Aktif Tekan Emisi Karbon, BNI Salurkan Pembiayaan Kategori KKUB Rp182,9 T di 2022
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menegaskan komitmen untuk mengimplementasikan pembiayaan berkelanjutan secara menyeluruh. Komitmen ini sebagai bentuk dukungan terhadap pertumbuhan berkelanjutan yang dihasilkan dari keselarasan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup, serta mematuhi arahan Otoritas Jasa Keuangan khususnya POJK No. 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan.
Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengungkapkan, portofolio berkelanjutan (sustainable portfolio) BNI untuk sektor-sektor ramah lingkungan sepanjang 2022 berupa pembiayaan pada kategori kegiatan usaha berkelanjutan (KKUB) yang nilainya mencapai Rp182,9 triliun atau 28,5% dari total portofolio kredit BNI.
Sustainable portfolio ini utamanya diberikan untuk kebutuhan pengembangan ekonomi sosial masyarakat melalui pembiayaan segmen kecil sebesar Rp123,2 triliun; pengelolaan bisnis ramah lingkungan dan sumber daya alam hayati sebesar Rp19,7 triliun; energi baru dan terbarukan sebesar Rp10,9 triliun; pembiayaan untuk pencegahan polusi sebesar Rp4 triliun; serta sustainable portfolio lainnya sebesar Rp25,1 triliun.
"BNI juga berkomitmen untuk mengembangkan praktik usaha berkelanjutan sejalan dengan agenda global. BNI proaktif memperkenalkan Sustainability Linked Loan (SLL), di mana salah satu aspek utama SLL adalah pemberian insentif bagi nasabah untuk memperbaiki aspek ESG dalam bisnis mereka," ungkap Okki melalui siaran pers, Sabtu (11/2/2023).
Sepanjang tahun 2022, kata dia, BNI telah menyalurkan SLL sebesar USD355 juta atau ekuivalen Rp5,3 triliun. SLL itu disalurkan kepada debitur top tier di sektor industri prioritas, seperti fast-moving consumer goods dan manufaktur. Selain menyalurkan pembiayaan ke sektor usaha berkelanjutan, BNI juga melakukan perhitungan emisi gas rumah kaca (GRK) scope 1, 2 dan 3. Dengan demikian, kata Okki, ke depannya hal itu dapat menjadi acuan dalam mengukur keberhasilan perseroan dalam upaya menekan emisi karbon.
Sebagai pionir green banking dan salah satu first mover on sustainable banking di Indonesia, ujar Okki, BNI berkomitmen menginternalisasi prinsip keuangan berkelanjutan pada nilai-nilai, budaya kerja, strategi perusahaan, kebijakan operasional, serta sistem dan prosedur operasional perseroan.
"Tentu ini akan menjadi sebuah langkah awal untuk kami dapat menjadi contoh pionir green banking di Indonesia yang tidak hanya fokus pada perhitungan bisnis, tetapi lebih jauh proaktif melakukan pengukuran komprehensif dari sisi emisi GRK," tuturnya.
Pada periode pelaporan 2022, BNI melakukan penyesuaian metodologi perhitungan dalam hal klasifikasi sumber emisi untuk menghitung emisi khususnya scope 3 yang meliputi, perjalanan dinas darat, perjalanan dinas udara, dan emisi pembiayaan dengan mengadopsi metodologi dari PCAF.
BNI juga mulai menghitung emisi pembiayaan untuk debitur segmen menengah dan korporasi, yaitu sektor perkebunan perkebunan, industri turunan produk perkebunan, pertambangan dan perdagangan komoditas, industri pengolahan, industri perdagangan, pulp and paper, konstruksi, hingga PLTU.
"Di dalam peta jalan ESG, BNI akan menghitung emisi GRK Scope 1 dan 2 untuk seluruh kantor BNI hingga kantor cabang pembantu (KCP) di seluruh Indonesia, yang saat ini sedang dilakukan penyusunan pedoman dan format pengumpulan data sumber emisi agar ke depan perhitungan emisi dapat dilakukan lebih detail dan presisi," jelasnya. Setelah melakukan penyusunan pedoman, imbuh Okki, selanjutnya BNI juga akan menetapkan target net zero emission sehingga diperoleh peta jalan yang akurat dalam menuju net zero emission.
Berdasarkan perhitungan BNI terhadap gas rumah kaca yang dihasilkan pada 2022 diketahui untuk Scope 1 yang meliputi pemakaian BBM di gedung tercatat sebesar 121,64 ton CO2eq. Kemudian untuk Scope 2 yang meliputi emisi dari penggunaan listrik tercatat sebesar 295,208,86 ton CO2eq.
Untuk Scope 3 yang meliputi perjalanan dinas udara, perjalanan dinas darat, dan emisi pembiayaan masing-masing tercatat sebesar 2.013,87 ton CO2eq, 889,12 ton CO2eq, dan 13.392.779,24 ton CO2eq. Adapun total emisi GRK dari ketiga cakupan tersebut sebesar 13.691.012,79 ton CO2eq.
Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengungkapkan, portofolio berkelanjutan (sustainable portfolio) BNI untuk sektor-sektor ramah lingkungan sepanjang 2022 berupa pembiayaan pada kategori kegiatan usaha berkelanjutan (KKUB) yang nilainya mencapai Rp182,9 triliun atau 28,5% dari total portofolio kredit BNI.
Sustainable portfolio ini utamanya diberikan untuk kebutuhan pengembangan ekonomi sosial masyarakat melalui pembiayaan segmen kecil sebesar Rp123,2 triliun; pengelolaan bisnis ramah lingkungan dan sumber daya alam hayati sebesar Rp19,7 triliun; energi baru dan terbarukan sebesar Rp10,9 triliun; pembiayaan untuk pencegahan polusi sebesar Rp4 triliun; serta sustainable portfolio lainnya sebesar Rp25,1 triliun.
"BNI juga berkomitmen untuk mengembangkan praktik usaha berkelanjutan sejalan dengan agenda global. BNI proaktif memperkenalkan Sustainability Linked Loan (SLL), di mana salah satu aspek utama SLL adalah pemberian insentif bagi nasabah untuk memperbaiki aspek ESG dalam bisnis mereka," ungkap Okki melalui siaran pers, Sabtu (11/2/2023).
Sepanjang tahun 2022, kata dia, BNI telah menyalurkan SLL sebesar USD355 juta atau ekuivalen Rp5,3 triliun. SLL itu disalurkan kepada debitur top tier di sektor industri prioritas, seperti fast-moving consumer goods dan manufaktur. Selain menyalurkan pembiayaan ke sektor usaha berkelanjutan, BNI juga melakukan perhitungan emisi gas rumah kaca (GRK) scope 1, 2 dan 3. Dengan demikian, kata Okki, ke depannya hal itu dapat menjadi acuan dalam mengukur keberhasilan perseroan dalam upaya menekan emisi karbon.
Sebagai pionir green banking dan salah satu first mover on sustainable banking di Indonesia, ujar Okki, BNI berkomitmen menginternalisasi prinsip keuangan berkelanjutan pada nilai-nilai, budaya kerja, strategi perusahaan, kebijakan operasional, serta sistem dan prosedur operasional perseroan.
"Tentu ini akan menjadi sebuah langkah awal untuk kami dapat menjadi contoh pionir green banking di Indonesia yang tidak hanya fokus pada perhitungan bisnis, tetapi lebih jauh proaktif melakukan pengukuran komprehensif dari sisi emisi GRK," tuturnya.
Pada periode pelaporan 2022, BNI melakukan penyesuaian metodologi perhitungan dalam hal klasifikasi sumber emisi untuk menghitung emisi khususnya scope 3 yang meliputi, perjalanan dinas darat, perjalanan dinas udara, dan emisi pembiayaan dengan mengadopsi metodologi dari PCAF.
BNI juga mulai menghitung emisi pembiayaan untuk debitur segmen menengah dan korporasi, yaitu sektor perkebunan perkebunan, industri turunan produk perkebunan, pertambangan dan perdagangan komoditas, industri pengolahan, industri perdagangan, pulp and paper, konstruksi, hingga PLTU.
"Di dalam peta jalan ESG, BNI akan menghitung emisi GRK Scope 1 dan 2 untuk seluruh kantor BNI hingga kantor cabang pembantu (KCP) di seluruh Indonesia, yang saat ini sedang dilakukan penyusunan pedoman dan format pengumpulan data sumber emisi agar ke depan perhitungan emisi dapat dilakukan lebih detail dan presisi," jelasnya. Setelah melakukan penyusunan pedoman, imbuh Okki, selanjutnya BNI juga akan menetapkan target net zero emission sehingga diperoleh peta jalan yang akurat dalam menuju net zero emission.
Berdasarkan perhitungan BNI terhadap gas rumah kaca yang dihasilkan pada 2022 diketahui untuk Scope 1 yang meliputi pemakaian BBM di gedung tercatat sebesar 121,64 ton CO2eq. Kemudian untuk Scope 2 yang meliputi emisi dari penggunaan listrik tercatat sebesar 295,208,86 ton CO2eq.
Untuk Scope 3 yang meliputi perjalanan dinas udara, perjalanan dinas darat, dan emisi pembiayaan masing-masing tercatat sebesar 2.013,87 ton CO2eq, 889,12 ton CO2eq, dan 13.392.779,24 ton CO2eq. Adapun total emisi GRK dari ketiga cakupan tersebut sebesar 13.691.012,79 ton CO2eq.
(fai)