Indonesia Brand Forum 2020, Transformasi Digital Jadi Kunci Berbisnis

Rabu, 01 Juli 2020 - 08:08 WIB
Kunci untuk memenangkan era new normal adalah dengan melakukan shifting dari high touch economy ke low-touch economy, namun tetap mempertimbangkan core competency. Foto/dok
JAKARTA - Kunci untuk memenangkan era new normal adalah dengan melakukan shifting dari high touch economy ke low-touch economy, namun tetap mempertimbangkan core competency. Low touch economy akan bersifat permanen pascapandemi Covid-19 sehingga bisnis harus melakukan transformasi digital secara keseluruhan.

Ciri lain dari low touch economy adalah adanya perubahan perilaku manusia dalam beradaptasi di kehidupan new normal ini. “Ini yang salah ketika brand hanya melakukan transformasi digital setengah-setengah. Padahal transformasi digital adalah sebuah keniscayaan,” ujar Menteri Pariwisata periode 2014-2019 Arief Yahya pada pembukaan Indonesia Brand Forum 2020 di Jakarta, kemarin.

Pemulihan ekonomi global pascapandemi Covid-19 diperkirakan bergerak relatif lambat dan bergelombang. Bahkan para ahli memperkirakan dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian akan berlangsung hingga tahun 2022. (Baca: Paksa Muslim Uighur Lakukan Aborsi, AS Kecam China)

“Ada dua isu besar. Pertama, isu kesehatan yang berdampak pada perekonomian yang kalau dibiarkan akan berdampak pada dampak sosial. Kedua, penanganan dampak akibat pandemi,” ungkapnya.

Arief memaparkan, fase awal yang dikenal sebagai first shock merupakan fase dampak ekonomi ketika awal wabah Covid-19. Selanjutnya, terjadi fase after shock akibat Covid-19. “Seperti sekarang ini fase after shock mulai kita rasakan. Ada PHK besar-besaran dan beberapa perusahaan gulung tikar,” tuturnya.



Dalam paparannya, Arief menjelaskan konsep 3D yang terdiri dari digital imperative, decoding economy of Covid-19 dan unusual way of digital transformation sebagai solusi dalam melakukan transformasi digital. Perusahaan harus memahami pentingnya digitalisasi dan melihat peluang bisnis yang ada di tengah krisis ekonomi.

“Strategi digital ini akan cocok dengan low touch economy. Dengan kata lain, transformasi digital di perusahaan adalah sebuah keniscayaan. Demikian juga di perusahaan telekomunikasi,” paparnya.

Retail & Consumer Strategist Yongky Susilo mengatakan, omni channel bisa menjadi the future shopping. Kunci utamanya adalah fokus kepada konsumen melalui digitalisasi dengan cara memudahkan konsumen dan menghilangkan kendala-kendala saat berbelanja. (Baca juga: Kontak Langsung dengan Pasien Positif, 21 Warga Blitar Jalani Swab Test)

“Kalau orang berbelanja di supermarket itu namanya shopping, ada pengalaman yang dirasakan. Berbeda dengan belanja melalui e-commerce yang tinggal pencet. Makanya nanti akan masuk ke omni channel,” tuturnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More