Borong Minyak Timur Tengah, Xi Jinping Desak Pemimpin Arab Ganti Dolar dengan Yuan
Senin, 12 Desember 2022 - 14:09 WIB
JAKARTA - Pemimpin China Xi Jinping berjanji akan memborong minyak dan gas (migas) dari negara-negara Teluk Arab tanpa mencampuri urusan mereka. Namun demikian, Xi mendesak negara-negara Arab untuk melakukan penjualan energi dalam mata uang yuan China, yang berpotensi menceraikan dolar AS.
Beijing dianggap akan lebih menguntungkan daripada Washington karena perhatian Amerika Serikat (AS) di wilayah tersebut mulai berkurang.Pendekatan China dapat menarik perhatian para pemimpin seperti Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, yang siap untuk memerintah kerajaan kaya minyak itu selama beberapa dekade.
Selama kunjungan Xi ke Arab Saudi baru-baru ini, sang pangeran menyambutnya di pertemuan Dewan Kerjasama Teluk (GCC), dan kemudian di pertemuan puncak para pemimpin Timur Tengah yang lebih luas. "Berdiri di persimpangan sejarah, kita harus memperbarui tradisi persahabatan antara Tiongkok dan GCC," kata Xi, dlansir dari ABC News, Senin (12/12/2022).
China bergantung pada negara-negara Teluk Arab, khususnya Arab Saudi, untuk impor minyak mentah bernilai miliaran dolar untuk menggerakkan ekonominya. "Kerajaan percaya bahwa sumber energi hidrokarbon akan tetap menjadi sumber daya penting untuk memenuhi kebutuhan dunia selama beberapa dekade mendatang," kata Pangeran Mohammed.
Sebagaimana diketahui, harga minyak Minyak mentah Brent diperdagangkan pada Jumat sekitar USD76 per barel, turun dari level tertinggi USD122 pada Juni. Harga yang lebih tinggi dapat mewujudkan impian sang pangeran untuk mengembangkan kota futuristik Neom di Laut Merah untuk merombak ekonomi Saudi.
Xi memuji negara-negara GCC seperti Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab karena mereka secara aktif mencari solusi politik untuk hotspot regional, dan mengundang astronot mereka ke stasiun luar angkasa baru Tiangong China.
Xi juga mengatakan China berencana untuk membangun Pusat Demonstrasi Keamanan Nuklir China-GCC bersama yang akan melatih 300 personel tentang keselamatan dan teknologi nuklir. UEA pun telah memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Barakah, yang dibangun dengan Korea Selatan di bawah perjanjian ketat bahwa itu tidak akan memperkaya uranium – kemungkinan jalur menuju senjata nuklir.
Tapi mungkin yang paling penting bagi negara-negara Teluk, Xi menekankan negaranya akan tetap menjadi pembeli utama minyak mereka.
Beijing dianggap akan lebih menguntungkan daripada Washington karena perhatian Amerika Serikat (AS) di wilayah tersebut mulai berkurang.Pendekatan China dapat menarik perhatian para pemimpin seperti Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, yang siap untuk memerintah kerajaan kaya minyak itu selama beberapa dekade.
Selama kunjungan Xi ke Arab Saudi baru-baru ini, sang pangeran menyambutnya di pertemuan Dewan Kerjasama Teluk (GCC), dan kemudian di pertemuan puncak para pemimpin Timur Tengah yang lebih luas. "Berdiri di persimpangan sejarah, kita harus memperbarui tradisi persahabatan antara Tiongkok dan GCC," kata Xi, dlansir dari ABC News, Senin (12/12/2022).
China bergantung pada negara-negara Teluk Arab, khususnya Arab Saudi, untuk impor minyak mentah bernilai miliaran dolar untuk menggerakkan ekonominya. "Kerajaan percaya bahwa sumber energi hidrokarbon akan tetap menjadi sumber daya penting untuk memenuhi kebutuhan dunia selama beberapa dekade mendatang," kata Pangeran Mohammed.
Sebagaimana diketahui, harga minyak Minyak mentah Brent diperdagangkan pada Jumat sekitar USD76 per barel, turun dari level tertinggi USD122 pada Juni. Harga yang lebih tinggi dapat mewujudkan impian sang pangeran untuk mengembangkan kota futuristik Neom di Laut Merah untuk merombak ekonomi Saudi.
Xi memuji negara-negara GCC seperti Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab karena mereka secara aktif mencari solusi politik untuk hotspot regional, dan mengundang astronot mereka ke stasiun luar angkasa baru Tiangong China.
Xi juga mengatakan China berencana untuk membangun Pusat Demonstrasi Keamanan Nuklir China-GCC bersama yang akan melatih 300 personel tentang keselamatan dan teknologi nuklir. UEA pun telah memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Barakah, yang dibangun dengan Korea Selatan di bawah perjanjian ketat bahwa itu tidak akan memperkaya uranium – kemungkinan jalur menuju senjata nuklir.
Tapi mungkin yang paling penting bagi negara-negara Teluk, Xi menekankan negaranya akan tetap menjadi pembeli utama minyak mereka.
tulis komentar anda