Cegah Inflasi Kian Berlipat, Penyesuaian Harga BBM Subsidi Perlu Segera Dilakukan
Kamis, 01 September 2022 - 20:51 WIB
JAKARTA - Penyesuaian harga BBM subsidi perlu segera dilakukan oleh pemerintah guna mencegah dampak yang lebih fatal. Jika kenaikan harga BBM subsidi ditunda, akan semakin membuat ekspektasi inflasi masyarakat semakin melambung dan bisa berlipat.
Direktur Eksekutif Next Policy, Fithra Faisal Hastiadi, memberikan kalkulasi bahwa jika penyesuaian harga BBM subsidi tidak sesegera mungkin dilakukan oleh pemerintah, maka kuota hanya akan bisa bertahan hingga Oktober 2022 mendatang. Terlebih, menurutnya penyesuaian harga BBM harus segera dilakukan karena kenyataan di lapangan terjadi ketimpangan dan subsidinya tidak tepat sasaran.
“Jika berbicara mengenai pilihan, maka kita bicara prioritas karena anggaran kita terbatas. 80% masyarakat yang menikmati subsidi BBM adalah orang-orang mampu, sementara 20% masyarakat kurang mampu,” ujarnya dikutip Kamis (1/9/2022).
Di sisi lain, untuk meminimalisasi terjadinya dampak inflasi, maka Fithra Faisal menyarankan supaya anggaran subsidi BBM bisa dialihkan untuk membantu masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
“Dari pengalihan subsidi ini nanti bisa dibangun infrastruktur, investasi ke pendidikan, yang mana jauh lebih prioritas dibanding ‘membakar subsidi di jalan’,” imbuhnya.
Perlu diketahui kenaikan harga merupakan sebuah opsi terbaik lantaran saat ini posisi Indonesia sudah tidak lagi menjadi produsen minyak. Konsumsi yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia jauh lebih besar daripada ketersediaan kuota yang dimiliki dan kapasitas produksinya.
Selain itu, kenyataan diperparah pula dengan permintaan energi dari negara-negara Barat yang perlahan meningkat sehingga harga minyak dunia juga akan melambung naik. Jika penyesuaian harga BBM tidak dilakukan, maka APBN akan semakin terbebani.
Berbicara mengenai kemungkinan adanya inflasi pangan jika penyesuaian harga BBM dilakukan, ekonom UI itu mengaku bahwa inflasi akan bisa ditangani. Pasalnya hanya akan terjadi inflasi sekitar 1% hingga 2% saja, sehingga bisa diatasi oleh kenaikan suku bunga dari Bank Indonesia.
Justru, bagi Fithra Faisal apabila penyesuaian harga BBM subsidi tidak segera dilakukan, maka ekspektasi inflasi masyarakat akan semakin melonjak dan berlipat. Semakin lama diumumkan, maka potensi kenaikan harga di masyarakat semakin besar karena ekspektasi inflasi masyarakat akan semakin meningkat.
"Jika pemerintah tidak mengumumkan penyesuaian harga BBM, efek inflasinya sudah terlanjur terjadi. Jadi semakin lama diumumkan, efek inflasinya akan berlipat,” terangnya.
Direktur Eksekutif Next Policy, Fithra Faisal Hastiadi, memberikan kalkulasi bahwa jika penyesuaian harga BBM subsidi tidak sesegera mungkin dilakukan oleh pemerintah, maka kuota hanya akan bisa bertahan hingga Oktober 2022 mendatang. Terlebih, menurutnya penyesuaian harga BBM harus segera dilakukan karena kenyataan di lapangan terjadi ketimpangan dan subsidinya tidak tepat sasaran.
“Jika berbicara mengenai pilihan, maka kita bicara prioritas karena anggaran kita terbatas. 80% masyarakat yang menikmati subsidi BBM adalah orang-orang mampu, sementara 20% masyarakat kurang mampu,” ujarnya dikutip Kamis (1/9/2022).
Di sisi lain, untuk meminimalisasi terjadinya dampak inflasi, maka Fithra Faisal menyarankan supaya anggaran subsidi BBM bisa dialihkan untuk membantu masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
“Dari pengalihan subsidi ini nanti bisa dibangun infrastruktur, investasi ke pendidikan, yang mana jauh lebih prioritas dibanding ‘membakar subsidi di jalan’,” imbuhnya.
Perlu diketahui kenaikan harga merupakan sebuah opsi terbaik lantaran saat ini posisi Indonesia sudah tidak lagi menjadi produsen minyak. Konsumsi yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia jauh lebih besar daripada ketersediaan kuota yang dimiliki dan kapasitas produksinya.
Selain itu, kenyataan diperparah pula dengan permintaan energi dari negara-negara Barat yang perlahan meningkat sehingga harga minyak dunia juga akan melambung naik. Jika penyesuaian harga BBM tidak dilakukan, maka APBN akan semakin terbebani.
Berbicara mengenai kemungkinan adanya inflasi pangan jika penyesuaian harga BBM dilakukan, ekonom UI itu mengaku bahwa inflasi akan bisa ditangani. Pasalnya hanya akan terjadi inflasi sekitar 1% hingga 2% saja, sehingga bisa diatasi oleh kenaikan suku bunga dari Bank Indonesia.
Justru, bagi Fithra Faisal apabila penyesuaian harga BBM subsidi tidak segera dilakukan, maka ekspektasi inflasi masyarakat akan semakin melonjak dan berlipat. Semakin lama diumumkan, maka potensi kenaikan harga di masyarakat semakin besar karena ekspektasi inflasi masyarakat akan semakin meningkat.
"Jika pemerintah tidak mengumumkan penyesuaian harga BBM, efek inflasinya sudah terlanjur terjadi. Jadi semakin lama diumumkan, efek inflasinya akan berlipat,” terangnya.
(uka)
tulis komentar anda