Rayakan Thanksgiving, Wall Street Libur
Kamis, 24 November 2022 - 23:00 WIB
JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat (Wall Street) libur pada Kamis (24/11) memperingati perayaan Thanksgiving. Para pelaku pasar modal negeri Paman Sam sedang optimistis lantaran serangkaian risalah pertemuan bank sentral/Federal Reserve memperkuat ekspektasi bahwa The Fed bakal mengurangi laju suku bunga pada pertemuan Desember mendatang.
Risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve terakhir menunjukkan mayoritas pejabat The Fed mendukung kebijakan perlambatan laju kenaikan suku bunga. Sentimen ini hadir kendati makroekonomi AS tengah menghadapi tanda-tanda perlambatan ekonomi.
Kabar dari The Fed katalis positif bagi pasar saham, karena dengan suku bunga yang rendah, dapat menarik kembali investor yang sebelumnya sembunyi di aset safe haven.
Di sisi lain, narasi The Fed yang dovish tampak membuat dolar mengalami koreksi, setelah sempat melonjak sebelumnya dipicu kekhawatiran resesi. Dolar dan yield/imbal hasil surat utang bertenor 10 tahun tampak menguji level terendah mereka dalam tujuh pekan terakhir.
Melansir Investing, Kamis (24/11), optimisme ini dinilai masih akan terbatas lantaran salah satu konsumen terbesar AS, yakni China masih memberlakukan pembatasan mobilitas menyusul peningkatan kasus Covid-19.
Risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve terakhir menunjukkan mayoritas pejabat The Fed mendukung kebijakan perlambatan laju kenaikan suku bunga. Sentimen ini hadir kendati makroekonomi AS tengah menghadapi tanda-tanda perlambatan ekonomi.
Kabar dari The Fed katalis positif bagi pasar saham, karena dengan suku bunga yang rendah, dapat menarik kembali investor yang sebelumnya sembunyi di aset safe haven.
Di sisi lain, narasi The Fed yang dovish tampak membuat dolar mengalami koreksi, setelah sempat melonjak sebelumnya dipicu kekhawatiran resesi. Dolar dan yield/imbal hasil surat utang bertenor 10 tahun tampak menguji level terendah mereka dalam tujuh pekan terakhir.
Baca Juga
Melansir Investing, Kamis (24/11), optimisme ini dinilai masih akan terbatas lantaran salah satu konsumen terbesar AS, yakni China masih memberlakukan pembatasan mobilitas menyusul peningkatan kasus Covid-19.
(nng)
tulis komentar anda