Askrindo Jamin KUR Para Perajin Keris di Desa Banyusumurup, Yogyakarta
Senin, 10 Oktober 2022 - 12:33 WIB
Dalam melanjutkan usahanya, Marjono menemui beberapa kendala salah satunya permodalan. Awalnya Marjono menggunakan dana pribadi sebagai modal memulai usaha kerajinan keris, namun tingginya demand atas keris, Marjono menggunakan fasilitas kredit pinjaman perbankan.
"Dari tahun 1994 hingga 2013-an saya masih menggunakan modal seadanya guna terus mengembangkan usaha keris ini, tapi ditahun 2014an untuk meningkatkan dan lebih membesarkan usaha keris ini saya masuk ke program Kredit Usaha Rakyat dari salah satu Bank milik Negara," ujarnya.
Marjono bercerita, di awal mula dirinya mengajukan KUR di tahun 2014 dirinya 'hanya' mendapatkan tambahan modal usaha sebesar Rp.10 juta dan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya hingga di tahun 2022 ini dirinya mendapatkan permodalan dari KUR sebesar Rp. 50 juta.
Kepiawaian dirinya menjadi pengrajin keris sudah terkenal hingga dirinya berhasil mengekspor keris-keris miliknya hingga ke Malaysia dan Thailand. Akan tetapi sejak corona masuk ke Indonesia, penghasilan dirinya pun turun drastis hingga tidak lagi mengekspor keris miliknya.
"Sebelum adanya pandemi saya rutin tiap bulannya mengekspor keris, selain itu juga orderan dari hampir seluruh Indonesia juga saya mendapatkan orderan seperti halnya untuk souvenir, baju adat pernikahan hingga pesanan dari pecinta dan kolektor keris,"jelasnya.
Harga keris yang dijual oleh Marjono sangat bervariasi mulai dari kelas untuk souvenir diharga Rp.50.000 hingga Rp.100.000, untuk upacara adat manten diharga Rp.150.000 hingga Rp.500.000. Sedangkan untuk pesanan khusus atau ageman diharga Rp.5 juta hingga Rp.50 juta bahkan bisa lebih sesuai dengan permintaan keris itu sendiri.
"Harga bervariasi tergantung tingkat kesulitan dan bahan yang dipakai, contohnya keris yang harganya puluhan juta ini, ini ada ornamen yang dibuat dari emas 24 karat dan salur yang ada di kerisnya juga dikerjakan dengan tangan manual dan bisa selesai hingga satu bahkan tiga bulan," jelasnya.
"Dari tahun 1994 hingga 2013-an saya masih menggunakan modal seadanya guna terus mengembangkan usaha keris ini, tapi ditahun 2014an untuk meningkatkan dan lebih membesarkan usaha keris ini saya masuk ke program Kredit Usaha Rakyat dari salah satu Bank milik Negara," ujarnya.
Marjono bercerita, di awal mula dirinya mengajukan KUR di tahun 2014 dirinya 'hanya' mendapatkan tambahan modal usaha sebesar Rp.10 juta dan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya hingga di tahun 2022 ini dirinya mendapatkan permodalan dari KUR sebesar Rp. 50 juta.
Kepiawaian dirinya menjadi pengrajin keris sudah terkenal hingga dirinya berhasil mengekspor keris-keris miliknya hingga ke Malaysia dan Thailand. Akan tetapi sejak corona masuk ke Indonesia, penghasilan dirinya pun turun drastis hingga tidak lagi mengekspor keris miliknya.
"Sebelum adanya pandemi saya rutin tiap bulannya mengekspor keris, selain itu juga orderan dari hampir seluruh Indonesia juga saya mendapatkan orderan seperti halnya untuk souvenir, baju adat pernikahan hingga pesanan dari pecinta dan kolektor keris,"jelasnya.
Harga keris yang dijual oleh Marjono sangat bervariasi mulai dari kelas untuk souvenir diharga Rp.50.000 hingga Rp.100.000, untuk upacara adat manten diharga Rp.150.000 hingga Rp.500.000. Sedangkan untuk pesanan khusus atau ageman diharga Rp.5 juta hingga Rp.50 juta bahkan bisa lebih sesuai dengan permintaan keris itu sendiri.
"Harga bervariasi tergantung tingkat kesulitan dan bahan yang dipakai, contohnya keris yang harganya puluhan juta ini, ini ada ornamen yang dibuat dari emas 24 karat dan salur yang ada di kerisnya juga dikerjakan dengan tangan manual dan bisa selesai hingga satu bahkan tiga bulan," jelasnya.
(akr)
tulis komentar anda