Penggunaan Kompor Listrik Dinilai hanya Pindahkan Beban dari Hilir ke Hulu
Kamis, 22 September 2022 - 12:53 WIB
JAKARTA - Pemerintah saat ini tengah melakukan uji coba konversi kompor elpiji ke kompor listrik atau induksi. Setelah uji coba masih perlu dilakukan beberapa evaluasi agar ke depannya penyaluran subsidi bisa lebih tepat sasaran.
Direktur Celios Bhima Yudhistira mengatakan, dalam upaya mengurangi ketergantungan masyarakat dengan kompor elpiji, pemerintah harus konsisten. Mengingat pola masyarakat yang sudah telanjur nyaman dengan penggunaan kompor elpiji, karena proses memasak yang lebih cepat.
"Mengurangi ketergantungan elpiji dengan kompor listrik butuh konsistensi, karena diperkirakan perlu waktu lama adaptasi dan persiapan di tingkat masyarakat," kata Bhima saat dihubungi MNC Portal, Kamis (22/9/2022).
Selain itu, menurut dia, daya listrik yang dibutuhkan untuk kompor listrik relatif besar. Sementara kelompok golongan rumah tangga dengan daya listrik 450 VA adalah golongan pemakai gas melon subsidi terbanyak, sehingga kurang cocok menggunakan kompor listrik untuk memasak harian.
"Kalau dinaikan daya listriknya maka beban tagihan akan naik dan merugikan orang miskin, " katanya.
Bhima membeberkan, biaya transisi ke kompor listrik relatif jadi beban baru. Dia menilai, tidak semua kompor listrik bisa diberi gratis plus alat masak khusus.
Bhima mengutarakan bahwa pemerintah ingin mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil, tapi di hulu, pembangkit listrik masih dominan batu bara dan BBM.
"Jadi sama saja konsumsi listrik naik maka PLTU yang butuh batu bara semakin tinggi. Beban hanya pindah dari penghematan di hilir jadi kenaikan pembelian batu bara dan BBM impor di hulu pembangkit," katanya.
Bhima melihat bahwa budaya atau kebiasaan masyarakat Indonesia dengan menggunakan kompor listrik sepertinya butuh waktu lebih lama untuk diubah. "Jangankan orang miskin, kelompok menengah atas sebenarnya sudah lama mengenal kompor listrik, tapi mereka nyaman pakai elpiji karena proses memasak lebih cepat," kata Bhima.
Baca Juga
Direktur Celios Bhima Yudhistira mengatakan, dalam upaya mengurangi ketergantungan masyarakat dengan kompor elpiji, pemerintah harus konsisten. Mengingat pola masyarakat yang sudah telanjur nyaman dengan penggunaan kompor elpiji, karena proses memasak yang lebih cepat.
"Mengurangi ketergantungan elpiji dengan kompor listrik butuh konsistensi, karena diperkirakan perlu waktu lama adaptasi dan persiapan di tingkat masyarakat," kata Bhima saat dihubungi MNC Portal, Kamis (22/9/2022).
Selain itu, menurut dia, daya listrik yang dibutuhkan untuk kompor listrik relatif besar. Sementara kelompok golongan rumah tangga dengan daya listrik 450 VA adalah golongan pemakai gas melon subsidi terbanyak, sehingga kurang cocok menggunakan kompor listrik untuk memasak harian.
"Kalau dinaikan daya listriknya maka beban tagihan akan naik dan merugikan orang miskin, " katanya.
Bhima membeberkan, biaya transisi ke kompor listrik relatif jadi beban baru. Dia menilai, tidak semua kompor listrik bisa diberi gratis plus alat masak khusus.
Bhima mengutarakan bahwa pemerintah ingin mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil, tapi di hulu, pembangkit listrik masih dominan batu bara dan BBM.
"Jadi sama saja konsumsi listrik naik maka PLTU yang butuh batu bara semakin tinggi. Beban hanya pindah dari penghematan di hilir jadi kenaikan pembelian batu bara dan BBM impor di hulu pembangkit," katanya.
Bhima melihat bahwa budaya atau kebiasaan masyarakat Indonesia dengan menggunakan kompor listrik sepertinya butuh waktu lebih lama untuk diubah. "Jangankan orang miskin, kelompok menengah atas sebenarnya sudah lama mengenal kompor listrik, tapi mereka nyaman pakai elpiji karena proses memasak lebih cepat," kata Bhima.
(uka)
tulis komentar anda