Pemasar Didorong Sadar Terhadap Isu Lingkungan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan layanan pemasaran, Dentsu mengeluarkan hasil riset terkait dengan urgensi praktisi pemasaran untuk masa depan berkelanjutan. Riset tersebut berkolaborasi dengan Kantar merupakan perusahaan data analitik pemasaran.
Hasil studi itu melaporkan hanya satu dari tiga atau 34% tim pemasar dengan wawasan yang melaksanakan rencana keberlanjutan dan mengukur kemajuan mereka. Hal ini jauh lebih rendah dengan 46% dalam rantai pasokan (supply chain), dan 51% dalam strategi perusahaan.
Studi baru mengidentifikasi dua kesenjangan intensi-aksi yang signifikan, kesenjangan intensi-tindakan konsumen dan organisasi yang menjadi akar tantangan bagi praktisi pemasaran. Selain itu, berdasarkan studi oleh Kantar mengenai barometer isu global, isu iklim merupakan masalah utama.
Hal ini dibuktikan dengan 60% konsumen global mengatakan mereka mengalami kecemasan terhadap lingkungan yang mendorong inisiasi serta keinginan untuk bertindak. Adapun riset dilakukan di 12 wilayah Asia Pasifik meliputi Australia, Cina, Hong Kong, India, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Thailand, Filipina dan Vietnam.
Laporan ini dilandasi oleh sejumlah metodologi yang mengambil sumber dari empat studi oleh Kantar dan Dentsu, 40 sumber data publik, serta lebih dari 100 jam statistik dan analisis budaya untuk pengamatan lebih lanjut. Selain itu, survei melibatkan lebih dari 71 praktisi pemasaran berpengalaman melalui 10 kali wawancara dengan pemimpin perusahaan pemasaran dan keberlanjutan. Termasuk, melibatkan lebih dari 30 analisis brand internal maupun eksternal.
Chief Growth Officer (CGO) Dentsu Asia Pacific Dominic Powers mengatakan, dari hasil tersebut ditemukan fakta bahwa Indonesia memiliki tiga masalah iklim utama yakni kemiskinan dan kelaparan, penggundulan hutan, dan polusi air. Permasalahan ini menjadi tantangan penting dalam pelestarian lingkungan dan ekosistem, untuk mencapai kehidupan yang lebih berkelanjutan. Meskipun begitu, praktisi pemasaran saat ini gagal untuk menangkap peluang.
"Kemajuan yang bermakna dalam tujuan keberlanjutan membutuhkan upaya di mana bisnis, konsumen dan masyarakat sipil, pembuat kebijakan, regulator, dan penyedia modal bekerja secara harmonis. Pemasar tidak hanya dilandasi tujuan bisnis untuk mendorong inovasi yang dapat memicu perubahan besar, tetapi mereka juga harus mengubah seluruh filosofi di balik perancangan, yang didasarkan pada tingkat penjualan," kata Dominic melalui risetnya, dikutip, Rabu (18/1/2023).
Menurut dia perubahan sistem diperlukan untuk mencapai target keberlanjutan global dan memastikan masa depan bumi. Tidak diragukan lagi bahwa bisnis, brand, serta mitra agensi mereka memiliki kebutuhan dan peluang.
Sebagai jembatan antara brand dan konsumen, praktisi pemasaran memiliki peluang unik. Sehingga, harus bertanggung jawab untuk menjadi agen perubahan generasi yang memengaruhi perilaku konsumen, serta mendorong inovasi yang akan diinformasikan kepada pelanggan.
Hasil studi itu melaporkan hanya satu dari tiga atau 34% tim pemasar dengan wawasan yang melaksanakan rencana keberlanjutan dan mengukur kemajuan mereka. Hal ini jauh lebih rendah dengan 46% dalam rantai pasokan (supply chain), dan 51% dalam strategi perusahaan.
Studi baru mengidentifikasi dua kesenjangan intensi-aksi yang signifikan, kesenjangan intensi-tindakan konsumen dan organisasi yang menjadi akar tantangan bagi praktisi pemasaran. Selain itu, berdasarkan studi oleh Kantar mengenai barometer isu global, isu iklim merupakan masalah utama.
Hal ini dibuktikan dengan 60% konsumen global mengatakan mereka mengalami kecemasan terhadap lingkungan yang mendorong inisiasi serta keinginan untuk bertindak. Adapun riset dilakukan di 12 wilayah Asia Pasifik meliputi Australia, Cina, Hong Kong, India, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Thailand, Filipina dan Vietnam.
Laporan ini dilandasi oleh sejumlah metodologi yang mengambil sumber dari empat studi oleh Kantar dan Dentsu, 40 sumber data publik, serta lebih dari 100 jam statistik dan analisis budaya untuk pengamatan lebih lanjut. Selain itu, survei melibatkan lebih dari 71 praktisi pemasaran berpengalaman melalui 10 kali wawancara dengan pemimpin perusahaan pemasaran dan keberlanjutan. Termasuk, melibatkan lebih dari 30 analisis brand internal maupun eksternal.
Chief Growth Officer (CGO) Dentsu Asia Pacific Dominic Powers mengatakan, dari hasil tersebut ditemukan fakta bahwa Indonesia memiliki tiga masalah iklim utama yakni kemiskinan dan kelaparan, penggundulan hutan, dan polusi air. Permasalahan ini menjadi tantangan penting dalam pelestarian lingkungan dan ekosistem, untuk mencapai kehidupan yang lebih berkelanjutan. Meskipun begitu, praktisi pemasaran saat ini gagal untuk menangkap peluang.
"Kemajuan yang bermakna dalam tujuan keberlanjutan membutuhkan upaya di mana bisnis, konsumen dan masyarakat sipil, pembuat kebijakan, regulator, dan penyedia modal bekerja secara harmonis. Pemasar tidak hanya dilandasi tujuan bisnis untuk mendorong inovasi yang dapat memicu perubahan besar, tetapi mereka juga harus mengubah seluruh filosofi di balik perancangan, yang didasarkan pada tingkat penjualan," kata Dominic melalui risetnya, dikutip, Rabu (18/1/2023).
Menurut dia perubahan sistem diperlukan untuk mencapai target keberlanjutan global dan memastikan masa depan bumi. Tidak diragukan lagi bahwa bisnis, brand, serta mitra agensi mereka memiliki kebutuhan dan peluang.
Sebagai jembatan antara brand dan konsumen, praktisi pemasaran memiliki peluang unik. Sehingga, harus bertanggung jawab untuk menjadi agen perubahan generasi yang memengaruhi perilaku konsumen, serta mendorong inovasi yang akan diinformasikan kepada pelanggan.