Komunike B20 Fokus pada Aksi Konkret Bersama
Selasa, 15 November 2022 - 13:51 WIB
“Ternyata 10 bulan kemudian ada krisis perang, ada krisis pangan, ada krisis energi dan keuangan. Tapi kita bersyukur, Indonesia di kuartal kedua masih tumbuh 5,44% dan kuartal ketiga tumbuh 5,72%. Inflasi juga terkendali. Ekonomi kita akan terus tumbuh,” jelas Presiden Jokowi saat menutup B20 Summit yang sudah berlangsung sejak 13-14 November 2022 di BNDCC, Bali.
(Baca juga:Inilah Perbedaan B20 dan G20 Indonesia)
Presiden Jokowi menambahkan, bagi negara lain dan juga lembaga dunia, Indonesia adalah satu cahaya terang di kegelapan dunia. Untuk itu, Indonesia perlu membuat strategi utama untuk terus mendorong nilai tambah. Pertama hilirisasi, industrialisasi dan membangun nilai tambah untuk negara maupun penciptaan lapangan kerja.
“Ekonomi hijau atau potensi energi baru terbarukan kita sekitar 434.000 MW. Semua potensi alam dari matahari, air, angin itu ada semua. Ini kesempatan bagi investor untuk berinvestasi di sini, karena memang untuk investasi hijau tidak sedikit. Jadi kita ingin bersama-sama membangun ekonomi hijau di Indonesia,” lanjutnya.
Presiden Jokowi mengatakan di Kalimantan Utara (Kaltara), sudah ada 30.000 hektare (ha) untuk kawasan industri berbasis energi terbarukan berbasis hidropower. Nantinya, investor akan datang untuk membangun produk-produk hijau di Indonesia.
Presiden juga ingin usaha kecil didorong dan dibantu oleh perusahaan besar untuk melakukan digitalisasi. Saat ini sudah ada 19 juta UMKM yang masuk platform digital dan ditargetkan 2024 mencapai 30 juta UMKM.
Komunike Penuntun G20
Ketua Umum KADIN Indonesia yang juga Host of B20 Indonesia mengatakan B20 Indonesia memiliki peran vital untuk mengambil dan momentum di tengah krisis Rusia-Ukraina dan pemulihan ekonomi pascapandemi. Arsjad melihat, sebagai negara yang berada di antara kawasan Utara dan Utara serta satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota tetap G20, Indonesia mampu menjadi penyambung suara ekonomi negara maju dan berkembang di kancah global.
Dalam situasi itu, kata Arsjad, Presidensi B20-G20 Indonesia memiliki peran vital untuk menjadi penengah sekaligus memberikan terobosan untuk pemulihan ekonomi dan meredam panasnya suhu politik dunia. Arsjad melihat, B20 Indonesia ini bisa menimalisir kesenjangan antara negara maju dan berkembang.
(Baca juga:Dialog G20-B20 Tekankan Pentingnya Kolaborasi untuk Penguatan UMKM)
(Baca juga:Inilah Perbedaan B20 dan G20 Indonesia)
Presiden Jokowi menambahkan, bagi negara lain dan juga lembaga dunia, Indonesia adalah satu cahaya terang di kegelapan dunia. Untuk itu, Indonesia perlu membuat strategi utama untuk terus mendorong nilai tambah. Pertama hilirisasi, industrialisasi dan membangun nilai tambah untuk negara maupun penciptaan lapangan kerja.
“Ekonomi hijau atau potensi energi baru terbarukan kita sekitar 434.000 MW. Semua potensi alam dari matahari, air, angin itu ada semua. Ini kesempatan bagi investor untuk berinvestasi di sini, karena memang untuk investasi hijau tidak sedikit. Jadi kita ingin bersama-sama membangun ekonomi hijau di Indonesia,” lanjutnya.
Presiden Jokowi mengatakan di Kalimantan Utara (Kaltara), sudah ada 30.000 hektare (ha) untuk kawasan industri berbasis energi terbarukan berbasis hidropower. Nantinya, investor akan datang untuk membangun produk-produk hijau di Indonesia.
Presiden juga ingin usaha kecil didorong dan dibantu oleh perusahaan besar untuk melakukan digitalisasi. Saat ini sudah ada 19 juta UMKM yang masuk platform digital dan ditargetkan 2024 mencapai 30 juta UMKM.
Komunike Penuntun G20
Ketua Umum KADIN Indonesia yang juga Host of B20 Indonesia mengatakan B20 Indonesia memiliki peran vital untuk mengambil dan momentum di tengah krisis Rusia-Ukraina dan pemulihan ekonomi pascapandemi. Arsjad melihat, sebagai negara yang berada di antara kawasan Utara dan Utara serta satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota tetap G20, Indonesia mampu menjadi penyambung suara ekonomi negara maju dan berkembang di kancah global.
Dalam situasi itu, kata Arsjad, Presidensi B20-G20 Indonesia memiliki peran vital untuk menjadi penengah sekaligus memberikan terobosan untuk pemulihan ekonomi dan meredam panasnya suhu politik dunia. Arsjad melihat, B20 Indonesia ini bisa menimalisir kesenjangan antara negara maju dan berkembang.
(Baca juga:Dialog G20-B20 Tekankan Pentingnya Kolaborasi untuk Penguatan UMKM)
Lihat Juga :
tulis komentar anda