Ketidakpastian Global Makin Tinggi, BI Tahan Suku Bunga Acuan di 3,5%
Kamis, 23 Juni 2022 - 15:13 WIB
JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada tanggal 22-23 Juni 2022 memutuskan untuk kembali mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate ( BI7DRR ) atau suku bunga acuan sebesar 3,5% basis point (bps). Demikian pula dengan suku bunga Deposit Facility, tetap sebesar 2,75% dan suku bunga Lending Facility tetap di angka di level 4,25%.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan terkendalinya inflasi, juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah naiknya tekanan eksternal terkait meningkatnya risiko stagflasi di berbagai negara.
"Berdasarkan assessment secara keseluruhan, Rapat Dewan Gubernur BI pada tanggal 22 sampai 23 Juni memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 3,5%," ujar Perry di Jakarta, Kamis (23/6/2022).
Ke depan, ketidakpastian ekonomi global diperkirakan masih akan tinggi dengan makin mengemukanya risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inflasi global, termasuk sebagai akibat dari makin meluasnya kebijakan proteksionisme terutama pangan yang ditempuh oleh berbagai negara.
"Untuk itu, BI terus menempuh berbagai langkah penguatan bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional lebih lanjut," pungkasnya.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan terkendalinya inflasi, juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah naiknya tekanan eksternal terkait meningkatnya risiko stagflasi di berbagai negara.
"Berdasarkan assessment secara keseluruhan, Rapat Dewan Gubernur BI pada tanggal 22 sampai 23 Juni memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate sebesar 3,5%," ujar Perry di Jakarta, Kamis (23/6/2022).
Ke depan, ketidakpastian ekonomi global diperkirakan masih akan tinggi dengan makin mengemukanya risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inflasi global, termasuk sebagai akibat dari makin meluasnya kebijakan proteksionisme terutama pangan yang ditempuh oleh berbagai negara.
"Untuk itu, BI terus menempuh berbagai langkah penguatan bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional lebih lanjut," pungkasnya.
(akr)
tulis komentar anda