Tantangan Global dan Domestik Menghadang di 2023, Ekonomi RI Masih di Jalur Positif
Selasa, 20 Desember 2022 - 20:56 WIB
JAKARTA - Tahun 2023 yang diprediksi penuh tantangan dengan ancaman resesi yang menghadang harus tetap disikapi dengan optimisme namun tetap penuh kewaspadaan.
Dalam Media Talkshow terkait Economic Outlook 2023 dengan tema “Ancaman Resesi 2023 di Depan Mata, Fakta atau Hoax?” yang digelar Grant Thornton Indonesia, belum lama ini, dipaparkan sejumlah tantangan yang harus diantisipasi pada tahun depan, baik tantangan global maupun domestik.
Untuk tantangan global, beberapa hal yang patut diwaspadai adalah inflasi tinggi, pengetatan moneter (suku bunga tinggi), eskalasi perang Rusia-Ukraina, harga energi tinggi, likuiditas keuangan global yang ketat, dan capital outflow dari emerging market.
Sedangkan tantangan domestik antara lain tahun (menjelang) pemilu, investor yang cenderung wait and see, inflasi tinggi yang membayangi, penurunan daya beli, peningkatan biaya produksi, depresiasi rupiah, inflasi pangan dan transportasi, serta pemutusan hubungan kerja (PHK) yang kemungkinan akan berlanjut.
Pemerintah Indonesia sendiri menyadari bahwa lingkungan global pada tahun yang akan datang diperkirakan akan melemah dan secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kinerja ekonomi Indonesia.
Namun, seperti disebutkan oleh sejumlah institusi dan lembaga internasional seperti ADB dan IMF, Indonesia diramal masih berpeluang tumbuh hingga 5% di 2023.
"Meskipun pertumbuhan ekonomi global akan mengalami perlambatan di tahun 2023 akibat kenaikan harga energi dan komoditas pangan, namun kita patut bersyukur karena ekonomi Indonesia masih tumbuh positif di kisaran 5%,” kata Ekonom Indef Ariyo DP Irhamna yang hadir sebagai pembicara pada media talkshow tersebut, dikutip Selasa (20/12/2022).
Berjuang di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif dan gejolak geopolitik global, perekonomian Indonesia masih menunjukkan tren positif di berbagai indikator. Namun, menyongsong tahun 2023, Indonesia tetap harus waspada dan mengantisipasi ancaman resesi 2023.
“Agar tetap berada dalam jalur pertumbuhan positif, pemerintah sebaiknya mengoptimalkan belanja negara untuk sektor yang lebih penting seperti pendidikan, kesehatan, dan juga energi,” papar Ariyo.
Dalam Media Talkshow terkait Economic Outlook 2023 dengan tema “Ancaman Resesi 2023 di Depan Mata, Fakta atau Hoax?” yang digelar Grant Thornton Indonesia, belum lama ini, dipaparkan sejumlah tantangan yang harus diantisipasi pada tahun depan, baik tantangan global maupun domestik.
Untuk tantangan global, beberapa hal yang patut diwaspadai adalah inflasi tinggi, pengetatan moneter (suku bunga tinggi), eskalasi perang Rusia-Ukraina, harga energi tinggi, likuiditas keuangan global yang ketat, dan capital outflow dari emerging market.
Sedangkan tantangan domestik antara lain tahun (menjelang) pemilu, investor yang cenderung wait and see, inflasi tinggi yang membayangi, penurunan daya beli, peningkatan biaya produksi, depresiasi rupiah, inflasi pangan dan transportasi, serta pemutusan hubungan kerja (PHK) yang kemungkinan akan berlanjut.
Pemerintah Indonesia sendiri menyadari bahwa lingkungan global pada tahun yang akan datang diperkirakan akan melemah dan secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kinerja ekonomi Indonesia.
Namun, seperti disebutkan oleh sejumlah institusi dan lembaga internasional seperti ADB dan IMF, Indonesia diramal masih berpeluang tumbuh hingga 5% di 2023.
"Meskipun pertumbuhan ekonomi global akan mengalami perlambatan di tahun 2023 akibat kenaikan harga energi dan komoditas pangan, namun kita patut bersyukur karena ekonomi Indonesia masih tumbuh positif di kisaran 5%,” kata Ekonom Indef Ariyo DP Irhamna yang hadir sebagai pembicara pada media talkshow tersebut, dikutip Selasa (20/12/2022).
Berjuang di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif dan gejolak geopolitik global, perekonomian Indonesia masih menunjukkan tren positif di berbagai indikator. Namun, menyongsong tahun 2023, Indonesia tetap harus waspada dan mengantisipasi ancaman resesi 2023.
“Agar tetap berada dalam jalur pertumbuhan positif, pemerintah sebaiknya mengoptimalkan belanja negara untuk sektor yang lebih penting seperti pendidikan, kesehatan, dan juga energi,” papar Ariyo.
tulis komentar anda