Optimisme Pelaku Pasar, IHSG Menembus Level 5.000
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukkan semangat optimisme dari pelaku pasar. Indeks berhasil menembus level psikologis 5.000-an setelah sebelumnya sempat anjlok hingga level 3.937 pada 24 Maret silam.
Hingga ditutup pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin secara akumulatif indeks telah terkoreksi 19,6% (year to date). Bahkan sepanjang semester I/2020 IHSG sempat terkoreksi cukup dalam di angka 22,13% bila dibandingkan dengan posisi indeks pada akhir tahun 2019 lalu yang berada pada level 6.299,54. Pandemi korona (Covid-19) memang cukup berdampak pada pergerakan indeks.
IHSG menapaki kebangkitan dengan perlahan. Sejak mencapai level terendahnya di posisi 3.937 pada 24 Maret 2020, kemudian mulai menggeliat naik hingga menyentuh level 5.064 pertama kali pada 8 Juni 2020. Kemudian IHSG seperti sulit kembali menembus level 5.000 hingga akhirnya pada 8 Juli 2020 kembali menyentuh posisi 5.076.
Kedepan, mampukah indeks kembali ke level 6.000-an seperti ditutup pada akhir tahun lalu? Sejumlah tantangan tentu saja masih akan dialami oleh pelaku pasar hingga penghujung tahun ini. Pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) minus diangka 3,8% pada kuartal II/2020, kemudian defisit APBN pada bulan Mei 2020 mencapai Rp179,1 triliun, atau sekitar 1,1% dari PDB.
Untuk mengantisipasi sejumlah tantangan tersebut, pemerintah harus mulai memberikan stimulus perekonomian, termasuk di industri pasar modal. Indeks bisa menyentuh angka mendekati 6.000-an. Ke depan bergantung bagaimana efektivitas dan pelaksanaan dari stimulus-stimulus ini. (Baca: Kalangan Muda Papua Diajak Optimalkan Potensi Daerahnya)
Sejak pemerintah di berbagai negara memutuskan untuk melonggarkan karantina, hal itu langsung direspons pergerakan positif berbagai indeks bursa saham dunia. Kinerja IHSG juga terus menunjukkan semangat positif dengan bangkit dari posisi terendahnya di level 3.900 beberapa waktu lalu. Pada akhir sesi perdagangan kemarin indeks ditutup dengan menjaga tren penguatan. Hingga sesi penutupan IHSG naik tipis 33,19 poin atau 0,66% ke level 5.064.
Chief Economist TanamDuit Ferry Latuhihin memberikan prediksi IHSG akan mampu berakhir pada level 5.500–6.000 pada kuartal IV/2020. Optimistis muncul karena ekonomi nasional sudah mulai berputar lagi dengan cepat. “Pertumbuhan ekonomi nasional pada 2020 kemungkinan masih positif. Selama pandemi kita lihat tidak ada social unrest atau kerusuhan. Jadi kemungkinannya aman,” kata Ferry di Jakarta kemarin.
Sentimen global dari Amerika Serikat (AS) ditandai dengan ekonomi yang juga mulai membaik. Tanda-tandanya positif mulai dari angka pengangguran, ISM untuk manufacturing dan non-manufacturing, mortgage application, retail saleshingga car sales juga lebih baik daripada ekspektasi. “Jadi menurut saya bottom IHSG berada di level 5.000. Minggu ini mungkin tembus 5.100 dan di kuartal IV bisa berada dalam kisaran 5.500–6.000,” dia berharap.
Meski demikian peran OJK akan tetap diperlukan saat ini, tetapi harus dengan pembenahan infrastruktur sumber daya manusia (SDM). Semua institusi seharusnya memiliki SDM yang kuat. Misalnya sekolah juga harus punya guru yang bermutu, kampus harus punya dosen yang berkualitas, bank harus punya bankir yang paham dunia perbankan. “Jadi bukan hanya institusinya itu sendiri, tapi SDM juga harus diperkuat,” ujarnya.
Sementara itu untuk ancaman second wave akibat persebaran kasus Covid-19 menurut dia memang ada. Tapi sangat tidak mungkin dilakukan lockdown lagi di negara mana pun. “Kalau itu dilakukan, semua akan makin berat. Kepercayaan para pelaku ekonomi langsung hancur. Jadi dengan kata lain the show must go on whatever it takes,” tegasnya. (Baca juga: Rusia Sebut Perubahan Status Hagia Sophia Masalah Internal Turki)
Volatilitas IHSG masih akan cukup tinggi untuk beberapa bulan ke depan. Hal ini disampaikan Kepala Riset Saham BNI Sekuritas Kim Kwie Sjamsudin. Hal itu menandakan masih banyak ketidakpastian yang akan menanti akibat pandemi. “Kami di BNI Sekuritas mempertahankan target IHSG di akhir tahun ini pada level 5.300,” ujar Kim.
Terpisah, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengingatkan pergerakan IHSG belum aman. Risiko fluktuasi sehubungan dengan adanya sentimen Covid-19, khususnya ancaman dari second wave, akan diikuti karantina yang mengancam aktivitas ekonomi. “Kalau masuk periode window dressing, bursa AS mengalami reli baru yang berdampak ke Indonesia sehingga ada kesempatan IHSG bisa berpotensi bullish pada momen tersebut,” ujarnya.
Ada beberapa sentimen yang mungkin memengaruhi pergerakan IHSG selama pekan ini. Mulai dari peningkatan kasus Covid-19 dan perkiraan akan berlanjut pada pekan depan menjadi sentimen negatif pasar saham. Kemudian ada peluang persebaran Covid-19 lewat udara seperti yang disampaikan WHO juga akan menjadi sentimen negatif pasar.
“Sedangkan perkembangan remdesivir obat antivirus Gilead Sciences bakal menjadi sentimen positif pasar. Perkembangan vaksin Covid-19 salah satunya dari Moderna yang akan memasuki fase 3 menjadi sentimen positif buat pasar. Tapi vaksin harus melewati 4 fase sebelum diproduksi massal,” kata Direktur Anugerah Megah Investama Hans Kwee.
Lonjakan kasus Covid-19 dan perintah Mahkamah Agung untuk membuka catatan keuangan Presiden AS Donald Trump membuat peluang Trump untuk terpilih kembali menjadi lebih sulit karena berpotensi mengungkap sesuatu yang buruk menjadi sentimen negatif bagi pasar saham. (Lihat videonya: Pemotor Arogan Hentikan AMbulans yang Sedang Membawa Pasien)
Momen sekarang sudah memasuki bulan Juli dan pelaku pasar menanti data laba korporasi untuk kuartal II/2020. “Laporan laba yang lebih baik dari harapan pelaku pasar akan mendorong pergerakan yang positif, tetapi bila terjadi sebaliknya akan cenderung mendorong pasar saham terkoreksi,” ujarnya.
Pasar pada awal pekan masih akan diwarnai kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19 yang telah mendorong potensi lockdown di beberapa negara. Selain itu ada sentimen negatif dari kasus Covid-19 di Indonesia yang masih menunjukkan tren naik dan belum memberikan tanda-tanda puncak. Perkembangan penelitian obat dan vaksin Covid-19 memberikan sentimen positif pada pasar keuangan. “IHSG pekan ini berpeluang konsolidasi menguat setelah kenaikan di awal pekan lalu dengan support di level 4.985 sampai 4.885 dan resistance di level 5.111 sampai 5.150,” sebutnya. (Hafid Fuad)
Hingga ditutup pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin secara akumulatif indeks telah terkoreksi 19,6% (year to date). Bahkan sepanjang semester I/2020 IHSG sempat terkoreksi cukup dalam di angka 22,13% bila dibandingkan dengan posisi indeks pada akhir tahun 2019 lalu yang berada pada level 6.299,54. Pandemi korona (Covid-19) memang cukup berdampak pada pergerakan indeks.
IHSG menapaki kebangkitan dengan perlahan. Sejak mencapai level terendahnya di posisi 3.937 pada 24 Maret 2020, kemudian mulai menggeliat naik hingga menyentuh level 5.064 pertama kali pada 8 Juni 2020. Kemudian IHSG seperti sulit kembali menembus level 5.000 hingga akhirnya pada 8 Juli 2020 kembali menyentuh posisi 5.076.
Kedepan, mampukah indeks kembali ke level 6.000-an seperti ditutup pada akhir tahun lalu? Sejumlah tantangan tentu saja masih akan dialami oleh pelaku pasar hingga penghujung tahun ini. Pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) minus diangka 3,8% pada kuartal II/2020, kemudian defisit APBN pada bulan Mei 2020 mencapai Rp179,1 triliun, atau sekitar 1,1% dari PDB.
Untuk mengantisipasi sejumlah tantangan tersebut, pemerintah harus mulai memberikan stimulus perekonomian, termasuk di industri pasar modal. Indeks bisa menyentuh angka mendekati 6.000-an. Ke depan bergantung bagaimana efektivitas dan pelaksanaan dari stimulus-stimulus ini. (Baca: Kalangan Muda Papua Diajak Optimalkan Potensi Daerahnya)
Sejak pemerintah di berbagai negara memutuskan untuk melonggarkan karantina, hal itu langsung direspons pergerakan positif berbagai indeks bursa saham dunia. Kinerja IHSG juga terus menunjukkan semangat positif dengan bangkit dari posisi terendahnya di level 3.900 beberapa waktu lalu. Pada akhir sesi perdagangan kemarin indeks ditutup dengan menjaga tren penguatan. Hingga sesi penutupan IHSG naik tipis 33,19 poin atau 0,66% ke level 5.064.
Chief Economist TanamDuit Ferry Latuhihin memberikan prediksi IHSG akan mampu berakhir pada level 5.500–6.000 pada kuartal IV/2020. Optimistis muncul karena ekonomi nasional sudah mulai berputar lagi dengan cepat. “Pertumbuhan ekonomi nasional pada 2020 kemungkinan masih positif. Selama pandemi kita lihat tidak ada social unrest atau kerusuhan. Jadi kemungkinannya aman,” kata Ferry di Jakarta kemarin.
Sentimen global dari Amerika Serikat (AS) ditandai dengan ekonomi yang juga mulai membaik. Tanda-tandanya positif mulai dari angka pengangguran, ISM untuk manufacturing dan non-manufacturing, mortgage application, retail saleshingga car sales juga lebih baik daripada ekspektasi. “Jadi menurut saya bottom IHSG berada di level 5.000. Minggu ini mungkin tembus 5.100 dan di kuartal IV bisa berada dalam kisaran 5.500–6.000,” dia berharap.
Meski demikian peran OJK akan tetap diperlukan saat ini, tetapi harus dengan pembenahan infrastruktur sumber daya manusia (SDM). Semua institusi seharusnya memiliki SDM yang kuat. Misalnya sekolah juga harus punya guru yang bermutu, kampus harus punya dosen yang berkualitas, bank harus punya bankir yang paham dunia perbankan. “Jadi bukan hanya institusinya itu sendiri, tapi SDM juga harus diperkuat,” ujarnya.
Sementara itu untuk ancaman second wave akibat persebaran kasus Covid-19 menurut dia memang ada. Tapi sangat tidak mungkin dilakukan lockdown lagi di negara mana pun. “Kalau itu dilakukan, semua akan makin berat. Kepercayaan para pelaku ekonomi langsung hancur. Jadi dengan kata lain the show must go on whatever it takes,” tegasnya. (Baca juga: Rusia Sebut Perubahan Status Hagia Sophia Masalah Internal Turki)
Volatilitas IHSG masih akan cukup tinggi untuk beberapa bulan ke depan. Hal ini disampaikan Kepala Riset Saham BNI Sekuritas Kim Kwie Sjamsudin. Hal itu menandakan masih banyak ketidakpastian yang akan menanti akibat pandemi. “Kami di BNI Sekuritas mempertahankan target IHSG di akhir tahun ini pada level 5.300,” ujar Kim.
Terpisah, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengingatkan pergerakan IHSG belum aman. Risiko fluktuasi sehubungan dengan adanya sentimen Covid-19, khususnya ancaman dari second wave, akan diikuti karantina yang mengancam aktivitas ekonomi. “Kalau masuk periode window dressing, bursa AS mengalami reli baru yang berdampak ke Indonesia sehingga ada kesempatan IHSG bisa berpotensi bullish pada momen tersebut,” ujarnya.
Ada beberapa sentimen yang mungkin memengaruhi pergerakan IHSG selama pekan ini. Mulai dari peningkatan kasus Covid-19 dan perkiraan akan berlanjut pada pekan depan menjadi sentimen negatif pasar saham. Kemudian ada peluang persebaran Covid-19 lewat udara seperti yang disampaikan WHO juga akan menjadi sentimen negatif pasar.
“Sedangkan perkembangan remdesivir obat antivirus Gilead Sciences bakal menjadi sentimen positif pasar. Perkembangan vaksin Covid-19 salah satunya dari Moderna yang akan memasuki fase 3 menjadi sentimen positif buat pasar. Tapi vaksin harus melewati 4 fase sebelum diproduksi massal,” kata Direktur Anugerah Megah Investama Hans Kwee.
Lonjakan kasus Covid-19 dan perintah Mahkamah Agung untuk membuka catatan keuangan Presiden AS Donald Trump membuat peluang Trump untuk terpilih kembali menjadi lebih sulit karena berpotensi mengungkap sesuatu yang buruk menjadi sentimen negatif bagi pasar saham. (Lihat videonya: Pemotor Arogan Hentikan AMbulans yang Sedang Membawa Pasien)
Momen sekarang sudah memasuki bulan Juli dan pelaku pasar menanti data laba korporasi untuk kuartal II/2020. “Laporan laba yang lebih baik dari harapan pelaku pasar akan mendorong pergerakan yang positif, tetapi bila terjadi sebaliknya akan cenderung mendorong pasar saham terkoreksi,” ujarnya.
Pasar pada awal pekan masih akan diwarnai kekhawatiran lonjakan kasus Covid-19 yang telah mendorong potensi lockdown di beberapa negara. Selain itu ada sentimen negatif dari kasus Covid-19 di Indonesia yang masih menunjukkan tren naik dan belum memberikan tanda-tanda puncak. Perkembangan penelitian obat dan vaksin Covid-19 memberikan sentimen positif pada pasar keuangan. “IHSG pekan ini berpeluang konsolidasi menguat setelah kenaikan di awal pekan lalu dengan support di level 4.985 sampai 4.885 dan resistance di level 5.111 sampai 5.150,” sebutnya. (Hafid Fuad)
(ysw)