Ngeri! Ini Dampak Jika Suhu Bumi Naik 2,6 Derajat Tahun 2100
Jum'at, 28 Oktober 2022 - 19:58 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan dampak perubahan iklim global. Berdasarkan laporan terbaru United Nations Framework on Climate Change Conference (UNFCCC), Sri Mulyani mengungkapkan apabila tidak melakukan apa-apa atau satus quo maka dunia tahun 2100 akan lebih hangat 2,6 derajat centrigrade.
"Ini suatu level suhu yang melewati batas toleransi," ujar Sri Mulyani dalam seminar bertajuk Strategi Capai Ekonomi Kuat & Berkelanjutan secara virtual, Jumat (28/10/2022).
Menurut dia ikrar dunia menjaga suhu bumi telah dilakukan sejak 2015 lalu agar tidak melampaui 1,5 derajat centigrade lebih hangat. "Anda tidak tahu, jika dunia menghangat 1,5 derajat atau more maka tidak hanya kutub utara, kutub selatan, permukaan air naik, dan pola musiman berubah sekali," ujarnya.
Dia mengungkapkan betapa banyak sekali sekarang bencana alam. Hal ini karena tak ada pola yang dianggap normal.
"Musim kering bisa panjang dan bisa kebakaran hutan. Musim hujan jadi ekstrem sampai longsor dan banjir. Itu mengancam manusia dan ekonomi," tegasnya.
"Kalau perekonomian dan kegiatan manusia memproduksi CO2 terlalu banyak dan no body care itu disebut sebagai market failure. Nyata-nyata ini bisa membahayakan dunia, namun tidak ada yang bisa mengoreksi," ungkap Sri Mulyani.
Di saat itulah, letak APBN sebagai alokatif. APBN, bisa mengoreksi supaya tingkah laku manusia dan memasukan risiko ancaman global, melalui instrumen pajak karbon dan subsidi. Sebab itu, Indonesia akan berpartisipasi menurunkan CO2 31% dan 43% dibantu internasional.
Namun demikian, partisipasi tersebut membutuhkan kebijakan fiskal, salah satunya melalui mekanisme transisi energi. Namun syaratnya Indonesia harus memiliki dana lebih dari Rp3.400 triliun.
Lihat Juga: Kadin dan Pemerintah Indonesia Berpeluang Raih Pendanaan Transisi Energi hingga Rumah Murah dari Inggris
"Ini suatu level suhu yang melewati batas toleransi," ujar Sri Mulyani dalam seminar bertajuk Strategi Capai Ekonomi Kuat & Berkelanjutan secara virtual, Jumat (28/10/2022).
Menurut dia ikrar dunia menjaga suhu bumi telah dilakukan sejak 2015 lalu agar tidak melampaui 1,5 derajat centigrade lebih hangat. "Anda tidak tahu, jika dunia menghangat 1,5 derajat atau more maka tidak hanya kutub utara, kutub selatan, permukaan air naik, dan pola musiman berubah sekali," ujarnya.
Dia mengungkapkan betapa banyak sekali sekarang bencana alam. Hal ini karena tak ada pola yang dianggap normal.
"Musim kering bisa panjang dan bisa kebakaran hutan. Musim hujan jadi ekstrem sampai longsor dan banjir. Itu mengancam manusia dan ekonomi," tegasnya.
"Kalau perekonomian dan kegiatan manusia memproduksi CO2 terlalu banyak dan no body care itu disebut sebagai market failure. Nyata-nyata ini bisa membahayakan dunia, namun tidak ada yang bisa mengoreksi," ungkap Sri Mulyani.
Di saat itulah, letak APBN sebagai alokatif. APBN, bisa mengoreksi supaya tingkah laku manusia dan memasukan risiko ancaman global, melalui instrumen pajak karbon dan subsidi. Sebab itu, Indonesia akan berpartisipasi menurunkan CO2 31% dan 43% dibantu internasional.
Namun demikian, partisipasi tersebut membutuhkan kebijakan fiskal, salah satunya melalui mekanisme transisi energi. Namun syaratnya Indonesia harus memiliki dana lebih dari Rp3.400 triliun.
Lihat Juga: Kadin dan Pemerintah Indonesia Berpeluang Raih Pendanaan Transisi Energi hingga Rumah Murah dari Inggris
(nng)
tulis komentar anda