IMF Bakal ke Sri Lanka, Tangani Krisis Bahas Kesepakatan Bailout
Sabtu, 20 Agustus 2022 - 21:15 WIB
JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) mengutus delegasi ke Sri Lanka pekan depan. Kunjungan tersebut membahas penanganan krisis termasuk menuntaskan kesepakatan bailout.
"IMF berencana mengunjungi Kolombo 24-31 Agustus untuk melanjutkan diskusi dengan pihak berwenang Sri Lanka mengenai reformasi serta kebijakan ekonomi dan keuangan. Tujuannya adalah membuat kemajuan menuju pencapaian kesepakatan terkait kesepakatan pendanaan dalam waktu dekat," kata IMF dalam sebuah pernyataan dilansir Telegraph India, Sabtu (20/8/2022).
Dewan Eksekutif IMF melalui program EFF (Extended Fund Facility) membutuhkan persetujuan kreditur di Sri Lanka. Melalui jaminan tersebut maka utang dapat dipulihkan kembali.
Gubernur Bank Sentral Sri Lanka Nandalal Weerasinghe mengatakan, awal pekan ini pemerintahan Presiden Ranil Wickremesinghe telah mencapai target tingkat kebijakan dan berharap mencapai kesepakatan tingkat staf.
"Semua kreditur akan secara resmi didekati dan kami akan mempresentasikan keseluruhan program makro kami yang telah disetujui oleh IMF," kata Weerasinghe soal restrukturisasi utang yang merupakan prasyarat fasilitas IMF.
Sri Lanka telah memulai perundingan dengan IMF tentang kemungkinan paket bailout sejak Juni lalu. Namun demikian, pembicaraan terhenti karena gejolak politik yang masih berlangsung di negara tersebut. Gejolak tersebut tak bisa dilepaskan dari parahnya krisis ekonomi yang dihadapi Sri Lanka.
Sri Lanka membutuhkan sekitar USD5 miliar untuk memenuhi kebutuhan dasar warga dalam enam bulan ke depan. Saat ini, negara tersebut memiliki utang luar negeri sebesar USD51 miliar sebanyak USD28 miliar di antaranya harus dibayar pada 2027 mendatang. Adapun inflasi Sri Lanka melonjak menjadi 60,8 persen pada Juli lalu atau naik sekitar 6 persen jika dibandingkan periode bulan sebelumnya.
"IMF berencana mengunjungi Kolombo 24-31 Agustus untuk melanjutkan diskusi dengan pihak berwenang Sri Lanka mengenai reformasi serta kebijakan ekonomi dan keuangan. Tujuannya adalah membuat kemajuan menuju pencapaian kesepakatan terkait kesepakatan pendanaan dalam waktu dekat," kata IMF dalam sebuah pernyataan dilansir Telegraph India, Sabtu (20/8/2022).
Baca Juga
Dewan Eksekutif IMF melalui program EFF (Extended Fund Facility) membutuhkan persetujuan kreditur di Sri Lanka. Melalui jaminan tersebut maka utang dapat dipulihkan kembali.
Gubernur Bank Sentral Sri Lanka Nandalal Weerasinghe mengatakan, awal pekan ini pemerintahan Presiden Ranil Wickremesinghe telah mencapai target tingkat kebijakan dan berharap mencapai kesepakatan tingkat staf.
"Semua kreditur akan secara resmi didekati dan kami akan mempresentasikan keseluruhan program makro kami yang telah disetujui oleh IMF," kata Weerasinghe soal restrukturisasi utang yang merupakan prasyarat fasilitas IMF.
Sri Lanka telah memulai perundingan dengan IMF tentang kemungkinan paket bailout sejak Juni lalu. Namun demikian, pembicaraan terhenti karena gejolak politik yang masih berlangsung di negara tersebut. Gejolak tersebut tak bisa dilepaskan dari parahnya krisis ekonomi yang dihadapi Sri Lanka.
Sri Lanka membutuhkan sekitar USD5 miliar untuk memenuhi kebutuhan dasar warga dalam enam bulan ke depan. Saat ini, negara tersebut memiliki utang luar negeri sebesar USD51 miliar sebanyak USD28 miliar di antaranya harus dibayar pada 2027 mendatang. Adapun inflasi Sri Lanka melonjak menjadi 60,8 persen pada Juli lalu atau naik sekitar 6 persen jika dibandingkan periode bulan sebelumnya.
(nng)
tulis komentar anda