BASF Dukung Investasi Smelter Sonic Bay Rp33 Triliun di Maluku Utara

Rabu, 18 Januari 2023 - 12:12 WIB
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dengan CEO BASF Martin Brudermüller di Paviliun Indonesia, di acara WEF 2023, di Davos, Swiss. FOTO/dok.Kementerian Investasi
JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia optimistis investasi proyek fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter) Sonic Bay di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara segera terealisasi. Pembangunan proyek hilirisasi nikel tersebut menelan investasi USD2,2 - USD2,6 miliar.

"Pabrik pemurnian nikel ada di Maluku Utara yang mana di sanalah lokasi sumber bahan bakunya. Kami di Kementerian Investasi/BKPM akan mengawal segala proses investasi BASF dari awal hingga akhir agar proyek ini bisa segera terlaksana," kata dia melalui pernyataannya, dalam serangkaian acara World Economic Forum (WEF) Annual Meeting 2023, di Davos, Swiss, Rabu (18/1/2023).





Komitmen tersebut disampaikan Bahlil dalam pertemuannya dengan Chief Executive Officer (CEO) Badische Anilin- und Soda-Fabrik (BASF) Martin Brudermüller di Paviliun Indonesia. Proyek Sonic Bay merupakan pabrik pemurnian (smelter) nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) yang menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitates (MHP) di Kawasan Industri Teluk Weda, Maluku Utara, dengan

"Saya mendukung penuh rencana investasi BASF di Indonesia khususnya dalam mendukung pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik. Hal ini sejalan dengan cita-cita pemerintah negara kita yang ingin menjadikan Indonesia sebagai pemain kendaraan listrik kelas dunia," kata Bahlil dalam keterangannya, Rabu (18/1/2023).

Dalam proyek Sonic Bay, BASF rencanaya akan bekerja sama dengan perusahaan pertambangan dan metalurgi multinasional Prancis, Eramet yang telah memiliki legalitas usaha atas nama PT Eramet Halmahera Nikel (PT EHN).

Sementara itu, CEO BASF Martin Brudermüller mengungkapkan apresiasinya terhadap keberhasilan pemerintah Indonesia dalam mewujudkan performa pertumbuhan ekonomi yang sangat baik bahkan mampu mengungguli negara-negara di Eropa.

Bahlil berterima kasih atas dukungan yang diberikan Kementerian Investasi/BKPM sehingga proses investasi BASF mampu berjalan dengan baik khususnya dalam hal pengurusan perizinan. CEO BASF menegaskan bahwa kesepakatannya dengan Eramet sudah memasuki tahap akhir dan akan segera direalisasikan.

"Kami ingin menyampaikan bahwa kesepakatan kami dengan Eramet sudah pada tahap final, kemungkinan keputusan kami akan diambil pada semester I 2023 ini. Nilai investasi yang akan kami gelontorkan kurang lebih 2,4 miliar euro dan akan mampu menciptakan lapangan pekerjaan secara langsung sebanyak 1.000 lapangan pekerjaan. Kami sangat mengapresiasi dukungan dari Kementerian Investasi/BKPM sehingga proses investasi kami berjalan lancar. Kami juga berencana melakukan investasi tindak lanjut," jelas Martin.



Proyek Sonic Bay diperkirakan akan meraup nilai investasi hingga USD2,2 – USD2,6 miliar atau sekitar atau sekitar Rp33 triliun dengan kapasitas produksi sebesar 67 ribu ton nikel per tahun dan 7,5 ribu ton kobalt per tahun. Rencana investasi tindak lanjut BASF sendiri bertujuan untuk memproduksi MHP menjadi prekursor baterai listrik.

Sebagai informasi, BASF merupakan perusahaan multinasional asal Jerman dan produsen kimia terbesar di dunia yang saat ini bekerjasama dengan perusahaan pertambangan asal Prancis, Eramet, di bidang industri smelter pemurnian hidrometalurgi nikel dan kobalt yang menghasilkan produk bahan baku baterai kendaraan listrik.
(nng)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More