Rusia Potong Total Pasokan Gas, Menteri Jerman: Putin Ingin Merusak Persatuan Eropa
Rabu, 06 Juli 2022 - 07:17 WIB
FRANKFURT - Jerman diyakini harus bersiap menghadapi pengurangan total pasokan gas Rusia , dimana dampaknya banyak perusahaan bakal mengalami kesulitan keuangan. Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck mengaku menyadari strategi Presiden Rusia, Vladimir Putin yakni menaikkan harga energi untuk merusak persatuan negara-negara Eropa.
"Urusan kami bukan dengan ketidakpastian tetapi dengan perang ekonomi, sepenuhnya ini rasional dan sangat jelas," ujar Habeck yang juga Wakil Kanselir Jerman di pemerintahan Olaf Scholz dalam sebuah panel diskusi akhir pekan kemarin.
"Setelah pengurangan 60% (pasokan gas Rusia), yang berikutnya secara logis mengikuti," sambungnya.
Para pemimpin Jerman meningkatkan peringatan akan kekacauan yang akan datang akibat dari kekurangan gas alam pada ekonomi terbesar Eropa tersebut. Seperti diketahui Jerman sangay bergantung kepada Rusia, ketika sekitar sepertiga dari energinya diimpor dari Beruang Merah -julukan Rusia-.
Putin sendiri telah secara bertahap mengurangi pasokan gas setelah negara-negara Eropa menjatuhkan sanksi sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina. Dampaknya utilitas Jerman berisiko mengalami kegagalan berjenjang yang mungkin memerlukan pengaktifan klausul hukum yang akan memungkinkan mereka untuk meneruskan kenaikan harga di luar komitmen kontrak.
Jerman telah menahan diri untuk tidak mengaktifkan langkah tersebut untuk saat ini karena dikhawatirkan bisa menyebabkan "ledakan harga langsung" kepada konsumen, seperti diutarakan Habeck. Pemerintah dijelaskan juga sedang mengupayakan beberapa alternatif, meski Ia tidak menguraikan secara rinci.
"Jika satu perusahaan gagal, atau perusahaan lain gagal, itu seperti efek domino yang akan dengan cepat menyebabkan resesi yang dalam," katanya.
Perusahaan energi Eropa menghadapi tekanan setelah Rusia mengekang aliran gas utama awal bulan ini, memaksa utilitas untuk membeli bahan bakar di pasar spot dengan harga tinggi. Harga listrik yang tinggi semakin mendorong pabrik dan bisnis Jerman untuk menekan permintaan dan pemerintah telah mengaktifkan tahap kedua dari rencana darurat gas tiga tahap.
"Urusan kami bukan dengan ketidakpastian tetapi dengan perang ekonomi, sepenuhnya ini rasional dan sangat jelas," ujar Habeck yang juga Wakil Kanselir Jerman di pemerintahan Olaf Scholz dalam sebuah panel diskusi akhir pekan kemarin.
"Setelah pengurangan 60% (pasokan gas Rusia), yang berikutnya secara logis mengikuti," sambungnya.
Para pemimpin Jerman meningkatkan peringatan akan kekacauan yang akan datang akibat dari kekurangan gas alam pada ekonomi terbesar Eropa tersebut. Seperti diketahui Jerman sangay bergantung kepada Rusia, ketika sekitar sepertiga dari energinya diimpor dari Beruang Merah -julukan Rusia-.
Putin sendiri telah secara bertahap mengurangi pasokan gas setelah negara-negara Eropa menjatuhkan sanksi sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina. Dampaknya utilitas Jerman berisiko mengalami kegagalan berjenjang yang mungkin memerlukan pengaktifan klausul hukum yang akan memungkinkan mereka untuk meneruskan kenaikan harga di luar komitmen kontrak.
Jerman telah menahan diri untuk tidak mengaktifkan langkah tersebut untuk saat ini karena dikhawatirkan bisa menyebabkan "ledakan harga langsung" kepada konsumen, seperti diutarakan Habeck. Pemerintah dijelaskan juga sedang mengupayakan beberapa alternatif, meski Ia tidak menguraikan secara rinci.
"Jika satu perusahaan gagal, atau perusahaan lain gagal, itu seperti efek domino yang akan dengan cepat menyebabkan resesi yang dalam," katanya.
Perusahaan energi Eropa menghadapi tekanan setelah Rusia mengekang aliran gas utama awal bulan ini, memaksa utilitas untuk membeli bahan bakar di pasar spot dengan harga tinggi. Harga listrik yang tinggi semakin mendorong pabrik dan bisnis Jerman untuk menekan permintaan dan pemerintah telah mengaktifkan tahap kedua dari rencana darurat gas tiga tahap.
tulis komentar anda