Bos BRI Beberkan 3 Jurus Maut Kantongi Laba Rp51,4 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk secara group berhasil mencetak laba bersih Rp51,4 triliun atau tumbuh 67,15% secara tahunan. Peningkatan laba juga dibarengi dengan total aset yang tumbuh 11,18% menjadi Rp1.865,64 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, keberhasilan BRI Group mencatatkan rekor laba tersebut tak lepas dari strategic response yang tepat dalam menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya, melakukan efisiensi.
"Kunci keberhasilan BRI dalam menjaga bottom line kinerja perusahaan adalah melakukan berbagai program efisiensi," ungkap Sunarso dalam Press Conference Paparan Kinerja Keuangan Triwulan IV 2022 BRI, Rabu (8/2/2023).
Pertama, BRI berhasil melakukan efisiensi terutama melalui penekanan biaya dana atau cost of fund (CoF) melalui perbaikan struktur pendanaan. Kesuksesan itu dilihat dari peningkatan dana murah atau current account savings account (CASA) BRI sebesar 360 basis poin (bps) menjadi 66,7% dan cost of fund turun jadi hanya 1,87% pada akhir 2022.
Kemudian keberhasilan efisiensi terlihat pada rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) turun dari 74,3% menjadi 64,2%. Capaian itu diikuti pula dengan rasio biaya terhadap pendapatan atau cost to income ratio (CIR) yang ditekan dari 43,26% menjadi 41,95%.
Keberhasilan kedua adalah pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) yang tumbuh double digit atau 10,16% yoy menjadi Rp18,80 triliun, sebagai dampak transformasi digital. Dengan capaian itu, fee income ratio jadi 11,37%.
"Jadi ini sudah double digit. Artinya 11,37% total pendapatan kami disumbang oleh fee based income, bukan bunga," ujar Sunarso.
Keberhasilan ketiga, faktor recovery rate. Menurut Sunarso, BRI mengupayakan recovery sebagai bagian upaya meningkatkan pendapatan. Recovery rate ini mencapai 59,12% pada 2022.
Selain itu, lanjut Sunarso, BRI mempunyai data bahwa pendapatan bunga bukan faktor penentu kinerja. Berdasarkan data historis BRI, tidak ditemukan korelasi positif antara besarnya NIM (marjin bunga bersih/net interest margin) dengan laba BRI.
"Namun, faktor utama laba BRI adalah pertumbuhan volume kredit dan peningkatan jumlah nasabah yang dilayani," kata Sunarso.
Hal tersebut dibuktikan dengan capaian NIM BRI yang malah menurun. Pada 2022 BRI mencatatkan penurunan NIM 9 bps menjadi 6,8%.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, keberhasilan BRI Group mencatatkan rekor laba tersebut tak lepas dari strategic response yang tepat dalam menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya, melakukan efisiensi.
"Kunci keberhasilan BRI dalam menjaga bottom line kinerja perusahaan adalah melakukan berbagai program efisiensi," ungkap Sunarso dalam Press Conference Paparan Kinerja Keuangan Triwulan IV 2022 BRI, Rabu (8/2/2023).
Pertama, BRI berhasil melakukan efisiensi terutama melalui penekanan biaya dana atau cost of fund (CoF) melalui perbaikan struktur pendanaan. Kesuksesan itu dilihat dari peningkatan dana murah atau current account savings account (CASA) BRI sebesar 360 basis poin (bps) menjadi 66,7% dan cost of fund turun jadi hanya 1,87% pada akhir 2022.
Kemudian keberhasilan efisiensi terlihat pada rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) turun dari 74,3% menjadi 64,2%. Capaian itu diikuti pula dengan rasio biaya terhadap pendapatan atau cost to income ratio (CIR) yang ditekan dari 43,26% menjadi 41,95%.
Keberhasilan kedua adalah pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) yang tumbuh double digit atau 10,16% yoy menjadi Rp18,80 triliun, sebagai dampak transformasi digital. Dengan capaian itu, fee income ratio jadi 11,37%.
"Jadi ini sudah double digit. Artinya 11,37% total pendapatan kami disumbang oleh fee based income, bukan bunga," ujar Sunarso.
Keberhasilan ketiga, faktor recovery rate. Menurut Sunarso, BRI mengupayakan recovery sebagai bagian upaya meningkatkan pendapatan. Recovery rate ini mencapai 59,12% pada 2022.
Selain itu, lanjut Sunarso, BRI mempunyai data bahwa pendapatan bunga bukan faktor penentu kinerja. Berdasarkan data historis BRI, tidak ditemukan korelasi positif antara besarnya NIM (marjin bunga bersih/net interest margin) dengan laba BRI.
"Namun, faktor utama laba BRI adalah pertumbuhan volume kredit dan peningkatan jumlah nasabah yang dilayani," kata Sunarso.
Hal tersebut dibuktikan dengan capaian NIM BRI yang malah menurun. Pada 2022 BRI mencatatkan penurunan NIM 9 bps menjadi 6,8%.
(uka)