Tahu Kerbau Unik Penghasil Susu? Ini Penjelasannya
Jum'at, 03 Juli 2020 - 12:47 WIB
JAKARTA - Susu segar biasanya dihasilkan dari sapi perah atau kambing perah. Namun, di Indonesia, kerbau juga bisa dihasilkan susunya yang kemudian diolah menjadi berbagai penganan enak dan bergizi. Contohnya, seperti kuliner Dangke di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan, Dadih di Sumatera Barat dan Dali Ni Horbo atau Roti Batak di Sumatera Utara dan Permen Susu di NTB.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), I Ketut Diarmita menjelaskan bahwa berbagai kuliner tersebut bahkan bisa menjadi industri skala rumahan. Misalnya dapat dijadikan sebagai souvenir, buah tangan, ikon atau penanda khas dari daerah tertentu. "Kuliner tersebut dihasilkan dari kerbau rumpun khusus, yaitu kerbau sungai bukan kerbau yang biasa kita saksikan sehari hari. Kerbau ini memiliki kemampuan produksi susu yang lebih tinggi dan karakteristik bentuk tanduknya yang khas. Karena kemampuan menghasilkan susu yang lebih tinggi, kerbau sungai sering disebut kerbau perah." ungkap Ketut, Jumat (3/7/2020).
Diketahui, kerbau biasa tanduknya berbentuk seperti setengah lingkaran memanjang ke dalam. Sedangkan kerbau perah ini tanduknya mengarah keluar, sedikit melingkar di atas kepalanya relatif pendek. Jadi sebenarnya ada dua jenis kerbau, yaitu yang pertama kerbau lumpur yang biasa ditemui dan sering berkubang di perairan yang berlumpur. Jenis kerbau yang kedua adalah kerbau perah yang habitatnya lebih ke arah perairan, seperti sungai, sehingga bisa juga disebut sebagai kerbau sungai. "Tapi keduanya juga sama-sama senang dengan berkubang. Keduanya juga berkulit lebih tipis dari sapi, mempunyai kelenjar keringat sedikit sehingga tidak tahan panas matahari," jelas Ketut.
Menurut Ketut, kerbau perah ini merupakan salah satu kekayaan plasma nutfah Indonesia dan populasinya saat ini mulai terancam. Sehingga diperlukan pendekatan khusus dengan memakai pendekatan kuliner untuk mempertahankan dan mengembangkan populasinya. "Dengan pendekatan tersebut maka sendirinya akan terkait dengan event pariwisata, yaitu kuliner yang dapat jadi ciri khas daerah bersangkutan," terangnya.
Ketut menambahkan, para wisatawan domestik atau mancanegara tentu akan menikmati ciri khas suatu daerah dari kuliner kerbau perah ini. Jadi, bisa dibilang hilangnya kerbau perah berarti hilang pula salah satu peradaban daerah yang bersangkutan. "Mari kita pertahankan kerbau perah yang unik itu yang merupakan salah satu kekayaan plasma nutfah Indonesia. Mari makan beragam kuliner olahan dari susu kerbau Indonesia. Susu enak, bergizi, nikmat, Indonesia sehat," ucap Ketut dengan semangat.
Sementara itu, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH, Kementan, Ir. Sugiono, MP menjelaskan, produksi susu dari kerbau perah ini sedikit lebih tinggi dari kerbau lumpur, karena memang dipelihara untuk diambil susunya. Produksi susunya sehari mampu mencapai 6-8 liter, sedangkan kerbau lumpur jika diperah hanya menghasilkan 1-3 liter.
Lebih lanjut Sugiono menerangkan, sebagai dukungan pemerintah dari sisi produksi benih dan bibit ternak, populasi dan produksi bibit kerbau perah difokuskan di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Siborong-borong dan produksi benihnya oleh Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang.
Periode 2015-2019 telah teristribusikan sebanyak 38 ekor kerbau perah ke wilayah sentra kerbau di Sumatera Utara. Saat ini Populasi ternak kerbau perah di BPTU-HPT Siborong-borong sebanyak kurang lebih hanya 80 ekor, sehingga BPTU-HPT Siborong-borong dianggap benteng terakhir konservasi ternak kerbau perah. "Sedangkan produksi benih (semen beku) kerbau sungai yang dihasilkan oleh BIB Lembang, jenis kerbau sungai telah didistribusikan sebanyak 75.107 dosis ke 23 Provinsi potensi pengembangan kerbau sungai di Indonesia," ujar Sugiono.
Selain itu, Ditjen PKH Kementan juga sudah memberikan bantuan ke 4 Provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan NTB) sebanyak 67 ekor, dan sampai Juni 2020 telah berkembang menjadi 76 ekor. Bantuan ini dilakukan melalui kegiatan pengembangan budidaya kerbau perah dan penguatan kelompok sejak tahun 2019. "Lokasi tersebut merupakan daerah sentra kerbau dan secara budaya umumnya peternak memerah kerbau, dan diolah menjadi panganan khas," tutur Sugiono.
“Mari makan beragam kuliner olahan dari susu kerbau Indonesia. Susu enak, bergizi, nikmat, Indonesia sehat" tutupnya dengan semangat.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), I Ketut Diarmita menjelaskan bahwa berbagai kuliner tersebut bahkan bisa menjadi industri skala rumahan. Misalnya dapat dijadikan sebagai souvenir, buah tangan, ikon atau penanda khas dari daerah tertentu. "Kuliner tersebut dihasilkan dari kerbau rumpun khusus, yaitu kerbau sungai bukan kerbau yang biasa kita saksikan sehari hari. Kerbau ini memiliki kemampuan produksi susu yang lebih tinggi dan karakteristik bentuk tanduknya yang khas. Karena kemampuan menghasilkan susu yang lebih tinggi, kerbau sungai sering disebut kerbau perah." ungkap Ketut, Jumat (3/7/2020).
Diketahui, kerbau biasa tanduknya berbentuk seperti setengah lingkaran memanjang ke dalam. Sedangkan kerbau perah ini tanduknya mengarah keluar, sedikit melingkar di atas kepalanya relatif pendek. Jadi sebenarnya ada dua jenis kerbau, yaitu yang pertama kerbau lumpur yang biasa ditemui dan sering berkubang di perairan yang berlumpur. Jenis kerbau yang kedua adalah kerbau perah yang habitatnya lebih ke arah perairan, seperti sungai, sehingga bisa juga disebut sebagai kerbau sungai. "Tapi keduanya juga sama-sama senang dengan berkubang. Keduanya juga berkulit lebih tipis dari sapi, mempunyai kelenjar keringat sedikit sehingga tidak tahan panas matahari," jelas Ketut.
Menurut Ketut, kerbau perah ini merupakan salah satu kekayaan plasma nutfah Indonesia dan populasinya saat ini mulai terancam. Sehingga diperlukan pendekatan khusus dengan memakai pendekatan kuliner untuk mempertahankan dan mengembangkan populasinya. "Dengan pendekatan tersebut maka sendirinya akan terkait dengan event pariwisata, yaitu kuliner yang dapat jadi ciri khas daerah bersangkutan," terangnya.
Ketut menambahkan, para wisatawan domestik atau mancanegara tentu akan menikmati ciri khas suatu daerah dari kuliner kerbau perah ini. Jadi, bisa dibilang hilangnya kerbau perah berarti hilang pula salah satu peradaban daerah yang bersangkutan. "Mari kita pertahankan kerbau perah yang unik itu yang merupakan salah satu kekayaan plasma nutfah Indonesia. Mari makan beragam kuliner olahan dari susu kerbau Indonesia. Susu enak, bergizi, nikmat, Indonesia sehat," ucap Ketut dengan semangat.
Sementara itu, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen PKH, Kementan, Ir. Sugiono, MP menjelaskan, produksi susu dari kerbau perah ini sedikit lebih tinggi dari kerbau lumpur, karena memang dipelihara untuk diambil susunya. Produksi susunya sehari mampu mencapai 6-8 liter, sedangkan kerbau lumpur jika diperah hanya menghasilkan 1-3 liter.
Lebih lanjut Sugiono menerangkan, sebagai dukungan pemerintah dari sisi produksi benih dan bibit ternak, populasi dan produksi bibit kerbau perah difokuskan di Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Siborong-borong dan produksi benihnya oleh Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang.
Periode 2015-2019 telah teristribusikan sebanyak 38 ekor kerbau perah ke wilayah sentra kerbau di Sumatera Utara. Saat ini Populasi ternak kerbau perah di BPTU-HPT Siborong-borong sebanyak kurang lebih hanya 80 ekor, sehingga BPTU-HPT Siborong-borong dianggap benteng terakhir konservasi ternak kerbau perah. "Sedangkan produksi benih (semen beku) kerbau sungai yang dihasilkan oleh BIB Lembang, jenis kerbau sungai telah didistribusikan sebanyak 75.107 dosis ke 23 Provinsi potensi pengembangan kerbau sungai di Indonesia," ujar Sugiono.
Selain itu, Ditjen PKH Kementan juga sudah memberikan bantuan ke 4 Provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan NTB) sebanyak 67 ekor, dan sampai Juni 2020 telah berkembang menjadi 76 ekor. Bantuan ini dilakukan melalui kegiatan pengembangan budidaya kerbau perah dan penguatan kelompok sejak tahun 2019. "Lokasi tersebut merupakan daerah sentra kerbau dan secara budaya umumnya peternak memerah kerbau, dan diolah menjadi panganan khas," tutur Sugiono.
“Mari makan beragam kuliner olahan dari susu kerbau Indonesia. Susu enak, bergizi, nikmat, Indonesia sehat" tutupnya dengan semangat.
(alf)
tulis komentar anda