Demi Efisiensi, A-CDM Bakal Diterapkan di Seluruh Indonesia
Minggu, 12 Juli 2020 - 13:00 WIB
JAKARTA - PT Angkasa Pura (AP) II akan menerapkan secara penuh Airport Collaborative Decision Making (A-CDM) di Indonesia. A-CDM dinilai sangat penting untuk efisiensi dan efektifitas sektor penerbangan nasional.
President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, penerapan A-CDM di seluruh Indonesia memang tidak mudah, namun dapat dilakukan dengan kolaborasi di antara stakeholder. Saat ini Angkasa Pura II tengah dalam proses menerapkan A-CDM secara penuh di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, sebelum nantinya diterapkan di bandara-bandara lain.
Ada 13 tahapan untuk menerapkan A-CDM secara penuh, mulai dari pembentukan organisasi, menetapkan target, hingga memastikan keberlanjutan ketika nanti sudah diimplementasikan. Sejumlah tahapan-tahapan itu sudah selesaikan oleh Angkasa Pura II.
“Terpenting adalah kolaborasi di antara stakeholder, tidak bisa lagi hanya menjadi konsep bagi operator bandara, maskapai, air navigation,” ujar Muhammad Awaluddin di Jakarta, Minggu (12/7/2020).
Dia melanjutkan, penerapan penuh A-CDM di bandara bertujuan untuk mencapai sebanyak sembilan (tujuan) objektif. Saat ini, Soekarno-Hatta bersama dengan stakeholder antara lain AirNav Indonesia berupaya untuk mencapai tiga objektif itu. Ketiganya adalah meningkatkan prediktabilitas penerbangan, meningkatkan on time performance [OTP], dan menurunkan tingkat slot yang mubazir atau tidak digunakan.
“Sebanyak tiga objektif itu sangat penting diterapkan di tengah kondisi pandemi global sehingga sektor penerbangan dapat tetap meningkatkan efisiensi dan efektifitas penerbangan,” katanya. ( Baca juga:Empat Resep AP II Pulihkan Lalu Lintas Penerbangan )
Sementara itu, VP Operational Planning & Control Garuda Indonesia Capt. Fanny Kawulusan mengatakan, kunci utama penerapan A-CDM adalah mengoptimalkan sumber daya dan fasilitas yang ada di bandara.
“Jadi menguntungkan bagi semua stakeholder, baik dari airport operator, aircraft operator, air navigation, ground handler, yang ujung-ujungnya adalah kepuasan penumpang pesawat," imbuhnya.
Fanny Kawulusan menuturkan, implementasi A-CDM dapat menghasilkan berbagai peningkatan pelayanan, mulai dari lebih singkatnya waktu taxi bagi pesawat, antrean yang lebih pendek untuk take off, menghemat bahan bakar, menurunkan kongesti di apron dan taxiway, hingga waktu yang lebih hemat dalam menggunakan gate untuk persiapan keberangkatan atau kedatangan.
President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, penerapan A-CDM di seluruh Indonesia memang tidak mudah, namun dapat dilakukan dengan kolaborasi di antara stakeholder. Saat ini Angkasa Pura II tengah dalam proses menerapkan A-CDM secara penuh di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, sebelum nantinya diterapkan di bandara-bandara lain.
Ada 13 tahapan untuk menerapkan A-CDM secara penuh, mulai dari pembentukan organisasi, menetapkan target, hingga memastikan keberlanjutan ketika nanti sudah diimplementasikan. Sejumlah tahapan-tahapan itu sudah selesaikan oleh Angkasa Pura II.
“Terpenting adalah kolaborasi di antara stakeholder, tidak bisa lagi hanya menjadi konsep bagi operator bandara, maskapai, air navigation,” ujar Muhammad Awaluddin di Jakarta, Minggu (12/7/2020).
Dia melanjutkan, penerapan penuh A-CDM di bandara bertujuan untuk mencapai sebanyak sembilan (tujuan) objektif. Saat ini, Soekarno-Hatta bersama dengan stakeholder antara lain AirNav Indonesia berupaya untuk mencapai tiga objektif itu. Ketiganya adalah meningkatkan prediktabilitas penerbangan, meningkatkan on time performance [OTP], dan menurunkan tingkat slot yang mubazir atau tidak digunakan.
“Sebanyak tiga objektif itu sangat penting diterapkan di tengah kondisi pandemi global sehingga sektor penerbangan dapat tetap meningkatkan efisiensi dan efektifitas penerbangan,” katanya. ( Baca juga:Empat Resep AP II Pulihkan Lalu Lintas Penerbangan )
Sementara itu, VP Operational Planning & Control Garuda Indonesia Capt. Fanny Kawulusan mengatakan, kunci utama penerapan A-CDM adalah mengoptimalkan sumber daya dan fasilitas yang ada di bandara.
“Jadi menguntungkan bagi semua stakeholder, baik dari airport operator, aircraft operator, air navigation, ground handler, yang ujung-ujungnya adalah kepuasan penumpang pesawat," imbuhnya.
Fanny Kawulusan menuturkan, implementasi A-CDM dapat menghasilkan berbagai peningkatan pelayanan, mulai dari lebih singkatnya waktu taxi bagi pesawat, antrean yang lebih pendek untuk take off, menghemat bahan bakar, menurunkan kongesti di apron dan taxiway, hingga waktu yang lebih hemat dalam menggunakan gate untuk persiapan keberangkatan atau kedatangan.
tulis komentar anda