Stabilkan Rupiah yang Hari Ini Rp15.858/USD, BI Fokus ke 4 Instrumen di Moneter
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) telah melakukan penguatan strategi operasi moneter pro-market untuk menarik berlanjutnya aliran masuk modal asing guna memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dan efektivitas transmisi kebijakan moneter.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) menurut data JISDOR BI, per hari ini masih melemah hingga menyentuh posisi Rp15.858/USD. Performa mata uang Garuda terpantau masih lesu dibandingkan sebelumnya Rp15.816 per USD.
Sementara itu Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, hal tersebut dilakukan sebagai jawaban mengenai rupiah yang melemah jauh lebih kecil dibandingkan negara lain.
"Kenapa rupiah melemahnya jauh lebih kecil dibandingkan negara lain, fokusnya ada 4 instrumen untuk di moneter ya. Satu, BI rate kita pertahankan tetap dulu, kedua terus berada di pasar artinya intervensi di pasar valas baik tunai maupun DNDF, ketiga mengoptimalkan SRBI supaya terjadi inflow kalau inflow ya itu juga bisa memperkuat atau menstabilkan nilai tukar rupiah tadi dalam statement tadi kepemilikan non residen dari SRBI," jelas Perry dalam konferensi pers pengumuman hasil RDG BI Bulan November 2024 di Jakarta, Rabu (20/11/2024).
Berdasarkan data BI, posisi instrumen SRBI sampai dengan 18 November 2024 tercatat sebesar Rp968,82 triliun. Kepemilikan nonresiden dalam SRBI mencapai Rp250,18 triliun (25,8 persen dari total outstanding).
Implementasi Primary Dealer (PD) sejak Mei 2024 juga makin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antar pelaku pasar, sehingga memperkuat efektivitas instrumen moneter dalam stabilisasi nilai tukar Rupiah dan pengendalian inflasi.
"Itu menstabilkan nilai tukar, banyak negara yang terjadi arus keluar di Indonesia, SRBI masih bisa masuk dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah," kata Perry.
Perry melanjutkan, fokus keempat adalah BI masih koordinasi dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bagaimana menjaga stabilitas SBN.
"Yaitu bu Destry juga kami melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder kalau pasar primer memang tidak boleh lagi oleh Undang undang ya, jadi pasar sekunder kami tetap melakukan pembelian sebagai bagian dari fiskal moneter untuk menjaga stabilitas ekonomi kita dari dampak rambatan global yang dinamika berubah sangat cepat," jelas Perry.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) menurut data JISDOR BI, per hari ini masih melemah hingga menyentuh posisi Rp15.858/USD. Performa mata uang Garuda terpantau masih lesu dibandingkan sebelumnya Rp15.816 per USD.
Sementara itu Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, hal tersebut dilakukan sebagai jawaban mengenai rupiah yang melemah jauh lebih kecil dibandingkan negara lain.
"Kenapa rupiah melemahnya jauh lebih kecil dibandingkan negara lain, fokusnya ada 4 instrumen untuk di moneter ya. Satu, BI rate kita pertahankan tetap dulu, kedua terus berada di pasar artinya intervensi di pasar valas baik tunai maupun DNDF, ketiga mengoptimalkan SRBI supaya terjadi inflow kalau inflow ya itu juga bisa memperkuat atau menstabilkan nilai tukar rupiah tadi dalam statement tadi kepemilikan non residen dari SRBI," jelas Perry dalam konferensi pers pengumuman hasil RDG BI Bulan November 2024 di Jakarta, Rabu (20/11/2024).
Berdasarkan data BI, posisi instrumen SRBI sampai dengan 18 November 2024 tercatat sebesar Rp968,82 triliun. Kepemilikan nonresiden dalam SRBI mencapai Rp250,18 triliun (25,8 persen dari total outstanding).
Implementasi Primary Dealer (PD) sejak Mei 2024 juga makin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antar pelaku pasar, sehingga memperkuat efektivitas instrumen moneter dalam stabilisasi nilai tukar Rupiah dan pengendalian inflasi.
"Itu menstabilkan nilai tukar, banyak negara yang terjadi arus keluar di Indonesia, SRBI masih bisa masuk dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah," kata Perry.
Perry melanjutkan, fokus keempat adalah BI masih koordinasi dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bagaimana menjaga stabilitas SBN.
"Yaitu bu Destry juga kami melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder kalau pasar primer memang tidak boleh lagi oleh Undang undang ya, jadi pasar sekunder kami tetap melakukan pembelian sebagai bagian dari fiskal moneter untuk menjaga stabilitas ekonomi kita dari dampak rambatan global yang dinamika berubah sangat cepat," jelas Perry.