Bahlil: Pertumbuhan Ekonomi RI Terbaik di G20, Tapi Kalah dari Malaysia dan Vietnam

Senin, 14 November 2022 - 23:51 WIB
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyampaikan, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan yang terbaik jika dibandingkan dengan negara-negara G20. Namun untuk di kawasan ASEAN, Indonesia masih kalah. Foto/Dok
BALI - Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia menyampaikan, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan yang terbaik jika dibandingkan dengan negara-negara G20. Namun untuk di kawasan ASEAN, Indonesia masih kalah jika dibandingkan dengan Malaysia dan Vietnam.

Dia menyebut, capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III sebesar 5,72% year on year (yoy) atau 1,81% month to month (mtm).

"Kuartal III 2022 itu tumbuh 5,72 persen, salah satu terbaik di negara-negara G20. Namun di Asia Tenggara kita harus mengakui pertumbuhan ekonomi Malaysia dan Vietnam lebih baik dari kita, tapi dari G20 kita lebih baik dari teman-teman lain," ungkap Bahlil dalam acara The Introduction to G20 Bali Compendium & The Launch of Sustainable Investment Guidelines di Intercontinental, Bali, Senin (14/11/2022).



Menurut Bahlil, pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia tak lepas dari peranan investasi. Sebab nilai investasi dan ekspor mengalami kenaikan sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi Tanah Air.

"Investasi naik, ekspor naik. Artinya faktor pendukung hulu pertumbuhan ekonomi adalah investasi. Investasi harus dipandang bagian terpenting urat nadi proses pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja, kompetitif, dan pendapatan negara," terang Bahlil.



Bahlil memaparkan, realisasi investasi di kuartal III mencapai Rp307,8 triliun. Angka tersebut tumbuh 1,9% jika dibandingkan dengan realisasi investasi pada kuartal II-2022 yang nilainya sebesar Rp 302,2 triliun.

Sedangkan secara akumulasi total Januari hingga September nilainya sudah mencapai Rp 892,4 triliun atau 74,4% dari target Rp1.200 triliun.

Selain itu dia juga menjelaskan, bahwa inflasi Indonesia hingga Oktober 2022 masih terkendali berada di level 5,71% (yoy) dan 1,66 (mtm). Menurutnya hal tersebut tidak lepas dari peran pemerintah yang melakukan pendekatan mitigasi di luar kelaziman.

"Pendekatan untuk mitigasi agar tak lagi ada lonjakan inflasi yang dilakukan pemerintahan Jokowi di luar kelaziman teori ekonomi. Biasanya inflasi begitu dia naik, maka yang melakukan aksi adalah BI (Bank Indonesia) lewat instrumen moneter. Tapi kali ini tidak cukup," pungkasnya.
(akr)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More