Neraca Dagang RI Surplus USD3,87 Miliar di Januari 2023, Terbesar dengan Amerika
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tren surplus neraca perdagangan masih berlanjut. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Januari 2023 neraca perdagangan Indonesia surplus USD3,87 miliar.
Adapun surplus yang dicapai terutama berasal dari sektor nonmigas senilai USD5,29 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai USD1,42 miliar.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengungkapkan, perdagangan Indonesia dengan sejumlah negara mencatatkan surplus. Adapun penyumbang surplus terbanyak antara lain Amerika Serikat (AS), Filipina, dan India.
"Perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat membukukan surplus sebesar USD1,174 miliar, terbesar pada mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) sebesar USD291,2 juta,” terang dia dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (15/2/2023).
“Selain itu juga pada komoditas pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) sebesar USD182,4 juta serta lemak dan minyak hewan/nabati sebesar USD175 juta," sambung Habibullah.
Selanjutnya, Filipina menjadi negara kedua penyumbang surplus terbesar yaitu mencapai USD909,2 juta. Adapun surplus terbesar bahan bakar mineral dari Filipina mencapai USD392,4 juta.
Tak hanya itu, sumbangan surplus tertinggi lainnya berasal dari komoditas kendaraan dan bagiannya sebesar USD235,1 juta, dan besi dan baja sebesar USD47,3 juta.
“Filipina surplus sebesar USD909,2 juta, terbesar pada komditas bahan bakar mineral kode HS 27, kendaraan dan bagiannya kode HS 87, serta besi dan baja kode HS 72,” urainya.
Dia melanjutkan, perdagangan Indonesia dengan India juga mencatatkan surplus sebesar USD810,5 juta. Adapun penyumbang terbesar pada komoditas bahan bakar mineral mencapai USD439,1 juta, lemak dan minyak hewani/nabati sebesar USD436 juta, serta besi dan baja senilai USD109,9 juta.
Di lain pihak, tiga negara yang menyumbang defisit terdalam pada kinerja neraca perdagangan Januari 2023, yaitu Thailand sebesar USD398,8 juta, Australia sebesar USD353,1 juta, dan Argentina senilai USD247,1 juta. Selain itu, Indonesia mencatatkan defisit perdagangan dengan China sebesar USD67 juta.
Habibullah menyampaikan, dari catatan BPS Indonesia telah melakukan impor hingga USD895 juta dari Thailand, sementara kinerja ekspor ke Negeri Gajah Putih tersebut hanya USD496,2 juta.
Secara total, nilai ekspor Indonesia mencapai USD22,31 miliar pada Januari 2023, naik 16,37% (year-on-year/yoy), namun turun 6,36% dibandingkan Desember 2022 (month-to-month/mtm).
"Sementara nilai impor Indonesia untuk periode yang sama sebesar USD18,44 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 mebukukan surplus sebesar USD3,87 miliar," tutup Habibullah.
Adapun surplus yang dicapai terutama berasal dari sektor nonmigas senilai USD5,29 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai USD1,42 miliar.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengungkapkan, perdagangan Indonesia dengan sejumlah negara mencatatkan surplus. Adapun penyumbang surplus terbanyak antara lain Amerika Serikat (AS), Filipina, dan India.
"Perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat membukukan surplus sebesar USD1,174 miliar, terbesar pada mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) sebesar USD291,2 juta,” terang dia dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (15/2/2023).
“Selain itu juga pada komoditas pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan) sebesar USD182,4 juta serta lemak dan minyak hewan/nabati sebesar USD175 juta," sambung Habibullah.
Selanjutnya, Filipina menjadi negara kedua penyumbang surplus terbesar yaitu mencapai USD909,2 juta. Adapun surplus terbesar bahan bakar mineral dari Filipina mencapai USD392,4 juta.
Tak hanya itu, sumbangan surplus tertinggi lainnya berasal dari komoditas kendaraan dan bagiannya sebesar USD235,1 juta, dan besi dan baja sebesar USD47,3 juta.
“Filipina surplus sebesar USD909,2 juta, terbesar pada komditas bahan bakar mineral kode HS 27, kendaraan dan bagiannya kode HS 87, serta besi dan baja kode HS 72,” urainya.
Baca Juga
Dia melanjutkan, perdagangan Indonesia dengan India juga mencatatkan surplus sebesar USD810,5 juta. Adapun penyumbang terbesar pada komoditas bahan bakar mineral mencapai USD439,1 juta, lemak dan minyak hewani/nabati sebesar USD436 juta, serta besi dan baja senilai USD109,9 juta.
Di lain pihak, tiga negara yang menyumbang defisit terdalam pada kinerja neraca perdagangan Januari 2023, yaitu Thailand sebesar USD398,8 juta, Australia sebesar USD353,1 juta, dan Argentina senilai USD247,1 juta. Selain itu, Indonesia mencatatkan defisit perdagangan dengan China sebesar USD67 juta.
Habibullah menyampaikan, dari catatan BPS Indonesia telah melakukan impor hingga USD895 juta dari Thailand, sementara kinerja ekspor ke Negeri Gajah Putih tersebut hanya USD496,2 juta.
Secara total, nilai ekspor Indonesia mencapai USD22,31 miliar pada Januari 2023, naik 16,37% (year-on-year/yoy), namun turun 6,36% dibandingkan Desember 2022 (month-to-month/mtm).
"Sementara nilai impor Indonesia untuk periode yang sama sebesar USD18,44 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 mebukukan surplus sebesar USD3,87 miliar," tutup Habibullah.
(ind)