Siapa Saja Sebenarnya Investor yang Ada di Balik Ruangguru
Senin, 27 April 2020 - 14:05 WIB
JAKARTA - Polemik tentang Ruangguru terus berlanjut. Setelah pemiliknya Belva Devara mundur dari jajaran staf khusus Presiden. Publik terus mengejar status dari stratup ini. Hasilnya mayoritas kepemilikan Ruangguru ternyata dimiliki oleh perusahaan asal Singapura, Ruangguru Pte. Ltd. Ini mengindikasikan Ruangguru sebenarya dimiliki oleh investor asing dan berkantor pusat di negara tetangga. Sebenarnya ini bukan hal yang mengejutkan, sebab pada Juli 2019, Ketua Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) saat itu Thomas Lembong pernah mengatakan, empat perusahaan startup Indonesia dengan valuasi di atas US$ 1 miliar atau level unicorn, dimiliki oleh Singapura. Keempat unicon itu adalah Bukalapak, Tokopedia, Gojek dan Traveloka. Pernyataan Ketua BKPM itu pun dibantah oleh para unicorn tersebut. Belakangan Tomas Lembong pun meralat pernyataanya tersebut.
Seperti diketahui Ruangguru didirikan pada 2014 di bawah payung PT Ruang Raya Indonesia. Sekitar setahun kemudian, tepatnya pada Oktober 2015, berdiri perusahaan bernama Ruangguru Pte. Ltd di Singapura. Berdasarkan data profil perusahaan dari Administrasi Hukum Umum (AHU) Kementerian Hukum dan HAM, perusahaan yang beralamat di 6 Battery Road #38-04, Singapura, 049909 ini, diketahui menguasai 99% saham (6.494.309 lembar ) PT Ruang Raya Indonesia. Sisanya yang 0,1% lagi dimiliki oleh Muhammad Iman Usman. Pria asal Sumatera Barat ini memiliki sekitar 100 lembar senilai Rp10 juta.
Sama seperti unicorn Indonesia lainnya, Belva juga membantah bahwa mayoritas saham Ruangguru dimiliki oleh investor asal Singapura. "Tidak benar mayoritas saham Ruangguru dimiliki investor Singapura,” ujarnya. Namun Belva mengakui, sebagai pemilik Ruangguru Pte Ltd di Singapura. Tak hanya itu ia juga mengatakan bahwa bisnis Ruangguru juga sudah merambah ke Vietnam dan Thailand.
Berdasarkan data dari The Accounting and Corporate Regulatory Authority (ACRA) Singapura. Ruangguru Pte. LTtd memiliki saham biasa (common stock) dan preference stock. Jumlah saham biasa 1.198.047 lembar, senilai US$156.575,61 atau setara Rp2,4 miliar. Jumlah preference stock sebanyak 1.355.342 lembar dengan nilai US$99.600.112,39 atau setara Rp1,55 triliun.
Ada 21 pemegang saham Ruangguru Pte. Ltd, Belva Devara salah satunya. Ia menguasai saham biasa (common stock) sebanyak 432.922 lembar (36%).Jumlah saham yang sama juga dimiliki oleh Iman Usman. Pemegang saham lainya ada Alvin Francis Tamie Loh (6.261 lembar saham biasa), Adilla Inda Diningsih (6.956 saham biasa), Aditya Liviandi (1.022 saham biasa).
Sementara pemegang saham preference stock sebagian besar merupakan perusahaan cangkang yang terdaftar di Cayman Island, British Virgin Island, dan sebagainya. Seperti General Atlantic Singapore RG Pte. Ltd (318.168 lembar), GGV VII Investments Pte. Ltd (106.055 lembar), ASEAN China Investment Fund III (397.335 lembar), Tanoto Foundation (45.977 lembar), PT Nusa Jaya Cipta di Indonesia (95.683 lembar), serta Bali I Limited (59.109 lembar). General Atlantic pada 26 Desember 2019 telah menyuntik dana sebesar US$150 juta (Rp2,3 triliun) ke Ruangguru.
General Atlantic Singapore RG Pte. Ltd, menurut Crunchbase adalah perusahaan investasi yang berkantor di New York, AS. Perusahaan ini telah menanam investasi di 242 perusahaan/start-up, termasuk Ruangguru. Penghimpunan dana dari persuhan ini melalui General Atlantic Investment Partners 2017. Pada 5 April 2018, tercatat dana yang dihimpunnya sebesar US$3,3 miliar (Rp51,4 triliun).
Jadi dana US$150 juta yang disuntikkan ke Ruangguru itu cuma 4,5% saja dari kekuatan fulus yang dimiliki perusahan ini.
Sampai di sini memang jelas diantara pemegang saham lainnya, saham yang dimiliki Belva masih yang terbesar. Saham preveren sendiri sebenarnya hanya mengacu pada hak untuk memiliki dividen terlebih dahulu dan hak-aknya dibayarkan terlebih dahulu saat perusahaan pailit. Pemilik saham preveren tidak memiliki hak suara, namun memiliki hak untuk mencalonkan direksi.
Belva sendiri tercatat sebagai direktur di Ruangguru Pte. Ltd Direksi lain adalah Saboo Ashish (India), Muhammad Iman Usman (Indonesia), Willson Cuaca (Indonesia), dan Seah Kian Wee (Singapura).
Singapura memang negeri yang menarik bagi investor. Banyak perusahaan di dunia yang mendirikan kantor pusat atau kantor regionalnya di negeri ini. Stabilitas politik dan ekonomi, serta kepastian hukum jadi salah satu pertimbangan investor membuka kantor di Singapura. Soal perijinan untuk berusaha atau berinvestasi dan tarif pajak, Singapura memang rajanya. Itu merujuk pada rekomendasi Bank Dunia yang menyatakan Singapura konsisten ada di peringkat No. 1 untuk kemudahan melakukan bisnis. So, tidak heran jika Belva pun mendirikan kantor pusat di negeri ini. Hanya saja memang yang paling menikmati dari bisnis stratup di Indonesia adalah pemilik modal di luar negeri.
Seperti diketahui Ruangguru didirikan pada 2014 di bawah payung PT Ruang Raya Indonesia. Sekitar setahun kemudian, tepatnya pada Oktober 2015, berdiri perusahaan bernama Ruangguru Pte. Ltd di Singapura. Berdasarkan data profil perusahaan dari Administrasi Hukum Umum (AHU) Kementerian Hukum dan HAM, perusahaan yang beralamat di 6 Battery Road #38-04, Singapura, 049909 ini, diketahui menguasai 99% saham (6.494.309 lembar ) PT Ruang Raya Indonesia. Sisanya yang 0,1% lagi dimiliki oleh Muhammad Iman Usman. Pria asal Sumatera Barat ini memiliki sekitar 100 lembar senilai Rp10 juta.
Sama seperti unicorn Indonesia lainnya, Belva juga membantah bahwa mayoritas saham Ruangguru dimiliki oleh investor asal Singapura. "Tidak benar mayoritas saham Ruangguru dimiliki investor Singapura,” ujarnya. Namun Belva mengakui, sebagai pemilik Ruangguru Pte Ltd di Singapura. Tak hanya itu ia juga mengatakan bahwa bisnis Ruangguru juga sudah merambah ke Vietnam dan Thailand.
Berdasarkan data dari The Accounting and Corporate Regulatory Authority (ACRA) Singapura. Ruangguru Pte. LTtd memiliki saham biasa (common stock) dan preference stock. Jumlah saham biasa 1.198.047 lembar, senilai US$156.575,61 atau setara Rp2,4 miliar. Jumlah preference stock sebanyak 1.355.342 lembar dengan nilai US$99.600.112,39 atau setara Rp1,55 triliun.
Ada 21 pemegang saham Ruangguru Pte. Ltd, Belva Devara salah satunya. Ia menguasai saham biasa (common stock) sebanyak 432.922 lembar (36%).Jumlah saham yang sama juga dimiliki oleh Iman Usman. Pemegang saham lainya ada Alvin Francis Tamie Loh (6.261 lembar saham biasa), Adilla Inda Diningsih (6.956 saham biasa), Aditya Liviandi (1.022 saham biasa).
Sementara pemegang saham preference stock sebagian besar merupakan perusahaan cangkang yang terdaftar di Cayman Island, British Virgin Island, dan sebagainya. Seperti General Atlantic Singapore RG Pte. Ltd (318.168 lembar), GGV VII Investments Pte. Ltd (106.055 lembar), ASEAN China Investment Fund III (397.335 lembar), Tanoto Foundation (45.977 lembar), PT Nusa Jaya Cipta di Indonesia (95.683 lembar), serta Bali I Limited (59.109 lembar). General Atlantic pada 26 Desember 2019 telah menyuntik dana sebesar US$150 juta (Rp2,3 triliun) ke Ruangguru.
General Atlantic Singapore RG Pte. Ltd, menurut Crunchbase adalah perusahaan investasi yang berkantor di New York, AS. Perusahaan ini telah menanam investasi di 242 perusahaan/start-up, termasuk Ruangguru. Penghimpunan dana dari persuhan ini melalui General Atlantic Investment Partners 2017. Pada 5 April 2018, tercatat dana yang dihimpunnya sebesar US$3,3 miliar (Rp51,4 triliun).
Jadi dana US$150 juta yang disuntikkan ke Ruangguru itu cuma 4,5% saja dari kekuatan fulus yang dimiliki perusahan ini.
Sampai di sini memang jelas diantara pemegang saham lainnya, saham yang dimiliki Belva masih yang terbesar. Saham preveren sendiri sebenarnya hanya mengacu pada hak untuk memiliki dividen terlebih dahulu dan hak-aknya dibayarkan terlebih dahulu saat perusahaan pailit. Pemilik saham preveren tidak memiliki hak suara, namun memiliki hak untuk mencalonkan direksi.
Belva sendiri tercatat sebagai direktur di Ruangguru Pte. Ltd Direksi lain adalah Saboo Ashish (India), Muhammad Iman Usman (Indonesia), Willson Cuaca (Indonesia), dan Seah Kian Wee (Singapura).
Singapura memang negeri yang menarik bagi investor. Banyak perusahaan di dunia yang mendirikan kantor pusat atau kantor regionalnya di negeri ini. Stabilitas politik dan ekonomi, serta kepastian hukum jadi salah satu pertimbangan investor membuka kantor di Singapura. Soal perijinan untuk berusaha atau berinvestasi dan tarif pajak, Singapura memang rajanya. Itu merujuk pada rekomendasi Bank Dunia yang menyatakan Singapura konsisten ada di peringkat No. 1 untuk kemudahan melakukan bisnis. So, tidak heran jika Belva pun mendirikan kantor pusat di negeri ini. Hanya saja memang yang paling menikmati dari bisnis stratup di Indonesia adalah pemilik modal di luar negeri.
(eko)
tulis komentar anda