Menilik Kontribusi Pengelolaan Limbah Plastik ke Perekonomian
Senin, 29 Juni 2020 - 14:57 WIB
JAKARTA - Siapa sangka, sampah yang sudah tidak berguna apabila dikelola dengan benar mampu memberikan nilai ekonomi yang besar. Dalam hal ini, daur ulang sampah menjadi salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar bagi negara.
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dikutip oleh Databoks mengungkapkan, bahwa bank sampah ikut andil dalam penyerapan tenaga kerja. Sebanyak 163.128 penduduk Indonesia bergantung pada sektor tersebut.
Ketua Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) Pris Polly Lengkong menerangkan, sekitar 3,7 juta pemulung di 25 provinsi Indonesia mempertaruhkan hidupnya dari sampah plastik. Bahkan, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat bahwa jumlah bank sampah di Indonesia mengalami pertumbuhan selama tahun 2014-2018. Hingga tahun 2018, telah terdapat 7.488 unit bank sampah yang tersebar di Indonesia.
( )
Komposisi limbah sampah yang ditemukan sangat beragam. Bank Sampah Mandiri yang berlokasi di Kecamatan Cisauk menjelaskan, bahwa jenis sampah yang biasanya dikelola adalah plastik, kardus, kertas, koran, besi dan alumunium. Pengurus bank sampah tersebut juga menjelaskan bahwa jenis sampah paling banyak didominasi oleh sampah plastik. Terbukti dengan data volume sampah plastik dalam setahun bisa mencapai angka 648 kilogram.
Di antara banyaknya temuan limbah sampah, sampah plastik menjadi topik hangat yang kerap diperbincangkan. Terlepas dari begitu banyaknya anggapan negatif tentang limbah sampah plastik, limbah tersebut tetap tergantung pada cara pengelolaannya. Dalam hal ini, peran bank sampah sangat penting untuk membantu proses daur ulang.
Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Christine Halim sempat menyampaikan, bahwa bisnis daur ulang mencapai 400.000 ton per tahun. Tentunya, jumlah tersebut belum termasuk perusahaan daur ulang di luar anggota ADUPI.
“Ratusan orang menggantungkan hidupnya dari Bank Sampah Migunani Asri Madani. Kami memiliki anggota sebanyak 14 orang dan mitra pengumpul sampah sebanyak 181 orang,” jelas Istiningsih selaku Ketua Bank Sampah Migunani Asri Madani yang berada di kecamatan yang sama.
( )
Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dikutip oleh Databoks mengungkapkan, bahwa bank sampah ikut andil dalam penyerapan tenaga kerja. Sebanyak 163.128 penduduk Indonesia bergantung pada sektor tersebut.
Ketua Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) Pris Polly Lengkong menerangkan, sekitar 3,7 juta pemulung di 25 provinsi Indonesia mempertaruhkan hidupnya dari sampah plastik. Bahkan, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat bahwa jumlah bank sampah di Indonesia mengalami pertumbuhan selama tahun 2014-2018. Hingga tahun 2018, telah terdapat 7.488 unit bank sampah yang tersebar di Indonesia.
( )
Komposisi limbah sampah yang ditemukan sangat beragam. Bank Sampah Mandiri yang berlokasi di Kecamatan Cisauk menjelaskan, bahwa jenis sampah yang biasanya dikelola adalah plastik, kardus, kertas, koran, besi dan alumunium. Pengurus bank sampah tersebut juga menjelaskan bahwa jenis sampah paling banyak didominasi oleh sampah plastik. Terbukti dengan data volume sampah plastik dalam setahun bisa mencapai angka 648 kilogram.
Di antara banyaknya temuan limbah sampah, sampah plastik menjadi topik hangat yang kerap diperbincangkan. Terlepas dari begitu banyaknya anggapan negatif tentang limbah sampah plastik, limbah tersebut tetap tergantung pada cara pengelolaannya. Dalam hal ini, peran bank sampah sangat penting untuk membantu proses daur ulang.
Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Christine Halim sempat menyampaikan, bahwa bisnis daur ulang mencapai 400.000 ton per tahun. Tentunya, jumlah tersebut belum termasuk perusahaan daur ulang di luar anggota ADUPI.
“Ratusan orang menggantungkan hidupnya dari Bank Sampah Migunani Asri Madani. Kami memiliki anggota sebanyak 14 orang dan mitra pengumpul sampah sebanyak 181 orang,” jelas Istiningsih selaku Ketua Bank Sampah Migunani Asri Madani yang berada di kecamatan yang sama.
( )
tulis komentar anda