Jelang Kenaikan Harga BBM Subsidi, Aksi Panic Buying Bakal Ditangkal
Senin, 29 Agustus 2022 - 13:34 WIB
JAKARTA - Kementerian BUMN berupaya mencegah munculnya panic buying atau tindakan membeli bahan bakar minyak (BBM ) dengan jumlah besar di balik rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Saat ini stok bahan bakar dipastikan terpenuhi.
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, mengungkap Kementerian BUMN dan PT Pertamina saat ini fokus menjaga ketersediaan dan distribusi BBM agar berjalan baik. Pertamina juga akan melakukan pembatasan bila ada pembelian secara besar-besaran.
"Kan kita tahan, artinya sesuai dengan ketersediaan, ada yang baru kami coba menanggulangi yang beli-beli banyak kami tahan. Stok aman. Tapi kan ada panic buying, dan kami coba tahan, tahan lebih kepada yang beli harus yang bener," ungkap Arya saat ditemui wartawan di kawasan GBK, Senin (29/8/2022).
Arya menyampaikan masyarakat harus memahami bahwa harga jual Pertalite dan Pertamax saat ini jauh di bawah harga keekonomian. Hingga Juli, lanjut Arya, konsumsi Pertalite sudah mencapai 16,84 juta kiloliter (KL) dengan harga jual sebesar Rp7.650 per liter atau di bawah harga keekonomian yang sebesar Rp14.500 per liter. Terdapat subsidi sebesar Rp114,5 triliun untuk Pertalite hingga Juli.
Pun, dengan harga solar yang dijual sebesar Rp5.510 per liter yang lebih rendah dari harga keekonomian yang sebesar Rp13.950 per liter atau terdapat selisih Rp8.800 per liter yang harus disubsidi pemerintah. Arya mengatakan konsumsi solar hingga Juli sudah mencapai 9,8 juta KL.
"Kalikan saja selisihnya, Rp200,7 triliun. Ini-lah yang disubsidi pemerintah hanya untuk Pertalite dan Solar hanya sampai Juli. Ini fakta, kalau ada yang bilang APBN cuma Rp11 triliun, dia halu," tutur dia.
Baca Juga
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, mengungkap Kementerian BUMN dan PT Pertamina saat ini fokus menjaga ketersediaan dan distribusi BBM agar berjalan baik. Pertamina juga akan melakukan pembatasan bila ada pembelian secara besar-besaran.
"Kan kita tahan, artinya sesuai dengan ketersediaan, ada yang baru kami coba menanggulangi yang beli-beli banyak kami tahan. Stok aman. Tapi kan ada panic buying, dan kami coba tahan, tahan lebih kepada yang beli harus yang bener," ungkap Arya saat ditemui wartawan di kawasan GBK, Senin (29/8/2022).
Arya menyampaikan masyarakat harus memahami bahwa harga jual Pertalite dan Pertamax saat ini jauh di bawah harga keekonomian. Hingga Juli, lanjut Arya, konsumsi Pertalite sudah mencapai 16,84 juta kiloliter (KL) dengan harga jual sebesar Rp7.650 per liter atau di bawah harga keekonomian yang sebesar Rp14.500 per liter. Terdapat subsidi sebesar Rp114,5 triliun untuk Pertalite hingga Juli.
Pun, dengan harga solar yang dijual sebesar Rp5.510 per liter yang lebih rendah dari harga keekonomian yang sebesar Rp13.950 per liter atau terdapat selisih Rp8.800 per liter yang harus disubsidi pemerintah. Arya mengatakan konsumsi solar hingga Juli sudah mencapai 9,8 juta KL.
"Kalikan saja selisihnya, Rp200,7 triliun. Ini-lah yang disubsidi pemerintah hanya untuk Pertalite dan Solar hanya sampai Juli. Ini fakta, kalau ada yang bilang APBN cuma Rp11 triliun, dia halu," tutur dia.
(uka)
tulis komentar anda