Demi Efisiensi, A-CDM Bakal Diterapkan di Seluruh Indonesia
Minggu, 12 Juli 2020 - 13:00 WIB
Di dalam platform A-CDM, seluruh stakeholder penerbangan seperti operator bandara, maskapai, air navigation dan ground handling akan saling berbagai seluruh informasi dan data sehingga operasional setiap penerbangan dapat direncanakan dengan baik.
VP ANS Data & Evaluation AirNav Indonesia Roy Johanis menambahkan, implementasi A-CDM melengkapi sistem Air Traffic Flow Management (ATFM) yang kini sudah diterapkan.
“ATFM dan A-CDM ini adalah dua hal yang berbeda. ATFM bertujuan me-manage demand dan capacity. Demand harus sesuai capacity, karena kalau demand melebihi capacity maka akan terjadi inefisiensi. Sementara, A-CDM bertujuan improve predictability dan optimize resource. Scope ATFM adalah airspace, sementara scope A-CDM adalah airport," tandasnya.
A-CDM ialah sistem kolaborasi antara operator bandara (PT AP II), penyedia jasa navigasi penerbangan (AirNav Indonesia), maskapai, penyedia jasa ground handling dan stakeholder lainnya guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam operasional penerbangan.
Dalam kolaborasi ini PT Angkasa Pura II, sebagai operator Soekarno-Hatta, menyediakan informasi penerbangan secara real time, rencana lokasi parkir bagi pesawat, dan gate keberangkatan penumpang secara real time, dan status koordinasi di dalam proses A-CDM itu sendiri. Operator bandara akan berperan seperti ketua komite di dalam A-CDM ini sehingga juga mengawasi jalannya koordinasi di dalam A-CDM.
Sementara itu, maskapai menyediakan rencana penerbangan secara real time termasuk jenis pesawat dan jumlah penumpang. Maskapai juga menyediakan informasi mengenai target waktu pesawat siap beranjak dari tempat parkir (Target Off-Block Time/TOBT) untuk diberangkatkan.
Sementara itu, penyedia jasa navigasi penerbangan, AirNav Indonesia, bertugas menyediakan informasi mengenai runway yang sedang digunakan, rencana penggunaan runway, kapasitas runway, dan informasi lainnya terkait lalu lintas penerbangan.
VP ANS Data & Evaluation AirNav Indonesia Roy Johanis menambahkan, implementasi A-CDM melengkapi sistem Air Traffic Flow Management (ATFM) yang kini sudah diterapkan.
“ATFM dan A-CDM ini adalah dua hal yang berbeda. ATFM bertujuan me-manage demand dan capacity. Demand harus sesuai capacity, karena kalau demand melebihi capacity maka akan terjadi inefisiensi. Sementara, A-CDM bertujuan improve predictability dan optimize resource. Scope ATFM adalah airspace, sementara scope A-CDM adalah airport," tandasnya.
A-CDM ialah sistem kolaborasi antara operator bandara (PT AP II), penyedia jasa navigasi penerbangan (AirNav Indonesia), maskapai, penyedia jasa ground handling dan stakeholder lainnya guna meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam operasional penerbangan.
Dalam kolaborasi ini PT Angkasa Pura II, sebagai operator Soekarno-Hatta, menyediakan informasi penerbangan secara real time, rencana lokasi parkir bagi pesawat, dan gate keberangkatan penumpang secara real time, dan status koordinasi di dalam proses A-CDM itu sendiri. Operator bandara akan berperan seperti ketua komite di dalam A-CDM ini sehingga juga mengawasi jalannya koordinasi di dalam A-CDM.
Sementara itu, maskapai menyediakan rencana penerbangan secara real time termasuk jenis pesawat dan jumlah penumpang. Maskapai juga menyediakan informasi mengenai target waktu pesawat siap beranjak dari tempat parkir (Target Off-Block Time/TOBT) untuk diberangkatkan.
Sementara itu, penyedia jasa navigasi penerbangan, AirNav Indonesia, bertugas menyediakan informasi mengenai runway yang sedang digunakan, rencana penggunaan runway, kapasitas runway, dan informasi lainnya terkait lalu lintas penerbangan.
(uka)
tulis komentar anda