karena semua dikuasai oleh modal ventura asing," pungkasnya.
Terkait dengan itu, pengamat BUMN dari Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto berharap investor lokal, swasta maupun BUMN, untuk lebih gesit mendukung perusahaan rintisan (startup) dan industri digital dalam negeri.
Toto mengatakan, pemodal asing, baik itu modal ventura, investor institusi, hingga pengelola dana investasi milik pemerintah, berlomba-lomba menanamkan investasinya di startup Indonesia. Menurutnya, sebagian besar investor di balik startup lokal dengan valuasi besar merupakan perusahaan raksasa asing.
"Mereka yakin dengan model dan prospek bisnis startup lokal sehingga berani mengucurkan investasi yang tidak sedikit," ungkapnya di Jakarta, Rabu (15/6/2022).
Investor asing berskala raksasa seperti Softbank, Alibaba, Temasek, hingga korporasi besar seperti Google dan Facebook menurutnya masuk di perusahaan-perusahaan startup yang ada di Indonesia. "Pasarnya ada di sini, tapi sayang investornya dari luar," cetusnya.
Karena itu, Toto berharap BUMN sebagai perusahaan milik negara lebih berperan dalam membesarkan startup lokal. "Jangan sampai kalah gesit dibandingkan investor asing dalam berinvestasi ke startup lokal. Jika BUMN tidak mau ambil peran tersebut, maka unicorn baru yang akan muncul di Indonesia nantinya akan di-backup oleh capital venture asing," ujarnya.
Toto menambahkan, investasi BUMN ke startup lokal juga merupakan bentuk keberpihakan negara untuk membesarkan usaha rintisan lokal. BUMN, kata dia, punya kepentingan dalam proses pembinaan startup lokal. "Jangan sampai pasar Indonesia justru dikuasai startup asing. Sebaliknya, unicorn kita harus didukung agar bisa berekspansi ke luar negeri. Sehingga Indonesia tidak hanya menjadi sekadar pasar," tegasnya.
Toto menilai pemerintah sudah menyadari hal ini. Karena itu, beberapa waktu lalu, pemerintah melalui Kementerian BUMN membentuk konsorsium Merah Putih Fund yang sebagian alokasi dananya diharapkan untuk membiayai startup lokal.
"Yang jelas, BUMN jangan sampai ketinggalan dibanding global venture capital dalam mengembangkan startup lokal. Jika perlu, perusahaan modal ventura nasional lainnya ikut mendukung," tegasnya.
Toto menegaskan, investasi ke startup lokal oleh perusahaan lokal perlu terus didorong, agar tidak didominasi pemodal asing. "Kalau tidak, nanti kita akan repot karena semua dikuasai oleh modal ventura asing," pungkasnya.
(fai)
Lihat Juga :
tulis komentar anda